Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RINO SUJIYATMOKO

NIM : 042439091
MAKUL : Hukum Telematika
TUGAS : 3 ( Tiga )

Soal :

Gen Halilintar terjerat kasus pelanggaran hak cipta akibat menggubah ulang lagu 'Lagi
Syantik' yang ditulis oleh Yogi RPH dan Donall. Lagu tersebut dipopulerkan oleh pedangdut
Siti Badriah. Dan mengunggahnya di channel youtube mereka.

Kuasa hukum Nagaswara, Yosh Mulyadi, mengklaim kliennya mengalami kerugian hingga
kisaran miliaran rupiah akibat Gen Halilintar yang membawakan ulang lagu tersebut tanpa izin.

CEO Nagaswara, Rahayu kertaguna, mengungkapkan kasus itu bermula dari aduan pencipta
lagu 'Lagi Syantik' yang merasa tidak mendapatkan hak semestinya dari unggahan keluarga
YouTuber tersebut.

"Pencipta lagunya di bawah naungan publishing nagaswara ya kita harus melindungi mereka,"
kata Rahayu.

Sumber : detik.com

1. Berdasarkan kasus di atas, silakan analisis menurut opini saudara apakah telah terjadi
dugaan pelanggaran hak cipta di internet? Jelaskan disertai dasar hukumnya!
2. Terkait dengan hak cipta di internet, apabila seseorang mengambil artikel atau naskah
baik itu sebagian atau seluruhnya dari suatu situs dan memposting kembali di situs yang
berbeda, bisakah dituntut? Jelaskan disertai dasar hukumnya!
3. Produk digital seperti software juga telah menjadi sasaran pembajakan bahkan semakin
marak penggunaan software illegal oleh perusahan-perusahaan di Indonesia, berikan
opini saudara langkah-langkah hukum apa saja yang perlu diambil untuk mencegah
penggunaan software bajakan!

Jawaban :

1. Berdasarkan kasus di atas menurut pendapat saya telah terjadi pelanggaran hak cipta di
internet oleh Gen Halilintar.

Karena mengenai aransemen baru/ mengubah ulang sebuah lagu berarti kita bicara
mengenai karya pengalih wujudan. Pada Pasal 40 ayat (1) huruf n UUHC
2014 menyebutkan bahwa terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data,
adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi merupakan Ciptaan
yang dilindungi. Dalam bagian Penjelasan, yang dimaksud dengan "karya lain dari hasil
transformasi" adalah mengubah format Ciptaan menjadi format bentuk lain.

Pasal 9 ayat (1) huruf d UUHC 2014 menyatakan bahwa: Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan
pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan.
2

Sedangkan menurut Pasal 40 ayat (2) UUHC 2014, lagu yang diaransemen ulang sebagai
karya lain dari hasil transformasi dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak
mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli. Ini berarti bahwa Pencipta menguasai hak untuk
mengaransemen maupun melakukan transformasi lagu ciptaannya. Tidak boleh ada
seorangpun yang bisa melakukan aransemen baru/transformasi atas lagunya tanpa
seizing Pencipta aslinya.

Lagu yang merupakan hasil aransemen ulang atau transformasi tidak timbul hak ciptanya
apabila tidak mendapatkan izin dari Pencipta. Sebagaimana prinsip lahirnya hak cipta
yang menyatakan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Apabila suatu ciptaan dihasilkan tetapi bertentangan dengan ketentuan
perundang-undangan (yaitu melanggar hak cipta orang/pihak lain) maka hak ciptanya
tentusaja tidak timbul.

2. Apabila seseorang mengambil artikel atau naskah baik itu sebagian atau seluruhnya dari
suatu situs dan memposting kembali di situs yang berbeda tentu saja bisa dituntut.
Dalam Pasal 40 ayat (1) huruf a UUHC, disebutkan ciptaan yang dilindungi, antara lain
sebagai berikut:
“Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis
lainnya.”

Namun jika pembuatan dan penyebar luasan konten hak cipta melalui media teknologi
informasi dan komunikasi bersifat tidak komersial dan/atau menguntungkan pencipta atau
pihak terkait, atau pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan
penyebar luasan tersebut, maka perbuatan pengambilan naskah lewat internet tidak
dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

Selain itu, mungkin ada beberapa hal yang harus diperhatikan, misalnya:
a. Coba periksa secara seksama situs tersebut, mungkin saja web master atau pemilik
situs membuat suatu pernyataan penggunaan situs tersebut. Bisa saja, pemilik situs
memberikan izin sepenuhnya atau dalam hal-hal tertentu saja, missalnya untuk tujuan
pendidikan, sehingga memungkinkan isinya diambil seluruh/sebagian. Namun dapat
pula, pemilik situs melarang untuk diambil konten dalam situsnya.
b. Apakah tujuan dari pengambilan dan menampilkan kembali (posting) naskah tersebut.
Hal ini dikarenakan sesuai dengan Pasal 44 UUHC, penggunaan, pengambilan,
penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait secara
seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta
jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan:
1) pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta;
2) keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan;
3) ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau
4) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
3

3. Dalam rangka menanggulangi semakin maraknya penggunaan software illegal, Indonesia


saat ini telah memiliki perangkat hukum yang cukup lengkap dalam memberikan
perlindungan terhadap HKI. Selain adanya perangkat hukum yang khusus mengatur
mengenai HKI. Dalam hal pembuktian hal-hal terkait bukti elektronik dan menyangkut
pengaturan mengenai nama domain, pada April Tahun 2008 telah disahkan suatu rezim
hukum baru terkait cyber law melalui Undang-Undang No. 19 Tahun 2019 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.

Selain itu ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan guna mencegah penggunaan
software bajakan :
a. Bagi para produsen software.
Produsen sebaiknya tidak menyamakan para konsumennya, tetapi perlu dilihat
kemampuan daya belinya. Apabila software tersebut akan dipasarkan di negara
dengan tingkat daya beli masyarakat yang rendah, maka perlu diupayakan agar
software tersebut dijual dengan harga yang tetap terjangkau oleh masyarakat.
b. Bagi pemerintah
Pemerintah perlu menurunkan tariff pajak atau software original agar harganya
terjangkau oleh para pengguna computer. Penyebab tingginya harga software original
adalah tingginya royaliti yang ditetapkan oleh produsen software dan adanya pajak
dari pemerintah.
c. Bagi produsen open source
Perlu pengembangan lebih jauh terhadap program-program open source supaya
dikenal dan digunakan masyarakat secara luas, termasuk pula peningkatan
kemampuannya supaya setara dengan software yang komersil.
d. Bagi para pengguna software.
Para pangguna yang telah terlanjur memiliki software bajakan sebaiknya hanya
menggunakan software tersebut untuk kepentingan pribadi dan tidak mengomersilkan
software tersebut untuk mengeruk keuntungan priibadi Solusi ini tidak diharapkan
dapat menguruangi tingkat pembajakan, tetapi dapat mencegah penyebaran software
bajakan tersebut bila hanya digunakan untuk kepetingan pribadi saja.

Sumber dan referensi:


1. Modul 8 BMP HKUM 4301.
2. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl90/pelanggaran-hak-cipta-mengambil-
naskah-di-internet.

Anda mungkin juga menyukai