Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : Amara Suha Julita

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044744063

Tanggal Lahir : 04 Juli 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum/PTHI

Kode/Nama Program Studi : 51/Ilmu Administrasi Bisnis-S1

Kode/Nama UPBJJ : 21-Jakarta/UPBJJ Jakarta

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa/27 Desember 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Amara Suha Julita


NIM : 044744063
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum/PTHI
Fakultas : FHISIP
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis-S1
UPBJJ-UT : UPBJJ-JAKARTA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak melakukan
kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak
terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Bekasi, 27 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

Amara Suha Julita

LEMBAR JAWABAN
1.) Tujuan hukum menurut Lili Rasjidi adalah untuk mencapai keadilan, yaitu menjamin terpenuhinya hak-hak asasi setiap
individu dalam masyarakat.
Hal ini dapat diwujudkan melalui penerapan prinsip-prinsip dasar hukum yang menjamin terpenuhinya hak-hak tersebut
bagi setiap individu yang terkena dampak dari tindakan hukum.
Selain itu, tujuan hukum menurut Lili Rasjidi juga merupakan upaya untuk menciptakan masyarakat yang damai dan
harmonis, dengan mengatur tindakan-tindakan yang dapat merugikan hak-hak asasi orang lain atau merusak
keseimbangan masyarakat.
RKUHP adalah singkatan dari Rancangan KUHP, yaitu rancangan undang-undang yang mengatur tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
Tujuan hukum menurut Lili Rasjidi adalah untuk mencapai keadilan, yaitu menjamin terpenuhinya hak-hak asasi setiap
individu dalam masyarakat.
Bila dikaitkan dengan RKUHP, maka tujuan hukum tersebut dapat diwujudkan melalui penerapan prinsip-prinsip dasar
hukum pidana yang tercantum dalam RKUHP, seperti prinsip keadilan, prinsip kepastian hukum, prinsip kemanfaatan, dan
prinsip keadilan restoratif.

Sumber : BMP ISIP4130 Universitas Terbuka

2.) a. Hukum tertulis merupakan hukum yang memiliki bentuk fisik. Hal ini dikarenakan hukum tersebut dicantumkan di
berbagai peraturan perundang-undangan.
Sementara hukum tidak tertulis merupakan hukum yang dipakai suatu masyarakat yang diyakini serta tumbuh dalam
keseharian suatu masyarakat tersebut.
Kedua hukum tersebut terbagi menjadi beberapa bagian.Diantaranya :
Hukum tertulis yang dikodifikasi dan yang tidak dikodifikasi.
Hukum tertulis Indonesia yang dikodifikasikan antara lain :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan antara lain :
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Hukum Tidak Tertulis
Sementara hukum tidak tertulis dibagi menjadi 4.
Diantaranya, hukum adat, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi dan hukum keagamaan.
Penerapannya, hukum tertulis dan tidak tertulis dapat dipakai untuk membantu hakim dalam memutuskan sebuah
perkara.

b.Pada Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan :
“Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam masyarakat.
Undang-undang tersebut memberikan arahan bahwa hakim haruslah memahami nilai-nilai adat budaya yang ada dalam
masyarakat agar mampu memberikan putusan yang adil. Sebab, seorang hakim yang ideal dan profesional haruslah
mempunyai skill, attitude, integritas dan knowladge. Sementara hakim harus paham nilai yang ada dalam masyrakat
merupakan bagian dari knowledge yang harus dimiliki seorang hakim. Di indonesia, yang terdiri dari beberapa ras, suku,
adat, budaya tentunya membuat hakim harus mempunyai knowladge yang luas. Sehingga nantinya hakim dapat memberi
putusan yang mengandung keadilan, kepastian dan kemanfaatan bagi masyarakat.

