Anda di halaman 1dari 23

KEPASTIAN HUKUM TERHADAP TRANSAKSI PEMBEBASAN

LAHAN DALAM HAK-HAK PETANI PENGGARAP DENGAN


PIHAK SWASTA

PROPOSAL TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

Oleh:
MUHAMAD
YUNUS NPM.
201017450161

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM STRATA DUA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan hal terpenting untuk kehidupan manusia, tempat dimana

manusia hidup, beraktivitas, bekerja, mendirikan rumah, kantor, pasar, fasilitas

umum. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan

manusia.1 Ali Ahmad Chomzah bahwa berpendapat tanah adalah sumber daya

alam erat hubungannya bersama hak individu, artinya bahwa tanah sangat

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti membangun tempat

tinggal, mengolah tanah, dan menghasilkan pendapatan.2 Tanah merupakan

kekayaan nasional yang menunjukkan adanya ikatan perdata antara rakyat

Indonesia dengan semua tanah yang ada di negara ini.3

Hak mengelola tanah diatur pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (untuk selanjutnya disebut

UUPA). Hal ini memungkinkan Negara untuk mengatur, menguasai dan

melindungi bumi, air dan ruang angkasa, serta mengatur hubungan hukum antara

manusia dengan bumi, air dan ruang angkasa. Selain itu untuk menetapkan dan

mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum yang

berkaitan dengan bumi, air, dan ruang angkasa.

Hak atas tanah sebagaimana terdapat dalam pasal 4 jo pasal 16 UUPA,

yaitu hak milik, hak sewa, hak guna-usaha, hak pakai, hak guna-bangunan, hak

1
Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah
Untuk Pembangunan. Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm 45.
2
Ali Ahmad Chomzah, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan, Prestari Pustaka, Jakarta, 2002, hlm 30.
3
Ali Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III, Penyelesaian Sengketa Hak Atas
Tanah, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2003, hlm. 6
2
membuka tanah, dan hak untuk memungut hasil hutan. Selain alas hak yang

disebutkan tadi, Pasal 53 (1) UUPA mengatur tentang hak atas tanah sementara

diantaranya ialah hak gadai, hak menumpang, hak usaha bagi hasil dan hak sewa

tanah bagi pertanian. Dari semua hak atas tanah di atas, hak atas tanah yang

tersisa di Indonesia adalah tanah milik negara. Tetapi pada kenyataannya masih

terdapat pengakuan di masyarakat terhadap lahan yang tidak mempunyai alas hak

sebagai lahan miliknya dan bahkan sampai diperjual belikan. Masyarakat

mengklaim lanah hanya berdasarkan kepada fakta historis belaka lahan yang

mereka kelola adalah warisan dari nenek moyangnya, yang artinya leluhurnya

itulah merupakan orang pertama yang membuka suatu lahan, dan masyarakat

setempat mengakui kepemilikan lahan yang dikelolanya. Walaupun mereka ini

tidak mempunyai alas hak yang ditetapkan oleh undang-undang. Kalaupun ada

alas hak yang mereka pegang adalah fasilitas peralihan yang dikeluarkan oleh

desa setempat, padahal kewenangan dari desa adalah hanya mengenai batas-batas

lahan yang menjadi syarat untuk pembuatan sertipikat. Petani penggarap

merupakan praktek yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat sehingga

eksistensi petani penggarap di atas lahan yang belum bersertipikat bukan

merupakan hal yang baru.

