Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : Maharani

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043138412

Tanggal Lahir : 07 Mei 2004

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum

Kode/Nama Program Studi : 71/ Ilmu Pemerintahan

Kode/Nama UPBJJ : 81/ Majene

Hari/Tanggal UAS THE : Senin /27 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Maharani


NIM : 043138412
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum
Fakultas : FHISIP (Fakultas Hukum Ilmu Sosial & Ilmu Politik)
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
UPBJJ-UT : UT Majene

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Pasangkayu, 27 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Maharani
1. a) Ajaran kausalitas adalah ajaran tentang sebab akibat. Untuk delik materil permasalahan sebab
akibat menjadi sangat penting.
Kausalitas berlaku ketika suatu peraturan pidana tidak berbicara tentang perbuatan atau tindak
pidananya (yang dilakukan dengan sengaja), namun menekankan pada hubungan antara kesalahan atau
ketidaksengajaan (culpa) dengan akibat.
Dengan demikian, sebelum mengulas unsur kesalahan, hakim pertama-tama menetapkan ada tidaknya
hubungan kausal antara suatu tindakan dan akibat yang muncul.
Jadi ajaran kausalitas menentukan pertanggungjawaban untuk delik yang dirumuskan secara materil,
mengingat akibat yang ditimbulkan merupakan unsur dari delik itu sendiri.
Seperti tindak pidana pembunuhan, di mana tidak ada perbuatan pidana pembunuhan jika tidak ada
akibat kematian dari perbuatan tersebut. Sebagai contoh, Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) berbunyi: Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Dalam kasus ini, diduga terdapat tindak pidana yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain karena
tersambar petir.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e931262b32db/macam-macam-teori-
kausalitas-dalam-hukum-pidana
b).Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmunya dan pengetahuan yang secara otomatis bisa
diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain; bahwa setiap kejadian
memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya akibat sesuatu atau
berbagai hal lain yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak
memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu
manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau
dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.
Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang
eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah
hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kausalitas

2. a) Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
sesuai urutan dari yang tertinggi adalah: Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945) ... Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu)
Peraturan Pemerintah (PP)2 Jan 2020
https://www.kompas.com › read ›
b). Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia .Peraturan perundang-undangan menurut
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (“UU 12/2011”) adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara
umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.Jenis peraturan perundang-undangan
selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 di atas mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
Peraturan Perundang-undangan ini diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.[1]
Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011.[2]
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cdbb96764783/kedudukan-
pancasila-sebagai-sumber-hukum-negara
C). Untuk mengatur dan dapat merumuskan perundang-undangan, politik hukum nasional harus
mengacu pada Pancasila yang berbasiskan moral dan agama, menghargai dan melindungi hak-hak asasi
manusia tanpa diskriminasi dan rasialis, mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan semua ikatan
primordialnya dan meletakan kekuasaan di bawah kekuasaannya dan membangunkan keadilan sosial
untuk seluruh rakyat Indonesia. Meski diakui bahwa Pancasila adalah sumber segala sumber hukum,
tetapi kehendak untuk menjadikan Pancasila sebagai bagian pasal-pasal yang ada dalam perundang-
undangan tidak mudah. Ketidakmudahan itu terjadi, karena tidak ada aturan yang secara imperatif atau
memiliki daya untuk memaksa mengikatkan dalam bentuk keharusan kepada suatu udang-undang yang
telah, sedang dan dibentuknya nilai-nilai Pancasila. Problematika di atas menjadi penting dan tidak
dapat dipandang sebelah mata, karena berpotensi ketidaksinkronan atau dapat bertolak belakang
antara undang-undang dengan Pancasila. Hal ini terjadi bersumber ketidaktegasan dan tidak
diletakannya Pancasila sebagai rujukan utama dalam tata urutan atau hierarki perundang-undangan.
Seharusnya, Pancasila menjadi rujukan mutlak di dalam setiap pembentukan segala bentuk ataupun
produk hukum perundang-undangan.https://business-law.binus.ac.id/2019/01/29/menjadikan-
pancasila-sebagai-hierarki-yang-tertinggi-dalam-pembentukan-perundang-undangan/

3). Didalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk
perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil
dan makmur sebagai yang kita cita-citakan. Dalam pada itu hukum Agraria yang berlaku sekarang ini,
yang seharusnya merupakan salah satu alat yang penting untuk membangun masyarakat yang adil dan
makmur tersebut, ternyata bahkan sebaliknya, dalam banyak hal justru merupakan penghambat dari
pada tercapainya cita-cita diatas. Hal itu disebabkan terutama:
a.karena hukum agraria yang berlaku sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-
sendi dari pemerintah jajahan, dan sebagian lainnya lagi dipengaruhi olehnya, hingga bertentangan
dengan kepentingan rakyat dan Negara didalam melaksanakan pembangunan semesta dalam rangka
menyelesaikan revolusi nasional sekarang ini;
b.karena sebagai akibat dari politik-hukum pemerintah jajahan itu hukum agraria tersebut mempunyai
sifat dualisme, yaitu dengan berlakunya peraturan-peraturan dari hukum-adat disamping peraturan-
peraturan dari dan yang didasarkan atas hukum barat, hal mana selain menimbulkan pelbagai masa'alah
antar golongan yang serba sulit, juga tidak sesuai dengan cita-cita persatuan Bangsa;
c.karena bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan itu tidak menjamin kepastian hukum.
Berhubung dengan itu maka perlu adanya hukum agraria baru yang nasional, yang akan mengganti
hukum yang berlaku sekarang ini, yang tidak lagi bersifat dualisme, yang sederhana dan yang menjamin
kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hukum agraria yang baru itu harus memberi kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi, air dan ruang
angkasa sebagai yang dimaksudkan diatas dan harus sesuai pula dengan kepentingan rakyat dan Negara
serta memenuhi keperluannya, menurut permintaan zaman dalam segala soal agraria. Lain dari itu
hukum agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan dari pada azas kerokhanian, Negara dan cita-
cita Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan
Sosial serta khususnya harus merupakan pelaksanaan dari pada ketentuan dalam pasal 33 Undang-
undang Dasar dan Garis-garis besar dari pada haluan Negara yang tercantum didalam Manifesto Politik
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 dan ditegaskan didalam Pidato Presiden tanggal 17
Agustus 1960
4). a) Sistem hukum Common Law mendasarkan pada putusan pengadilan sebagai sumber hukumnya.
Sedangkan, sistem hukum Civil Law (Eropa Kontinental) yang berlaku di negara-negara Eropa daratan
dan negara-negara jajahannya, termasuk Indonesia, berpegang kepada kodifikasi undang-undang
menjadi sumber hukum utamanya.25 Okt 2017
https://business-law.binus.ac.id › civ...
b).Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan
dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi, dan masyarakat dalam berbagai
cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut
pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak
asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali dari pemerintah, sementara hukum
internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan,
lingkungan, peraturan atau tindakan militer. Filsuf Aristotle menyatakan bahwa "sebuah supremasi
hukum akan jauh lebih baik dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum
C).Sistem hukum anglo saxon merupakan salah satu sistem hukum tertua dan paling banyak digunakan
di dunia hingga saat ini. Sistem hukum ini lahir dari daratan Inggris dan berkembang hingga ke Amerika.
Kamu masih bisa menemui beberapa contoh ajaran sistem hukum anglo saxon dalam tatanan hukum
saat ini. Berbagai contoh sistem hukum anglo saxon dalam penerapan sistem hukum negara di dunia
adalah:
- Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis yang diterapkan di suatu wilayah merupakan salah satu contoh sistem hukum
anglo saxon. Hukum anglo saxon cenderung lebih mengutamakan kebiasaan dan dinamika yang terjadi
di masyarakat. Beberapa bagian dari hukum ini tidak ditulis, sehingga dapat berubah mengikuti
perkembangan zaman.Hukum anglo saxon sangat fleksibel dan dapat dengan mudah berubah sesuai
dengan perubahan yang terjadi pada dunia. Salah satu contoh sistem hukum anglo saxon di Indonesia
adalah asas hukum adat yang tidak dibuat dalam aturan tertulis.
-Hukum Hasil Keputusan Hakim
Contoh sistem hukum anglo saxon juga dapat kamu lihat pada hukum hasil keputusan hakim di suatu
pengadilan. Banyaknya perbedaan konstitusi tertulis dan tidak tertulis membuat sistem hukum anglo
saxon menggunakan keduanya. Selain bersumber dari peraturan tidak tertulis, sumber hukum di sistem
hukum anglo saxon juga berasal dari putusan hakim dalam bentuk tertulis.
Hakim memiliki kekuatan yang sangat luas di negara anglo saxon. Hakim merupakan pihak yang
memiliki wewenang untuk menetapkan peraturan hukum, menafsirkan peraturan hukum, dan
membentuk tatanan kehidupan di masyarakat. Pembentukan peraturan hukum melalui juriprudensi
(keputusan hakim) dinilai menjadi cara terbaik.

Cara ini dapat menciptakan keadilan dan dimanfaatkan yang merata pada masyarakat. Hakim bisa
membentuk hukuman baru bagi perkara sejenis yang sebelumnya sudah memiliki penyelesaian hukum.
Produk hukum yang dapat dibentuk oleh hakim berupa asas hukum tata negara, hukum keuangan
negara, landasan hukum APBN, dan berbagai produk hukum lainnya di negara tersebut.
-Juri Pada Peradilan
Adanya juri pada peradilan dan pengadilan juga menjadi contoh sistem hukum anglo saxon yang
diterapkan di dunia. Selain hakim, keberadaan juri dalam pengadilan juga menjadi hal penting dalam
sistem hukum anglo saxon. Juri bisa menentukan seorang terdakwa bersalah atau tidak bersalah.
Juri ini terdiri dari beberapa orang sipil yang memiliki ilmu dan kemampuan untuk menilai perkara
yang sedang disidangkan. Selama proses persidangan, juri akan melakukan pemeriksaan terhadap
terdakwa. Dengan sistem juri, hakim tidak bisa mengambil keputusan yang berbeda dengan juri.
Misalnya, juri sudah menentukan bahwa terdakwa bersalah, maka hakim tidak bisa menyatakan bahwa
terdakwa tidak bersalah. Jika juri sudah menyatakan terdakwa bersalah hakim hanya memiliki
wewenang untuk menentukan lama hukuman atau jenis hukuman yang akan diterima oleh terdakwa.
https://guruppkn.com/contoh-sistem-hukum-anglo-saxon

Anda mungkin juga menyukai