Sumber : Googling (https://portalpurwokerto.pikiran-rakyat.com/pendidikan)


3.) Dengan UUD 1945 sebagai dasar negara yang didalamnya termuat cita negara hukum Pancasila, maka dengan
sendirinya Positivisme hukum di Indonesia adalah positivisme hukum yang tidak memandang hukum sebagai perintah
penguasa berdaulat atau hukum dipisahkan dari moral dan agama.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar
dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data
empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti
yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).
Ciri-ciri Positivisme antara lain:
-objektif/bebas nilai. Dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek peneliti mengambil jarak dari
realitas dengan bersikap bebas nilai. Hanya melalui fakta-fakta yang teramati dan terukur, maka pengetahuan kita
tersusun dan menjadi cermin dari realitas (korespondensi).
-Fenomenalisme, tesis bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi.Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang realitas
berupa impresi-impresi tersebut. Substansi metafisis yang diandaikan berada di belakang gejala-gejala penampakan
ditolak (antimetafisika).
-Nominalisme, bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang nyata.
-Reduksionisme, realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
-Naturalisme, tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural
(adikodrati). Alam semesta memiliki strukturnya sendiri dan mengasalkan strukturnya sendiri.
-Mekanisme, tesis bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan
mesin-mesin (sistem-sistem mekanis). Alam semesta diibaratkan sebagai giant clock work.

Sumber : Googling (blogspot.com)