Banyak kasus di mana orang biasanya menunjukkan bahwa mereka tidak

memiliki dokumen hukum seperti sertipikat, tetapi orang mengklaim tanah yang

mereka miliki hanya berdasarkan fakta sejarah Sengketa lahan ini telah

menimbulkan konflik berkepanjangan di masyarakat, yang tidak jarang mereka

melakukan tindakan anarki mulai demo berkepanjangan, sampai penutupan lahan

secara paksa.4 Persediaan tanah yang semakin terbatas menimbulkan berbagai

4
Raja Eben Lumbanrau, “Ancaman Pidana Masyarakat Dayak Modang Long Wai
Kalimantan Yang Tutup Jalan Desa Dari Perusahaan Sawit”, 8 Maret 2021
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56293417 (diakses tanggal 12/11/2021, pukul 21.00)
3
masalah dalam penggunaannya. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk dan

peningkatan kegiatan investasi yang berbanding lurus dengan jumlah tanah yang

tersedia. Kebutuhan tanah tidak seimbang dengan ketersediaan tanah dapat

menimbulkan konflik kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan terkait

lahan. Masalah tanah dapat berupa kepemilikan, pengelolaan, penggunaan, atau

persaingan penggunaan.5

Pasal 2 Ayat (2) Kepmen Agraria/ BPN Nomor 21 Tahun 1994 tentang

Tata Cara Pengadaan Tanah Bagi Perusahaan Dalam Rangka Penanaman Modal,

Pengadaan tanah dilakukan secara langsung antara perusahaan dengan pemilik

atau tanah pemilik berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam praktek di lapangan

proses perolehan tanah ini seringkali menimbulkan sengketa. Karena tidak adanya

aturan baku yang menjadi dasar proses pemindahan hak ini. Setiap perusahaan

mempunyai caranya masing-masing dalam melakukan kesepakatan ini, walaupun

pemerintah terlibat dalam pengawasannya. Di Kecamatan Daha Barat, Desa

Bajayau, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, misalnya, lahan

Lebak dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit oleh pabrik Crude Palm

Oil (CPO) milik pemilik PT Subur Agro Makmur (SAM). Namun dalam

praktiknya, interaksi perusahaan kelapa sawit dengan masyarakat desa Bajayau

selama ini menghasilkan hubungan permusuhan yang besar. Pembuatan Waduk

Jatibarang di Kota Semarang telah dilakukan di 4 (empat) kelurahan, tepatnya di

kelurahan Kedungpane, Jatibarang, Jatirejo dan Kandri. Hal yang dirasakan oleh

masyarakat yang pembangunan ini adalah hilangnya mata pencaharian mereka.

Warga Desa Lueng Gayo, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya menggelar

aksi unjuk rasa atas tanah di desa yang diduga ditempati perusahaan kelapa sawit.

Barak perusahaan kelapa sawit dibakar warga dan warga juga mencabut bibit
5
Muchsin. 2005.Ikhtisar Hukum Indonesia.Jakarta, BP IBLAM, hlm. 151
4
pohon kelapa sawit.6 Sengketa tumpang tindih kepemilikan lahan baru-baru ini

terjadi, pada kasus PT. Fairco Agro Mandiri dan PT. Lintas Khatulistiwa Utama.

Kedua Perusahaan ini sama-sama memiliki hak atas tanah dengan dasar izin yang

dikeluarkan oleh Bupati Kutai Timur.

PT. Fairco Agro Mandiri berdasarkan SK Bupati Kutai Timur No:

287/02.188.45/HK/VIII/2005 jo. SK Pendaftaran Kutai Timur Nomor:

