Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Ricki Fajar Adiputra

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 021344639

Tanggal Lahir : 29 Desember 2021

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4204/Hukum Adat

Kode/Nama Program Studi : Ilmu Hukum S1

Kode/Nama UPBJJ : Bogor

Hari/Tanggal UAS THE : 23 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Ricki Fajar Adiputra


NIM : 021344639
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4204/Hukum Adat
Fakultas : FHISIP
Program Studi : Ilmu Hukum S1
UPBJJ-UT : Bogor

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Bogor, 23 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Ricki Fajar Adiputra


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. A. Menurut Soepomo, masyarakat hukum adat di Indonesia terbentuk karena factor geneologis secara teritorial
yakni karena pertalian berdasarkan keturunan dan territorial yakni karena ruang lingkup suatu daerah. Berikut
beberapa contoh yang menjelaskan pembentukan hukum adat di Indonesia :
a. Faktor Masyarakat Geneologis Teritorial
Hukum adat terbentuk karena adanya sekelompok masyarakat yang terikat atau membentuk ikatan
kemudian turun temurun karena pertalian keturunan mengakuinya sebagai hukum adat diantara mereka,
misalnya :
1. Patrilineal : Adalah masyarakat hukum adat dengan garis kuat keturunan laki-laki (Bapak) yang
dijalankan di Suku Batak, Lampung, Bali, NTT, Maluku dan Irian.
2. Matrilineal: masyarakat hukum adat dengan garis kuat keturunan perempuan (Ibu) yang dijalankan di
Suku Minangkabau, Kerinci, Semendo (Sumsel), dan beberapa suku di Timor;
3. Bilateral / Parental : masyarakat hukum adat dengan garis kuat keturunan dari Bapak dan Ibu secara
bersama-sama, yang dijalankan oleh suku bugis, dayak dan jawa.
b. Faktor Teritorial.
Hukum adat terbentuk karena faktor keterikatan sekelompok masyarakat karena telah hidup bersama dalam
suatu wilayah tertentu. Hidup bersama itu dilatarbelakangi karena lahir dan tumbuh kembang yang sama
didaerah tersebut. Misalnya :
Desa yang memiliki persekutuan hukum yang terus diwarisi dan masih diterima hingga saat oleh anggota
masyarakat desa. Hukum adat desa ini banyak ditemukan di jawa dan bali;
Pada mulanya faktor genealogis mempunyai dominasi yang sangat kuat terhadap pembentukan suatu
masyarakat hukum adat, disebabkan oleh hubungan daerah antara satu dengan lainnya di antara mereka terikat
dan terbentuk dalam satu ikatan yang kokoh. Tetapi karena semakin meluasnya hubungan antar suku bangsa
maka dominasi faktor genealogis sedikit demi sedikit mulai tergeser oleh faktor teritorial.

B. Keberadaan masyarakat hukum adat tidak saja telah mendapatkan perlindungan secara yuridis konstitusional
sebagaimana diatur dalam Pasal 18B ayat (2),
melainkan perlindungannya lebih kuat lagi karena dipertegas dalam Pasal 28I tentang HAM. Di satu pihak,
secara yuridis, otonomi desa yang bersifat otonom asli diakui oleh negara. Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
menyatakan secara jelas “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”.

2. a. Pernikahan Engro Lord dapat diartikan sebagai "lari bersama", pria dan wanita yang akan menikah (biasanya
diam-diam) berkumpul, meninggalkan rumah, bersembunyi dengan keluarga lain (pihak ketiga), dan
mengklaim diri mereka sendiri dalam teror. Orang tua biasanya tidak mengetahui jenis pernikahan ini.
Sekalipun mereka sudah menikah, orang tua berpura-pura tidak tahu, karena pernikahan lebih jarang digunakan
dibanding yang lain. Cara ini diadopsi karena orang tua perempuan tidak setuju dengan hubungan anak
perempuannya dengan suami laki-laki yang dituju. Terlepas dari baik atau tidaknya perilaku perkawinan
ngerorod, bentuk perkawinan ini masih lazim dilakukan di Bali. Selama syarat umum perkawinan terpenuhi
(misalnya batas usia tidak dilanggar atau gadis tidak dipaksa), tidak bisa disalahkan. Kalaupun perkawinan
ngerorod ini beralasan, dalam proses pelaksanaannya tetap harus memperhatikan norma- norma perkawinan
adat. Ada alasan untuk percaya bahwa pernikahan ngerorod semacam ini masih berlangsung di masa depan.
Hingga saat ini keberadaan perkawinan pranikah semacam ini masih diakui keberadaannya, dan karena
kebiasaan tidak bisa dihilangkan sewaktu-waktu. Ini adalah bentuk pernikahan yang paling umum. Dalam
perkembangan saat ini, meskipun pihak tersebut mendapat persetujuan orang tua, mereka tetap akan
melanjutkan pernikahan ngerorod, bahkan jika mereka segera memberi tahu.

