TUGAS 3
Sehingga muatan keputusan presiden merupakan materi muatan sisa undang – undang
dan peraturan pemerintah (bersifat atribusi) serta muatan yang merupakan delegasi
dari undang – undang dan keputusan Presiden.
Peraturan presiden perubahan dari peraturan presiden didefinisikan dalam pasal 1 ayat
(6) Undang – Undang nomor 12 tahun 2011 sebagai Peraturan Perundang - undangan
yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang –
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pmerintah.
Dasar kewenangan Presiden untuk membentuk Peraturan Presiden adalah pasal 4 ayat
(1) Undang – Undang Dasar 1945. Perlu dipahami Peraturan Presiden dapat dibentuk
berdasarkan atribusi dari pasal 4 ayat (1) Undang – Undang Dasar 1945 maupun
berdasarkan delegasi dari Peraturan Pemerintah maupun Undang – Undang. Sifat
Peraturan Presiden juga tidak selalu sekali selesai, peraturan presiden dapat bersifat
umum dan berlaku terus menerus. Dalam hubungannya dengan ilmu perundang –
undangan justru yang dimaksud peraturan presiden adalah peraturan presiden yang
memeiliki keberlakuan umum dan terus menerus
Didalam Undang – Undang sebelumnya yaitu undang – undang nomor 10 tahun 2004
tentang pembentukan peraturan perundang – undangan, TAP MPR tidak dimasukan
kedalam hierarki peraturan perundang – undangan, namun dengan adanya perubahan
undang – undang Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang –
undangan, kembali memasukan TAP MPR kedalam hierarki peraturan perundang –
undangan. Dengan dimasukannya TAP MPR kembali kedalam hierarki peraturan
perundang – undangan berarti segala bentuk ketetapan MPR harus bersifat
pengaturan. Sedangkan TAP MPR dalam prakteknya bersifat penetapan terhadap
pemberhentian presiden. Keberadan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pembentukan peratutan perundang – undangan mengakibatkan TAP MPR secara
otomatis menjadi rujukan dalam pembentukan dan penerapan ketentuan peraturan
perundang –undangan yang berada dibawahnya. Dalam hal ini UU/PERPU, PP,
Perpres, dan Perda. Sedangkan TAP MPR sendiri pengaturannya hanya bersifat
kedalam bukan keluar, karena dalam sidang umum MPR tahun 2003 telah diputuskan
bahwa TAP MPR tidak lagi mengatur keluar (mengikat publik), namun hanya berlaku
bagi intern MPR.
Mengacu pada tata cara pengesahan rancangan undang – undang yang telah
disetujui bersama oleh DPR dan Presiden untuk disahkan menjadi undang –
undang
4. Pengesahan
Mengacu pada tata cara pengesahan rancangan undang – undang yang telah
disetujui bersama oleh DPR dan Presiden untuk disahkan menjadi undang –
undang
5. Pengundangan
Undang – Undang yang telah disahkan harus diundangkan dengan menempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. pengundangan tersebut
dimaksudkan agar setiap orang mengetahui undang – undang tersebut.
Penjelaan undang – undang dimuat dalam tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia dilaksanakan oleh menteri hukum dan Hak Asasi Manusia.