Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ADITIYA SAPUTRA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043711553

Tanggal Lahir : 30 AGUSTUS 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/ILMU PERUNDANG - UNDANGAN

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 13/BATAM

Hari/Tanggal UAS THE : SENIN, 27 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ADITIYA SAPUTRA


NIM : 043711553

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/ILMU PERUNDANG - UNDANGAN

Fakultas : ILMU HUKUM

Program Studi : 311/ILMU HUKUM

UPBJJ-UT : 13/BATAM

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
BATAM, 27 JUNI 2022

Yang Membuat Pernyataan

ADITIYA SAPUTRA
JAWABAN

1.
A. Menurut analisa saya T. Koopmans menyatakan bahwa pembentukan undang-undang
dewasa ini tidak lagi berusaha ke arah kodifikasi melainkan modifikasijika di hubungkan
dengan Sistem Indonesia adalah untuk menghadapi perubahan dan perkembangan
kebutuhan masyarakat yang semakin cepat, sudah bukan saatnya mengarahkan
pembentukan hukum melalui penyusunan kodifikasi. Karena pemikiran tentang kodifikasi
hanya akan menyebabkan hukum selalu berjalan di belakang dan bukan tidak mungkin
selalu ketinggalan zaman. Modifikasi adalah pembentukan norma hukum oleh pihak
penguasa, yang akan menghasilkan norma-norma baru dengan tujuan untuk mengubah
kondisi yang ada dalam masyarakat. Modifikasi yang cenderung visioner dan dinamis akan
mengarahkan masyarakat ke arah perkembangan yang diinginkan. Van der Vlies
menyatakan bahwa undang-undang kini tidak lagi terutama berfungsi memberi bentuk
kristalisasi kepada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, melainkan membentuk bagi
tindakan politik yang menentukan arah perkembangan, dengan adanya modifikasi, hukum
tidak akan ketinggalan karena selalu berada dibelakang masyarakat layaknyametode
kodifikasi.

B. Menurut analisa saya 2 metode tersebut tidak sama Karena Omnibus Law adalah suatu
metode atau konsep pembuatan regulasi yang menggabungkan beberapa aturan yang
substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu peraturan dalam satu payung hukum.
Regulasi yang dibuat senantiasa dilakukan untuk membuat undang-undang yang baru
dengan membatalkan atau mencabut juga mengamandemen beberapa peraturan
perundang-undangan sekaligus.
Konsep Omnibus Law ini dalam undang-undang  bertujuan untuk menyasar  isu besar yang
memungkinkan dilakukannya pencabutan atau perubahan beberapa undang-undang
sekaligus (lintas sektor) untuk kemudian dilakukan penyederhanaan dalam pengaturannya,
sehingga diharapkan tidak terjadi konkurensi/persengketaan dan atau perlawanan antara
norma yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kodifikasi dilakukan terhadap area-area
hukum yang mendasar (beliau menyebutnya ‘basic law’) seperti hukum pidana, perdata,
acara pidana, dan acara perdata. Karena beliau adalah pengajar hukum perdata
internasional, beliau juga memasukkan area hukum perdata internasional sebagai hukum
yang mendasar juga (kendati ketentuan dalam hukum perdata internasional lebih berfungsi
sebagai kaidah-kaidah petunjuk), Kodifikasi menjadikan peraturan-peraturan dalam suatu
bidang tertentu, yang tersebar, terhimpun dalam suatu kitab yang terstruktur sehingga
mudah ditemukan. Bentuk hukumnya diperbaharui namun isinya diambilkan dari hukum
yang sudah ada atau yang masih berlaku. Kodifikasi ini berkembang terlebih dahulu di
wilayah Eropa Kontinental yang memang saat itu sedang berkembang teori hukum positif
(legisme) yang lebih mengutamakan hukum bentukan pemerintah. Negara yang
menerapkan sistem ini adalah Perancis, Jerman, dan Belanda.
2.
A. Sudah tertera dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, menggunakan beberapa indikator maka
kedudukan Peraturan Menteri dalam hierarki yakni pertama, berada di bawah Peraturan
Presiden karena menteri merupakan pembantu dari presiden yang menjalankan urusan
pemerintahan. Kedua, berada di atas Peraturan Daerah karena Peraturan Menteri menjadi
dasar hukum (landasan yuridis) Peraturan Daerah, memperlihatkan bahwa Peraturan
Daerah merujuk pada Peraturan Menteri yang memperlihatkan Peraturan Menteri masuk
kriteria hierarki karena merupakan peraturan yang menjadi landasan yuridis untuk Peraturan
Daerah selain itu Peraturan Menteri mencakup isi, ruang lingkup yang lebih umum dan
Peraturan Menteri berskala nasional tidak regional seperti Peraturan Daerah. Maka,
kedudukan Peraturan Menteri dalam hierarki perundang-undangan berada di bawah
Peraturan Presiden dan berada di atas Peraturan Daerah.

B. Arguemntasi saya adalah kedudukan peraturan menteri mempunyai derajat yang lebih tinggi
dari peraturan daerah, karena kedudukan lembaga kementerian sebagai pembantu presiden
yang menjalankan garis kebijakan umum yang telah ditentukan dan ruanglingkup
keberlakuan peraturan menteri berskala nasional serta materi muatan yang diatur dalam
peraturan menteri merupakan penjabaran secara langsung dari undang-undang, peraturan
presiden dan peraturan pemerintah serta peraturan menteri merupakan suatu peraturan
perundangan-undangan dan mempunyai levelitas yang tinggi dibandingkan peraturan
daerah, sehingga memasukkan peraturan menteri dalam konsiderans mengingat dalam
suatu peraturan peraturan daerah bukanlah suatu kesalahan normative yang berakibat tidak
sahnya peraturan daerah tersebut
C. Boleh saja karena sistem peraturan perundang – undang di indonesia menggunakan system
Hierarki jadi peraturan daerah bisa melihat atau merancanakan penysusanan peraturan dari
peraturan di atas nya disesuaikan dengan kondisi daerah nya.

3.
A. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – undang atau (Perpu) boleh mendapatkan materi
muatan hukum pidana karena eraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (“PERPPU”)
pada prinsipnya itu setara/setingkat dengan Undang-undang (UU). Memang benar Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (“UU
12/2011”) telah mengatur bahwa materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat
dimuat dalam UU dan Peraturan Daerah (“Perda”). Karena memiliki kedudukan dan materi
muatan yang sama dengan UU, maka ketentuan pidana dapat dimuat dalam PERPPU.

B. Karena Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (“PERPPU”)


merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden
dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa sebagaimana yang disebut dalam Pasal 22 ayat
(1) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) dan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,.
4.
 Dalam Pembentukan Peraturan Daerah paling sedikit harus memuat 3 (tiga) landasan yaitu:
A. Landasan Filosofis

Dilihat dari pernyataan Bupati dan DPRD Kabupaten Samosir yang ingin Rancangan Peraturan
Daerah (Ranperda) tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang mengharapkan dapat
mengubah sekaligus menyempurnakan beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Samosir Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
B. Landasan Sosiologis
Terdapat pada pernyataan Penyusunan perda yang baru ini bertujuan agar setiap perusahaan
dapat menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya mayarakat Samosir sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan

C. Landasan Yuridis
Terdapat pada pernyataan bertujuan agar setiap perusahaan dapat menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang, sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya mayarakat Samosir sebagai
wujud tanggung jawab sosial perusahaan

Anda mungkin juga menyukai