Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS

TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : Adinda Rahmawati

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 049174866

Tanggal Lahir : 5 Mei 2004

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum

Kode/Nama Program Studi : 71/Ilmu Pemerintahan

Kode/Nama UPBJJ : 22/Serang

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa/27 Desember 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Adinda Rahmawati


NIM : 049174866
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum
Fakultas : Fakultas Hukum Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
UPBJJ-UT : Serang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Selasa, 27 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

(Adinda Rahmawati)
LEMBAR JAWABAN

1. RKUHP (Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) adalah


rancangan undang-undang yang mengatur tentang hukum pidana di Indonesia. Menurut Lili
Rasjidi, tujuan hukum adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh hukum. Oleh karena itu, dalam
menganalisis RKUHP, perlu dipertimbangkan apakah rancangan tersebut sesuai dengan tujuan
hukum yang diinginkan. Salah satu tujuan utama hukum pidana adalah untuk menjaga keamanan
masyarakat dan menjamin keadilan bagi setiap individu. Oleh karena itu, RKUHP harus
memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, termasuk prinsip-prinsip keadilan formal dan materiil.
RKUHP juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar hukum pidana, seperti prinsip legalitas,
prinsip kepastian hukum, dan prinsip-prinsip lain yang terkait dengan tujuan hukum pidana. Selain
itu, RKUHP juga harus memperhatikan tujuan hukum yang lebih luas, seperti tujuan untuk
mencegah kejahatan, mengubah perilaku individu yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial,
dan menjamin keadilan bagi korban kejahatan. RKUHP harus memperhatikan tujuan-tujuan ini
dalam menentukan pasal-pasal yang akan dijadikan dasar hukum pidana, serta dalam menentukan
sanksi-sanksi yang akan diberikan kepada pelaku kejahatan. Dengan demikian, dalam
menganalisis RKUHP, perlu dipertimbangkan apakah rancangan tersebut sesuai dengan tujuan
hukum yang diinginkan, dan apakah rancangan tersebut dapat membantu mencapai tujuan-tujuan
tersebut dengan tepat.

2. A. Di Indonesia, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis merupakan dua jenis hukum yang
berlaku. Hukum tertulis adalah hukum yang tertuang dalam bentuk peraturan perundang-
undangan yang berlaku secara nasional, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan
Peraturan Daerah. Hukum ini merupakan sumber hukum yang utama dan merupakan landasan
bagi keputusan-keputusan yang diambil oleh pengadilan. Sedangkan hukum tidak tertulis adalah
hukum yang tidak tertuang dalam bentuk peraturan perundang-undangan, tetapi masih berlaku dan
diakui dalam masyarakat. Contoh hukum tidak tertulis di Indonesia antara lain adalah adat,
kebiasaan, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hukum tidak tertulis ini biasanya
digunakan sebagai tambahan atau pelengkap dari hukum tertulis, terutama dalam kasus-kasus
yang tidak tercakup dalam hukum tertulis. Di Indonesia, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
sama-sama diakui dan dihormati. Namun, dalam praktiknya, hukum tertulis lebih diutamakan
karena lebih mudah dipahami, lebih pasti, dan lebih mudah diterapkan. Selain itu, hukum tertulis
juga merupakan sumber hukum yang utama dan merupakan landasan bagi keputusan-keputusan
yang diambil oleh pengadilan. Namun, dalam kasus-kasus tertentu, hukum tidak tertulis juga
dapat dijadikan sebagai sumber hukum dan diakui oleh pengadilan, terutama jika hukum tidak
tertulis tersebut merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

B. Pasal 5 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa:
"Kekuasaan kehakiman diakui dan dilindungi dalam sistem peradilan pada semua tingkatan
sebagai kekuasaan yang merdeka, bebas, tidak tergantung, dan tidak te rpengaruh oleh kekuasaan
lainnya." Dengan demikian, Pasal 5 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka dan
bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya, sehingga dapat memberikan keputusan yang adil dan
objektif sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal ini sangat penting untuk menjamin terciptanya
sistem peradilan yang adil dan tidak terpengaruh oleh kekuasaan lain, seperti kekuasaan eksekutif
atau kekuasaan legislatif. Selain itu, Pasal 5 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman juga menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman tidak tergantung pada kekuasaan lain.
Hal ini berarti bahwa kekuasaan kehakiman memiliki otonomi dalam memberikan keputusan
sesuai dengan hukum yang berlaku, tanpa terpengaruh oleh kekuasaan lain. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa Pasal 5 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
merupakan pasal yang penting untuk menjamin terciptanya sistem peradilan yang adil dan tidak
terpengaruh oleh kekuasaan lain. Hal ini sangat penting untuk menjamin terlaksananya prinsip-
prinsip keadilan dan kepastian hukum dalam masyarakat.