b. undang undang no.1 tahun 1974 dan no.16 tahun 2019 berisi : "Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas)
tahun." sementara di bali perkawinan engrorod diperbolehkan Selama syarat umum perkawinan terpenuhi
(misalnya batas usia tidak dilanggar atau gadis tidak dipaksa), tidak bisa disalahkan. artinya perkawinan
tersebut memenuhi syarat dari undang undang
no.1 tahun 1974 dan no.16 tahun 2019.

3. a. Menurut Bushar Muhammad (2002:104), hak ulayat berlaku keluar dan kedalam. Berlaku keluar, karena
bukan warga masyarakat hukum pada prinsipnya tidak diperbolehkan turut mengenyam/ menggarap tanah yang
merupakan wilayah persekutuan yang bersangkutan. Hanya dengan seizin persekutuan. Serta membayar ganti
rugi orang luar dapat memperoleh kesempatan untuk ikut serta menggunakan hak ulayat. Berlaku kedalam,
karena hanya persekutuan dalam arti seluruh warganya yang dapat memetik hasil dari tanah serta segala
tumbuhan dan binatang yang hidup dalam wilayah persekutuan. Hak persekutuan itu pada hakikatnya
membatasi kebebasan usaha para warga sebagai perorangan, demi kepentingan persekutuan.
Sedangkan kriteria penentu eksistensi hak ulayat terdiri atas tiga unsur, yaitu
1) terdapat masyarakat hukum adat tertentu sebagai subyek hak ulayat;
2) adanya tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup dan tempat mengambil keperluan hidup
masayarakat hukum adat tersebut; dan
3) terdapatnya tatanan hukum adat untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu.
ciri-ciri diatas tersebut merupakan syarat penentu masih ada atau tidaknya hak ulayat.

b. bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari
rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian
yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang. hal itu sesuai dengan Undang-Undang No. 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (“UU 2/2012”)

4. a. Hukum adat adalah hukum ibu atau mother of law dari bangsa Indonesia. Kedudukan hukum adat dengan
karekteristiknya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan kehidupan masyarakat. Bahkan, hal itu lambat
laun menjadi konsepsi para pendiri bangsa terhadap Pancasila sebagai pandangan hidup sekaligus falsafah
kebangsaan, Dalam praktik peradilan, putusan hakim merupakan mahkota hakim. Putusan hakim terdahulu
yang senantiasa menjadi rujukan dalam menghadapi suatu perkara yang tidak diatur dalam undang-undang, dan
menjadi pedoman bagi hakim menyelesaikan suatu masalah yang serupa, dinamakan yurisprudensi.
Yurisprudensi sebagai salah satu sumber hukum yang senantiasa dikaitkan dengan kewenangan hakim dalam
memutus perkara. Hakim merupakan jabatan yang mengedepankan independensi sebagaimana dijamin dalam
konstitusi. Hakim tidak dapat menolak perkara karena berdalih ketiadaan hukum, sehingga ia harus melakukan
terobosan guna melahirkan putusan. Salah satu terobosan yang perlu dilakukan adalah penemuan hukum atau
rechtsvinding, agar putusan tersebut mampu memenuhi tuntutan jaman. Apakah hukum adat dapat menjadi
rujukan oleh hakim dalam memutuskan suatu perkara? melihat suatu yurisprudensi dan penemuan hukum maka
hukum adat sangat mempengaruhi hakim dalam pengambilan keputusan dalam pengadilan. Salah satu
contohnya adalah mengurai berbagai persoalan yang ada menyangkut hak masyarakat yang saling berbenturan.
Salah satu solusinya adalah mengunakan hukum adat sebagai jalan menyelesaikan masalah tersebut
b. Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan
menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. hal itu didasari dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:

✓ Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan keberagamannya
sebelum dan sesudah terbentuknya negara kesatuan republik indonesia;
✓ Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem ketatanegaraan
republik indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia;
✓ Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa;
✓ Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi
dan aset desa guna kesejahteraan bersama;
✓ Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
✓ Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan
kesejahteraan umum;
✓ Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat desa
yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
✓ Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan
nasional; dan
✓ Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

Suatu desa memiliki kewenangan untuk membentuk aturan yang disesuaikan dengan hukum adat.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai