Anda di halaman 1dari 4

Nama :-

NIM :-
Mata Kuliah : Ilmu Perundang-Undangan

1. Undang-undangan dasar 1945 sudah di amandemen sebanyak empat (4) kali. Hal tersebut
menjelaskan bahwa amandemen/perubahan UUD 1945 bisa saja dilakukan dalam kurun waktu
yang pendek/singkat. Jelaskan mekanisme amandemen Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UUD NKRI) 1945 dan sebutkan dasar hukumnya kemudian simpulkan
apakah amandemen sebuah UUD NKRI 1945 bersifat rigid (kaku) atau fleksibel? 

Jawab:
Tata Cara Perubahan UUD 1945
C.F. Strong mengemukakan adanya empat cara perubahan UUD, yaitu:
1. Melalui lembaga legislatif biasa, tetapi di bawah batasan-batasan tertentu. Pertama,
diwajibkan adanya kuorum tetap anggota untuk mempertimbangkan usulan perubahan dan
mayoritas istimewa untuk pengesahan usulan amandemen. Kedua, diwajibkan adanya
pembubaran dan pemilihan umum, sehingga lembaga legislatif baru dibentuk dengan mandate
untuk membahas usulan amandemen itu ketiga, perubahan konstitusional oleh lembaga legislatif
adalah diwajibkannya suara mayoritas dari kedua majelis dalam sidang gabungan, artinya kedua
majelis tersebut duduk bersama sebagai satu majelis.25
2. Melalui rakyat lewa referendum. Singkatnya adalah parlemen terlebih dahulu menyiapkan
apa-apa saja µyang akan diubah hingga tercapai kesepakatan sesuai kuorum dalam konstitusinya,
kemudian palemen meminta pendapat rakyat. Diterima atau ditolak terkait 24 Ibid. 25 C.F.
Strong, Modern Political Constitution (Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Studi Perbandingan
tentang Sejarah dan Bentuk), cetakan ke 10, Nusa Media, Bandung: 2015, hlm. 209. perubahan
itu. Intinya kedaulatan rakyat secara murni dalam hal ini pemberlakuannya adalah legitimated.
3. Melalui suara mayoritas dari seluruh unit pada negara federal. Metode ini khas federasi. Tentu
saja, semua konstitusi federasi mewajibkan adanya persetujuan untuk amandemennya dalam satu
bentuk atau bentuk lainnya, diantaranya adalah persetujuan suara mayoritas atau seluruh unit
federasi. Pengambilan suara tentang usulan itu dapat dilakukan melalui pengambilan suara rakyat
(popular vote) atau lewat lembaga legislatif negara bagian yang berkepentingan.26
4. Melalui Konvensi Istimewa Perubahan menurut cara ini dilakukan oleh lembaga yang
dibentuk dan diberi wewenang khusus untuk melakukan perubahan UUD. setelah perubahan
UUD selesai dilakukan, maka lembaga tersebut tidak diperlukan lagi dan dibubarkan.
dalam melakukan amandemen lembaga MPR harulah mengacu pada pasal 37 UUD 1945 yang
mengatur tentang tata cara perubahan konstitusi, adapun dasar hukum yang telah di amandemen
melipiti :
1.) Untuk mengubah undang-undang dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
majelis permusyawaratan rakyat harus hadir.
2.) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang
hadir.
UUD fleksibel adalah konstitusi yang mengandung ciri-ciri pokok: (a) elastis, oleh karena dapat
menyesuaikan dirinya dengan mudah; dan (b) diumumkan dan diubah dengan cara yang sama
seperti undang-undang. Sedangkan UUD rigid adalah yang mengandung ciri-ciri: (a) mempunyai
kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain; (b) hanya
dapat diubah dengan cara yang khusus dan istimewa. Jadi dapat disimpulkan bahwa UUD 1945
adalah hukum yang bersifat fleksibel karena dapat diubah dan menyesuaikan dengan keadaan
yang terjadi.

2. Dari Kasus I diatas maka Jelaskan tata cara Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang
(PERPU) dapat dibentuk dan serta berikan contohya selain diatas? 

Jawab:

 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (“PERPU”) disebutkan dalam Pasal 22 ayat


(1) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”):
 
“Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang.”
 
Penetapan PERPU yang dilakukan oleh Presiden ini juga tertulis dalam Pasal 1 angka 4 Undang-
Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (“UU
12/2011”) yang berbunyi:
 
“Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.”
 