3. Positivisme hukum adalah aliran filsafat hukum yang menekankan pada prinsip bahwa hukum
adalah suatu sistem yang terpisah dari moral dan politik, dan bahwa hukum harus
diinterpretasikan dan diterapkan secara objektif sesuai dengan teksnya. Aliran ini menekankan
pada konsep bahwa hukum adalah suatu sistem yang terpisah dari moral dan politik, dan bahwa
hukum harus diinterpretasikan dan diterapkan secara objektif sesuai dengan teksnya. Di Indonesia,
penerapan aliran positivisme hukum dapat dilihat dari cara penerapan hukum yang berpedoman
pada prinsip-prinsip hukum yang tertuang dalam undang-undang yang berlaku. Penerapan ini juga
tercermin dari cara penyelesaian sengketa hukum yang lebih menekankan pada aspek formalitas
daripada aspek substansi.
Beberapa ciri dari penerapan aliran positivisme hukum di Indonesia adalah:
1. Penekanan pada prinsip-prinsip hukum yang tertuang dalam undang-undang yang berlaku: dalam
penerapan hukum, lebih menekankan pada aspek formalitas dan prinsip-prinsip hukum yang tertuang
dalam undang-undang yang berlaku.
2. Penyelesaian sengketa hukum yang lebih menekankan pada aspek formalitas: dalam penyelesaian
sengketa hukum, lebih menekankan pada aspek formalitas daripada aspek substansi, sehingga
penyelesaian sengketa hukum lebih didasarkan pada prinsip-prinsip hukum yang tertuang dalam
undang-undang yang berlaku.
3. Penekanan pada objektivitas dan non-subjektivitas dalam penerapan hukum: dalam penerapan hukum,
lebih menekankan pada objektivitas dan non-subjektivitas, sehingga hukum harus diinterpretasikan
dan diterapkan secara objektif sesuai dengan teksnya.
4. Penolakan terhadap pengaruh moral dan politik dalam penerapan hukum: dalam penerapan hukum,
aliran ini menolak pengaruh moral dan politik dalam penerapan hukum, sehingga hukum harus
diinterpretasikan dan diterapkan secara objektif sesuai dengan teksnya.

5. UU Ketenagakerjaan merupakan peraturan yang mengatur tentang hak-hak dan kewajiban para
pekerja serta hubungan industrial di Indonesia. UU Cipta Kerja (Omnibus Law) adalah peraturan yang
mengatur tentang reformasi birokrasi dan pembangunan ekonomi di Indonesia. Pengaturan pekerja
outsourcing di dalam UU Ketenagakerjaan dan UU Cipta Kerja memiliki beberapa perbedaan.
1. Pertama, UU ketenagakerjaan mengatur bahwa pekerja outsourcing harus memperoleh hak
yang sama dengan pekerja tetap di perusahaan yang memberikan jasa outsourcing. Sedangkan
UU Cipta Kerja tidak mengatur secara spesifik tentang hak-hak pekerja outsourcing.
2. Kedua, UU ketenagakerjaan mengatur bahwa pekerja outsourcing harus diakui sebagai pekerja
yang terikat dengan perusahaan yang memberikan jasa outsourcing. Sedangkan UU Cipta
Kerja tidak mengatur tentang status pekerja outsourcing sebagai pekerja yang terikat dengan
perusahaan yang memberikan jasa outsourcing.
3. Ketiga, UU ketenagakerjaan mengatur bahwa perusahaan yang memberikan jasa outsourcing
harus memberikan gaji dan hak-hak lain yang sama dengan pekerja tetap di perusahaan yang
memberikan jasa outsourcing. Sedangkan UU Cipta Kerja tidak mengatur secara spesifik
tentang hak-hak pekerja outsourcing.
4. Keempat, UU ketenagakerjaan mengatur bahwa perusahaan yang memberikan jasa
outsourcing harus menyediakan fasilitas yang sama dengan perusahaan yang memberikan jasa
outsourcing. Sedangkan UU Cipta Kerja tidak mengatur secara spesifik tentang fasilitas yang
harus disediakan oleh perusahaan yang memberikan jasa outsourcing.
Secara umum, UU ketenagakerjaan lebih mengatur secara spesifik tentang hak-hak dan
kewajiban pekerja outsourcing, sementara UU Cipta Kerja tidak mengatur secara spesifik
tentang hak-hak pekerja outsourcing. Namun, UU Cipta Kerja memperkenalkan sistem
insentif bagi perusahaan yang memberikan jasa outsourcing, yaitu dengan memberikan
potongan pajak bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja outsourcing selama setidaknya
3 tahun.

Anda mungkin juga menyukai