543/02.188.45/HK/X/2007 tentang Izin Tempat dengan Nama PT. Fairco Agro

Mandiri. Sedangkan PT. Lintas Khatulistiwa Utama menguasai tanah tersebut

berdasarkan SK Bupati Kutai Timur No: 21/02.188.45/HK/I/2006 tanggal 17

Januari 2006 tentang izin lokasi atas nama PT. Di seberang khatulistiwa Jo. SK

Bupati Kutai Timur No: 368/02.118.45/XI/2003 tanggal 24 September 2003

tentang Perizinan Lokasi Atas Nama Koperasi Serbaguna Rapak Jaya Desa Bumi

Rapak. PT. Fairco Agro Mandiri dan PT. Lintas Khatulistiwa Utama memiliki hak

atas tanah yang disengketakan karena sama-sama memiliki izin dari Bupati Kutai

Timur. Sengketa lahan ini berujung ke Pengadilan, dalam tiga kali persidangan

yaitu di Pengadilan Negeri Sangatta melalui Putusan

Nomor17/Pdt.G/2014/PN.Sgt, Putusan Banding Nomor: 91/PDT/2015/PT.SMR

yang di keluarkan oleh Pengadilan Tinggi Samarinda dan Putusan Kasasi Nomor

1123 K/Pdt/2016 PT. Fairco Agro Mandiri dinyatakan kalah. Walaupun dalam

Peninjauan Kembali Nomor 398 PK/Pdt/2018 PT. Fairco Agro Mandiri

dimenangkan. Penulis memandang kasus ini dari sisi pembebasan lahan yang

pertama kali. Pembebasan lahan mempunyai resiko yang tinggi, bahkan setelah

keluar izin dari lembaga yang berwenangpun bisa saja digugat dan dibatalkan.

Menariknya, penulis menilai proses pengalihan hak guna lahan yang dilakukan

6
Aliqa, Warga di Aceh Jaya Bakar Barak Perusahaan dan Cabut Batang Sawit, Sabtu 14
Mei 2016 https://www.goriau.com/berita/baca/warga-di-aceh-jaya-bakar-barak-perusahaan-
dancabut-batang-sawit.html (diakses tanggal 12/11/2021, pukul 21.45)
5
oleh kedua perusahaan tersebut belum tuntas dan terdapat celah di kawasan ini.

Berdasarkan keadaan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

penyebab dan akar permasalahan sengketa tanah bersama yang terjadi di

Indonesia, khususnya sengketa antara masyarakat dengan perusahaan swasta.

Oleh karenanya penulis akan mengangkat judul tesis yaitu “KEPASTIAN

HUKUM TERHADAP TRANSAKSI PEMBEBASAN LAHAN DALAM

HAK-HAK PETANI PENGGARAP DENGAN PIHAK SWASTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah

sebagai berkut:

1. Pelaksanaan pembebasan lahan yang dilakukan pihak swasta?

2. Kepastian Hukum Terhadap Transaksi Pembebasan Lahan Dalam Hak-Hak

Petani Penggarap Dengan Pihak Swasta?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah

sebagai berkut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembebasan lahan yang dilakukan pihak swasta?

2. Bagaimana Kepastian Hukum Terhadap Transaksi Pembebasan Lahan

Dalam Hak-Hak Petani Penggarap Dengan Pihak Swasta?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

6
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami dan menganalisis Bagaimana pelaksanaan pembebasan

lahan yang dilakukan pihak swasta?

2. Untuk memahami dan menganalisis Bagaimana Kepastian Hukum Terhadap

Transaksi Pembebasan Lahan Dalam Hak-Hak Petani Penggarap Dengan

Pihak Swasta?

Sedangkan manfaat penelitian memuat secara spesifik

kegunaan/manfaat atau faedah yang hendak dicapai, meliputi:

1. Kegunaan Teoretis

a. Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam persyaratan akademik

untuk memperoleh gelar master pada program pascasarjana Universitas

Pamulang;

b. Melalui penelitian hukum ini, penulis ingin menyampaikan renungannya

dan semoga dapat bermanfaat bagi para profesi hukum khususnya dan pihak

yang tertarik mengetahui persoalan legalitas kepastian hukum terkait

transaksi pengadaan tanah antar perusahaan dan petani kecil. atas tanah

yang tidak bersertipikat serta tindakan hukum yang diambil oleh petani kecil

mengenai pengadaan tanah.

