Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 3

Nama Mahasiswa : HERI PURNOMO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041447974

Kode/Nama Mata Kuliah : 4210/ HUKUM LINGKUNGAN

Kode/Nama UPBJJ : 45/ YOGYAKARTA

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS


TERBUKA
. Soal
1. Pada 25 Februari dan 26 Februari 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
memenangkan gugatan perdata dalam kasus pencemaran lingkungan. Pengadilan mengabulkan
dua gugatan perdata KLHK kepada perusahaan yang mencemari Daerah Aliran Sungai Citarum.
Pengadilan Negeri Bale Bandung memutus PT Kamarga Kurnia Textile Industri (KKTI) bersalah dan
hukuman PN Jakarta Utara buat PT How Are You Indonesia (HAYI). Perusahaan tekstil ini terbukti
mencemari lingkungan hidup DAS Citarum dan dihukum membayar gantu rugi materiil sebesar
Rp16,263 miliar. Pada 25 Februari 2020, Majelis Hakim PN Bale Bandung mengabulkan gugatan
KLHK terhadap KKTI. Perusahaan ini terbukti mencemari lingkungan hidup di lokasi KKTI di Jalan
Cibaligo KM 3 Leuwigajah, Desa Melong, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat.
Atas putusan ini, majelis hakim menghukum KKTI membayar ganti rugi materiil Rp 4,25 Miliar,
lebih rendah dari gugatan KLHK Rp18,2 miliar. Pada 26 Februari 2020, Majelis Hakim PN Jakarta
Utara diketuai Taufan Mandala, dengan hakim anggota Agus Darwanta, dan Agung Purbantoro,
menyatakan, HAYI beralamat di Jalan Nanjung No 206, Kalurahan Cibeureum, Kecamatan Cimahi
Selatan, Kota Cimahi terbukti mencemari lingkungan hidup DAS Citarum. Adapun, Majelis Hakim
menghukum HAYI membayar ganti rugi Rp 12,013 miliar. Angka ini lebih rendah dari gugatan
KLHK, Rp12,198 miliar. Sumber: https://www.mongabay.co.id/2020/03/04/dua-perusahaan-
cemari-das-citarum-kena-hukumrp1626-miliar/

Berdasarkan potongan kasus di atas:


a. Analisalah dasar hukum gugatan pemerintah terhadap pelaku pencemaran lingkungan!
Jawab:
Saat ini, hak gugat pemerintah atas kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan bersandar pada
ketentuan Pasal 90 ayat (1) UU No. 32/2009 yang berbunyi, “Instansi pemerintah dan
pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup berwenang
mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian
lingkungan hidup.” Dalam Penjelasannya disebutkan bahwa kerugian lingkungan hidup adalah
kerugian yang timbul akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang bukan
merupakan hak milik privat. Sementara itu, tindakan tertentu diartikan sebagai tindakan
pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta pemulihan fungsi
lingkungan hidup guna menjamin tidak akan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup. UU No. 32/2009 pula dalam Pasal 90 ayat (2) mengamanatkan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian lingkungan diatur dengan Peraturan Menteri, sehingga
dengan itu diterbitkanlah beberapa Peraturan Menteri berkaitan dengan kerugian lingkungan,
seperti: Permen LH Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup yang telah diganti dengan Permen LH Nomor 7 Tahun 2014
(Permen LH No. 7/2014), Permen LH Nomor 14 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Gambut (Permen LH Valuasi Gambut), dan Permen LH Nomor 15 Tahun 2012 tentang
Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan (Permen LH Valuasi Hutan)

b. Jabarkan obyek yang dapat dijadikan gugatan (petitum) dalam hak gugat pemerintah
tersebut!
Jawab:
Di dalam UU-PPLH pengaturan tentang tugas dan wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diatur pada Bab IX Pasal 63 dan Pasal 64. Pasal 63 ayat (1) . Sedangkan wewenang Pemerintah
Kota dan kabupaten diatur dalam Pasal 63 ayat (3) UUPPLH. Tugas dan wewenang Pemerintah
tersebut dilaksanakan dan/atau dikoordinasikan oleh Menteri seperti yang dinyatakan dalam
Penjelasan Umum bahwa: “Undang-Undang ini (maksudnya adalah UUPPLH) memberikan
kewenangan yang luas kepada Menteri untuk melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta melakukan koordinasi dengan
instansi lain. Melalui undang-undang ini pula pemerintah memberi kewenangan yang sangat luas
kepada Pemerintah Daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
daerah masing- masing... Berdasarkan ketentuan tugas dan wewenang pemerintah tersebut
dapat dikelompokkan sesuai dengan ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yakni perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemelihara- an, pengawasan dan
penegakan hukum. Sementara organisasi yang bertanggungjawab berdasarkan UU- PPLH di
tingkat pusat adalah Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam hal ini seyogyanyalah tidak saja Menteri Negara Lingkungan Hidup,
namun juga menteri-menteri bidang lain yang mempunyai keterkaitan bidang dengan
lingkungan/sumber daya alam seperti Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri Energi
dan Sumber Daya mineral, Menteri Perikanan dan Kelautan termasuk juga Kepala Badan
Pertanahan Nasional.