Dari bunyi kedua pasal di atas dapat kita ketahui bahwa syarat presiden mengeluarkan PERPU
adalah dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. Dalam artikel berjudul Polemik Penolakan
Perpu JPSK yang ditulis Yuli Harsono, dikatakan bahwa subyektivitas Presiden dalam
menafsirkan “hal ihwal kegentingan yang memaksa” yang menjadi dasar diterbitkannya PERPU,
akan dinilai DPR apakah kegentingan yang memaksa itu benar terjadi atau akan
terjadi. Persetujuan DPR ini hendaknya dimaknai memberikan atau tidak memberikan
persetujuan (menolak). Jadi, menurut Yuli Harsono, yang menafsirkan suatu kegentingan
memaksa itu adalah dari subyektivitas Presiden. Inilah yang menjadi syarat ditetapkannya sebuah
PERPU oleh Presiden.
 
Kedudukan PERPU sebagai norma subjektif juga dinyatakan Jimly Asshiddiqie:
 
“Pasal 22 memberikan kewenangan kepada Presiden untuk secara subjektif menilai keadaan
negara atau hal ihwal yang terkait dengan negara yang menyebabkan suatu undang-undang tidak
dapat dibentuk segera, sedangkan kebutuhan akan pengaturan materiil mengenai hal yang perlu
diatur sudah sangat mendesak sehingga Pasal 22 UUD 1945 memberikan kewenangan kepada
Presiden untuk menetapkan peraturan pemerintah pengganti undangundang (Perpu)”
(Asshiddiqie, 2010: 209)
 
Demikian sebagaimana dikutip Ibnu Sina Chandranegara dalam artikel berjudul Pengujian
Perppu Terkait Sengketa Kewenangan Konstitusional Antar-Lembaga Negara: Kajian Atas
Putusan MK No. 138/PUU-VII/2009, yang dimuat dalam Jurnal Yudisial, Vol. 5 No. 1, April
2012.
 
Ukuran objektif penerbitan PERPU baru dirumuskan oleh Mahkamah Konstitusi (“MK”)
dalam Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009. Berdasarkan Putusan MK tersebut, ada tiga
syarat sebagai parameter adanya “kegentingan yang memaksa” bagi Presiden untuk menetapkan
PERPU, yaitu:
i.    Adanya keadaan yaitu kebutuhanmendesak untuk menyelesaikan masalah hukum
secara cepat berdasarkan Undang-Undang;
ii.     Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan
hukum, atau ada Undang-Undang tetapi tidak memadai;
iii.    Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat Undang-
Undang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan;

3. Kita sepakat bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang ada di
Indonesia dan menempatkan Pancasila sebagai filter utama dalam menyaring peradaban yang
berkembang di Indonesia, tetapi belakangan ini ada wacana bahwa Pancasila akan dibreakdown
ke Undang-Undang atau ada juga yang berpendapat mengenai ekasila, trisila dan lain
sebagainya. Jelaskan posisi Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm bangsa Indonesia dan
bagaimana pandangan anda mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi
Pancasila (HIP) yang saat ini sedang hangat diperbincangkan? 

Jawab:

Secara yuridis formal berdasarkan Pasal 37 UUD 1945, konstitusi sebagai hukum dasar
memungkinkan adanya perubahan. namun Pancasila dalam kedudukannya sebagai kaidah pokok
negara (staats fundamental norm) sifatnya tetap kuat dan tak berubah. Staats fundamental norm
adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi. Ia ada terlebih dahulu
sebelum adanya konstitusi.

Pancasila sebagai staats fundamental norm diletakkan sebagai dasar asas dalam mendirikan
negara, maka ia tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak membenarkan perubahan
Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar
nasional di Indonesia. Mengubah Pancasila berarti mengubah dasar atau asas negara. Kalau dasar
asas atau fundamental dari negara tersebut diubah maka dengan sendirinya negara yang
diproklamasikan hasil perjuangan para pahlawan bangsa akan berubah atau tidak ada sebab
dasarnya atau fundamennya tidak ada.

Menurut saya terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila) lebih
baik dipertimbangkan lagi dengan sangat teliti karena menyangkut dengan hukum dari segala
sumber hukum yaitu PANCASILA, yang telah lama menjadi pedoman hukum di Indonesia.
Selain itu pada penjelasan diatas juga disebutkan bahwa pancasila adalah kaidah pokok negara
(staats fundamental norm) sifatnya tetap kuat dan tak berubah.

Anda mungkin juga menyukai