2. Kegunaan Praktis

a. Pemerintah, agar dapat membuat dan melaksanakan kebijakan tentang

kepastian hukum atas hak petani penggarap dalam transaksi pembebasan

lahan tidak bersertipikat antara perusahaan dan petani penggarap serta

upaya hukum yang dilakukan petani penggarap terkait pembebasan lahan.

b. Masyarakat, agar memahami tentang kepastian hukum atas hak petani

penggarap dalam transaksi pembebasan lahan tidak bersertipikat antara

7
perusahaan dan petani penggarap serta upaya hukum yang dilakukan

petani penggarap terkait pembebasan lahan.

c. Peneliti lainnya, hasil penelitian, penulis harapkan dapat menjadi

pembanding dalam meneliti permasalahan yang berhubungan kepastian

hukum atas hak petani penggarap dalam transaksi pembebasan lahan tidak

bersertipikat antara perusahaan dan petani penggarap serta upaya hukum

yang dilakukan petani penggarap terkait pembebasan lahan.

E. Orisinalitas Penelitian

1. Dewa Gede Putra Joni Dharmawan K. SH, Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro, Tahun 2007, dengan judul:

“Pelaksanaan Pengadaan Tanah Asal Hak Milik Adat Untuk Kepentingan

Umum Di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Propinsi Bali (Studi

Kasus Pembuatan Jalan By Pass Tohpati-Kusamba)”. Perbedaan penelitian

yang dilakukan oleh saudara I Dewa Gede Putra Joni Dharmawan K. SH

dan penulis adalah kegunaan tanahnya. Saudara Putra meneliti tanah adat

yang akan digunakan untuk kepentingan umum, sementara tanah yang

menjadi objek penelitian penulis adalah tanah negara yang akan dikelola

oleh perusahaan.

2. Tri Andari Dahlan. SH, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas

Diponegoro, Tahun 2007, dengan judul: “Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Guna Proyek Pembangunan Waduk Jatibarang di Kota Semarang.”

Perbedaan penelitian dilakukan oleh saudara Tri Andari Dahlan SH dan

penulis terletak pada objek penelitian. Saudara Tri Andari Dahlan SH

meneliti tanah bersertipikat SHM untuk kepentingan umum (waduk),

8
sementara penulis meneliti tanah tidak bersertipikat.

3. Zahra Ikhsandra, Program magister Ilmu Sosiologi Universitas Gajah

Mada, tahun 2017, dengan judul “Konflik masyarakat lokal versus

perusahaan sawit di Desa Bajayau Kecamatan Daha Barat Kabupaten Hulu

Sungai Selatan” Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Zahra

Ikhsandra dengan penulis adalah metode penelitiannya. Zahra Ikhsandra

menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan deskriptif,

melibatkan informan dari berbagai pihak dengan pengumpulan data

melalui wawancara observasional dan literatur analitis, sementara penulis

menggunakan metode yuridis normative yang hanya menggunakan bahan

pustaka sebagai sumber penelitian.

4. Didong Deni Anugrah SH, Program Studi Magister Kenotariatan

Universitas Jayabaya, Tahun 2018, dengan judul: “Mediasi dalam

Penyelesaian Sengketa Tanah antar Masyarakat dengan korporasi”.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Didong Deni Anugrah

SH dengan penulis adalah cara menyelesaikan sengketa pertanahan.

Saudara Didong Deni Anugrah SH lebih memfokuskan kepada teknik,

sementara penulis meneliti berbagai upaya penyelesaian sengketa tanah

termasuk melalui jalur pengadilan.

5. Faqih Nur Hidayat, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, Tahun 2018

“Efisiensi perkebunan kelapa sawit Indonesia.“ Perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh saudara Faqih Nur Hidayat dan penulis adalah penggunaan

objek penelitian, saudara Faqih Nur Hidayat membahas efisiensi

penggunaan lahan, sementara penulis membahas tentang bagaimana

9
mekanisme perolehan lahan bagi perusahaan.

F. Kerangka Teori

a. Kepastian Hukum (Grand Theory)

Kepastian diperlukan untuk mewujudkan asas persamaan di depan

hukum tanpa diskriminasi.7 Adanya kepastian hukum menjamin bahwa kita

akan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebaliknya, tanpa adanya

kepastian hukum, seseorang tidak mau mempertahankan perilaku.