2. Balai Gakkum KLHK wilayah Jawa Bali Nusa tenggara (Jabalnusra) didesak untuk menjatuhkan
sanksi hukuman pidana terhadap dua perusahaan yang diindikasikan melakukan pencemaran di
Sungai Avur Budug Kesambi Jombang. Desakan datang dari komunitas pelestari lingkungan di
kota santri. Dua perusahaan yang telah diindikasikan melakukan pencemaran itu adalah pabrik
kertas PT MAG dan pabrik plastik UD MPS di Desa/Kecamatan Kesamben Jombang. Dari hasil
gelar perkara terkait hasil verifikasi lapangan tim Gakkum KLHK, PT MAG akan direkomendasikan
untuk diberi sanksi administrasi. Sedangkan UD MPS akan terancam sanksi hukuman pidana
karena sebelumnya sudah pernah disanksi administrasi oleh Pemkab Jombang.
Sumber: https://www.jatimtimes.com/baca/206425/20191217/094800/gakkum-khlk-didesak-
berikansanksi-pidana-ke-dua-pabrik-pelaku-pencemaran-di-jombang

Analisislah :
a. Dapatkah badan usaha yang melakukan pencemaran lingkungan dikenakan sanksi pidana?
Jelaskan dasar hukumnya!
Jawab:
DAPAT. Sebagai dasar hukumnya adalah dijelaskan sbb:
Pertanggungjawaban pidana jika tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas
nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang
bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut.

Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana dalam
huruf b di atas, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat
dengan sepertiga.

Jika tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha sebagaimana dalam
huruf a di atas, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang
berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan selaku pelaku fungsional.
Pasal 60 UU PPLH:
Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
tanpa izin.
  Pasal 104 UU PPLH:
Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan  pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
Secara Hukum Pidana perusahaan-perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan ke
sungai dapat juga dikenakan Pasal  98 UU PPLH karena dengan perbuatan yang dilakukannya
mengakibatkan terlampauinya ambang baku mutu sungai. Selain dikenakan Pasal 98, juga dapat
dikenakan Pasal 100 apabila perusahaan telah terlebih dahulu mendapatan sanksi administratif
dari pemerintah
b. Jika dapat, terhadap siapa sanksi pidana dijatuhkan? Jelaskan dasar hukumnya!
Jawab:
Pertanggungjawaban pidana jika tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas
nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang
bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. (Pasal 116 UU 32/2009)

Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana dalam
huruf b di atas, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat
dengan sepertiga.(Pasal 117 UU 32/2009)

Jika tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha sebagaimana dalam
huruf a di atas, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang
berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan selaku pelaku fungsional. (Pasal 118 UU 32/2009)
Dalam tindak pidana lingkungan hidup pertangnggunngjawaban pidana tidak hanya diberikan
kepada orang perseorangan namun badan hukum atau badan usaha pun dapat dimintakan
pertanggungjawaban pidana, berdasarkan pada pasal 116 sampai dengan 118 undang-undang
No. 32 tahun 2009. Yang dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana adalah orang yang
memberikan perintah dalam kegiatan korporasi, pertanggungjawaban pidana yang dapat
dimintakan yaitu pidana denda dan pidana penjara. Bagi mereka yang memiliki badan usaha bisa
dikenakan pidana tambahan berupa keuntungan dari badan usaha tersebut akan disita
seluruhnya dan sampai hal yang terburuk adalah penutupan badan usaha tersebut.

c. Jelaskan sanksi pidana tambahan terhadap badan usaha yang melakukan pencemaran
lingkungan !
Jawab:
Terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa
sesuai Pasal 119 UU 32 Tahun 2009 sbb::
a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
b. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;
c. Perbaikan akibat tindak pidana;
d. Kewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau;
e. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun ;
Demikian jawaban saya:
Heri Purnomo/041447974

Referensi:
-UU 32 Tahun 2009 tentang lIngkungan Hidup
- Andri G. Wibisana, Penegakan Hukum Lingkungan Melalui Pertanggungjawaban Perdata, BP-FHUI,
Depok: 2017.
-Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laporan Kinerja Tahun
2019, Setditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta: 2020.

Anda mungkin juga menyukai