4.) Perbedaan Isi UU Ketenagakerjaan dan Omnibus Law Cipta Kerja

Waktu Istirahat dan Cuti


- Istirahat Mingguan 
Dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b UU Ketenagakerjaan disebutkan: "Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu."
Sementara dalam RUU Cipta Kerja, Pasal 79 ayat (2) huruf b tersebut mengalami perubahan di mana aturan 5 hari
kerja itu dihapus, sehingga berbunyi: istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.
- Istirahat Panjang
Dalam Pasal 79 Ayat (2) huruf d UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pekerja berhak atas istirahat panjang
sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing masing satu bulan jika
telah bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama.
Ketentuannya: pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 tahun. Namun dalam RUU Cipta Kerja regulasi terkait hak
cuti panjang tersebut tak diatur melainkan menyerahkan aturan itu kepada perusahaan atau diatur melalui perjanjian
kerja sama yang disepakati.
UPAH
-Upah satuan hasil dan waktu 
Undang-undang Ketenagakerjaan tidak mengatur upah satuan hasil dan waktu. Sementara, dalam RUU Ciptaker,
upah satuan hasil dan waktu diatur dalam Pasal 88 B. Dalam ayat (2) pasal 88 B tersebut juga dijelaskan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai upah satuan hasil dan waktu diatur dalam peraturan pemerintah (pp).
-Upah Minimum Sektoral dan Upah Minimum Kabupaten/Kota
Dalam UU Ketenagakerjaan, upah minimum ditetapkan di tingkat provinsi, kabupaten/kotamadya, dan sektoral diatur
lewat Pasal 89 dan diarahkan pada pencapaian kelayakan hidup.
Dalam pasal tersebut, upah minimum provinsi ditetapkan Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan
Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Sedangkan penghitungan komponen serta pelaksanaan tahapan
pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dengan Keputusan Menteri.
Namun, Omnibus Law Ciptaker menghapus pasal tersebut dan menggantinya menjadi Pasal 88 C.Dalam pasal
pengganti tersebut upah sektoral dihapuskan sedangkan penetapan upah minimum provinsi diatur dan ditetapkan
gubernur berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan dengan syarat tertentu.
Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan yang diatur dalam Pasal 88 C didasarkan pada data yang bersumber dari
lembaga yang berwenang di bidang statistik. Sementara, syarat tertentu yang dimaksud meliputi pertumbuhan
ekonomi daerah dan inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan upah minimum tersebut diatur dalam peraturan pemerintah.
Yang tak berubah adalah upah minimum kabupaten/kota tetap harus lebih tinggi dari upah minimum provinsi.
Di samping itu, Omnibus Law Ciptaker juga mencantumkan pasal baru, yakni Pasal 90 B yang mengecualikan
ketentuan upah minimum untuk UMKM. Upah pekerja UMKM diatur berdasarkan kesepakatan antara pekerja dan
pemberian kerja sedangkan tata cara lebih lanjut pengaturan upah pekerja untuk UMKM diatur lebih lanjut lewat pp.
UANG PENGGANTIAN HAK
Dalam UU Ketenagakerjaan, Uang Penggantian Hak diatur dalam pasal 156 ayat (4). Dalam RUU Ciptaker,
ketentuan uang penggantian hak yang wajib dibayarkan pengusaha sebagai pesangon karyawan di-PHK berkurang.
Dalam UU Ketenagakerjaan, uang penggantian hak terdiri dari uang pengganti cuti tahunan yang belum diambil dan
belum gugur; uang pengganti biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat di mana
diterima bekerja; dan uang penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan yang ditetapkan 15 persen dari
uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat.
Namun dalam Pasal 156 ayat (4) bagian Ketenagakerjaan Omnibus Law Cipta Kerja, hanya ada dua jenis uang
penggantian hak yang diwajibkan kepada pengusaha, yakni uang pengganti cuti tahunan yang belum diambil dan
belum gugur serta biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana mereka
diterima bekerja.
Di luar itu uang penggantian hak yang wajib diberikan kepada buruh masuk ke dalam kategori "hal-hal lain yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
JAMINAN SOSIAL
- Jaminan Pensiun
UU Ketenagakerjaan Pasal 167 ayat (5) menyatakan bahwa pengusaha yang tak mengikutsertakan pekerja yang
terkena PHK karena usia pensiun pada program pensiun wajib memberikan uang pesangon sebesar 2 kali, uang
penghargaan masa kerja 1 kali dan uang penggantian hak. Jika hal tersebut tak dilakukan, maka pengusaha dapat
terkena sanksi pidana.
Namun RUU Ciptaker menghapus ketentuan sanksi pidana bagi perusahaan tersebut, yakni pasal 184 UU
Ketenagakerjaan yang menyatakan "Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167
ayat (5), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun."
-Jaminan Kehilangan Pekerjaan
Dalam Omnibus Law Ciptaker, pemerintah menambahkan program jaminan sosial baru yaitu Jaminan Kehilangan
Pekerjaan, yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan prinsip asuransi sosial. Hal ini tercantum dalam
Pasal 82 RUU Cipta Kerja.
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)
Dalam UU Ketenagakerjaan perusahaan boleh melakukan PHK dengan 9 alasan yang meliputi: perusahaan
bangkrut, perusahaan tutup karena merugi, perubahan status perusahaan, pekerja melanggar perjanjian kerja,
pekerja melakukan kesalahan berat, pekerja memasuki usia pensiun, pekerja mengundurkan diri, pekerja meninggal
dunia, serta pekerja mangkir.
Dalam Omnibus Law Ciptaker, pemerintah menambah poin alasan perusahaan boleh melakukan PHK dalam Pasal
154 A.
Beberapa alasan tersebut di antaranya: perusahaan melakukan efisiensi; perusahaan melakukan penggabungan,
peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan; dan perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran
utang (PKPU).
Kemudian, perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan pekerja; pekerja mengalami sakit berkepanjangan
atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan;
pekerja buruh memasuki usia pensiun; dan pekerja meninggal.
STATUS KERJA 
Pasal 56 UU Ketenagakerjaan mengatur Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) terhadap pekerja maksimal
dilakukan selama 2 tahun, lalu boleh diperpanjang kembali dalam waktu 1 tahun. Sementara dalam Omnibus
Law Ciptaker, ketentuan Pasal 59 itu dihapus.
Dengan penghapusan pasal ini, tidak ada batasan aturan seseorang pekerja bisa dikontrak. Akibatnya bisa saja
pekerja tersebut menjadi pekerja
kontrak seumur hidup.

JAM KERJA 
Dalam UU Ketenagakerjaan, waktu kerja lembur paling banyak hanya 3 jam per hari dan 14 jam
perminggu.Sedangkan dalam Omnibus Law Cipta Kerja waktu kerja lembur diperpanjang menjadi maksimal 4 jam
per hari dan 18 jam per minggu.
TENAGA KERJA ASING
Pasal 81 poin 4 hingga 11 UU Ciptaker mengubah dan menghapus sejumlah aturan tentang pekerja asing dalam UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Contohnya, dalam UU Ciptaker pemerintah menghapuskan kewajiban izin tertulis bagi pengusaha yang ingin
mempekerjakan TKA. Sebagai gantinya, pengusaha hanya diwajibkan memiliki rencana penggunaan TKA.

Sumber : ( https://www.cnnindonesia.com)

Anda mungkin juga menyukai