Kepastian hukum menjadikan perilaku manusia dalam pelaksanaan

lebih jelas, lebih teratur, lebih konsisten, lebih konsisten, dan tidak

terpengaruh oleh kondisi kehidupan subjektif masyarakat.8 Hukum yang tidak

pasti akan kehilangan maknanya, karena tidak dapat bertindak sebagai

pengatur bagi semua orang.9

Empat hal yang menjadi dasar pentingnya kepastian hukum menurut

Gustav Radbruch10 :

1) Hukum positif bersifat legislatif.

2) Hukum harus didasarkan pada kenyataan.

3) Fakta perlu dirumuskan dengan jelas untuk menghindari kesalahpahaman

dan memfasilitasi implementasi.

4) Hukum positif tidak boleh diubah dengan mudah.

b. Teori Peralihan Hak (Middle Theory)

7
Moh. Mahfud MD, Penegakan Hukum DanTata Kelola Pemerintahan Yang Baik,
Bahan pada Acara Seminar Nasional “Saatnya Hati Nurani Bicara” yang diselenggarakan
oleh DPP Partai HANURA. Mahkamah Konstitusi Jakarta, 8 Januari 2009.
8
Nur Agus Susanto, Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian Putusan
Peninjauan Kembali Nomor 97 PK/Pid.Sus/2012, Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 3 Desember
2014. 0
9
Cst Kansil, Kamus istilah Hukum, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2009, hlm.270
10
Teori, http://repository.uma.ac.id/ 138400056_File5.pdf (uma.ac.id) (diakses
tanggal 13/11/2021, pukul 11.00)
10
Teori Peralihan Hak Peralihan hak atau pemindahan hak adalah

perbuatan hukum yang tujuannya untuk memindahkan hak atas tanah kepada

pihak lain (penerima hak).

Untuk hak petani penggarap peralihan haknya berupa pelepasan hak

(Pembebasan Hak) adalah setiap perbuatan melepaskan hubungan hukum

yang semula, yang terdapat antara pemegang hak dengan tanahnya disertai

dengan pembayaran ganti kerugian kepada pemegang haknya atau yang

berhak atas tanah yang bersangkutan yang disepakati atas dasar musyawarah.

Pembebasan hak pada dasarnya mengandung dua unsur, yaitu :11

a) Adanya kesediaan pemegang hak untuk melepaskan haknya.

b) Ganti kerugian yang diberikan kepada pemegang hak yang ditetapkan

atas dasar musyawarah.

Menurut Erene Eka Sihombing12 adalah beralihnya atau

berpindahnya hak kepemilikan sebidang tanah atau beberapa bidang tanah

dari pemilik semula kepada pemilik yang baru karena sesuatu atau perbuatan

hukum tertentu. Perbuatan hukum pemindahan hak bertujuan untuk

memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain untuk selama- lamanya,

dalam hal ini subyek hukumnya memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas

tanah.

c. Teori Penyelesaian Sengketa (Apply Theory)

Penyelesaian sengketa (Class Action) Berbagai penyelesaian

sengketa tanah dapat dilakukan melalui badan bersama, Alternative Dispute

Resolution (ADR), dan peradilan . Hukum Acara Perdata menyatakan bahwa

sengketa dapat diselesaikan melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa diatur


11
Sunaryo Basuki, “Landasan Hukum Penguasaan dan Penggunaan Tanah”,
Makalah, (Jakarta : Fakultas Hukum Trisakti, 2005), hlm. 2
12
Irene Eka Sihombing, Segi-Segi Hukum Tanah Nasional Dalam Penggadaan
Tanah Untuk Pembangunan, Universitas Trisakti, Jakarta, 2005, hlm. 56
11
dalam UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, ADR. Semua konflik mencakup tindakan atau metode khusus

untuk menyelesaikannya. Pruitt dan Rubin17 menyampaikan lima teknik

untuk menyelesaikan konflik: yaitu Contending (Bertanding), Yielding

(Mengalah), Problem Solving (Pemecahan Masalah), Withdrawing (Menarik

Diri), Inaction (Diam).

G. Analisis Data

Dalam penelitian hukum normatif, metode analisis data yang

digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu dengan menjelaskan hubungan

antara fakta hukum dengan kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam undang-

undang, tidak menggunakan angka-angka, tetapi dengan cara:

a. Bahan hukum primer, dianalisis dengan metode penafsiran menurut ilmu

hukum. Misalnya; penafsiran otentik, penafsiran gramatikal, penafsiran

sistematis.

b. Bahan hukum sekunder, dianalisis dengan metode content analysis

(analisis isi), bahan bacaan yang digunakan.

12
H. Kerangka Berpikir

Kepastian Hukum Terhadap Transaksi Pembebasan


Lahan Dalam Hak-Hak Petani Penggarap Dengan Pihak
Swasta

ata Ruang, PP Nomor 20 Tahun 2015 tentang BPN, PP Nomor 18 tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftaran Tanah

Grand Theory Kepastian HukumMiddle Theory Peralihan HakApply Theory Penyelesaian Sengketa
CST Kansil Eka Sihombing

ng pergantian pelepasan hak dalam transaksi pembebasan lahan tidak bersertipikat baru akan terwujud dengan tegas setelah tertuang dalam akta pelep

13
I. Preposisi

Dari diagram kerangka berfikir diatas setidaknya dapat diuraikan

preposisi atau asumsi dari peneliti terhadap penelitian ini antara lain:

1. Dalam pelaksanaan pembebasan lahan yang dilakukan pihak swasta masih

terdapat beberapa benturan dengan petani penggarap sebagai pihak yang

lebih dahulu menggarap lahan negara tersebut. Upaya yang dapat

ditempuh oleh petani penggarap dalam mempertahankan hak-haknya yaitu

dengan melengkapi seluruh dokumen yang dapat digunakan sebagai dasar

atau landasan dalam mengelola tanah garapan. Hal ini merupakan upaya

yang bersifat preventif yang dapat meminimalkan resiko hukum yang

berpotensi timbul dikemudian hari. Selain itu, apabila timbul masalah

hukum atau sengketa dalam pembebasan lahan, maka upaya yang dapat

ditempuh adalah menempuh jalur litigasi yaitu dengan cara mengajukan

gugatan ke pengadilan atau upaya lain di luar pengadilan.

2. Hak-hak petani penggarap diatur secara umum dalam Undang-undnag No.

5 tahun 1960 tentang UUPA pasal 16 ayat 1 dan pasal 46, serta di dalam

KUHPer pasal 529 dan pasal 548 tentang Bezit, tetapi tidak ada

pengaturan secara terperinci dalam sebuah peraturan perundang-undangan

lainnya dan pengaturan mengenai hak petani penggarap hanya ditemukan

dalam beberapa peraturan daerah atau Keputusan Gubernur, sehingga

kepastian hukum atas hak-hak petani penggarap khususnya uang

pergantian pelepasan hak dalam transaksi pembebasan lahan tidak

bersertipikat baru akan terwujud dengan tegas setelah tertuang dalam akta

pelepasan hak yang dibuat oleh notaris sebagai pejabat negara

14
DAFTAR PUSTAKA

A Buku-buku;

Achmad Chulaemi, Hukum Agraria, Perkembangan, Macam-macam Hak atas

Tanah dan Pemindahannya, FH UNDIP, 1986. Achmad Ali, Menguak

Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence)

Termasuk Undang-Undang (Legisprudence) Volume I Pemahaman Awal,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.

Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan

Tanah Untuk Pembangunan. Sinar Grafika, Jakarta, 2007. Achmad

Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Malang,

Bayumedia Publishing, 2007.

Achmad Ali, Menguak tabir hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis),

penerbit toko gunung agung, Jakarta, 2002. Ali Achmad Chomzah, Hukum

Pertanahan, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2002..

Ali Ahmad Chomzah, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Prestari Pustaka, Jakarta, 2002. Ali

Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III, Penyelesaian Sengketa

Hak Atas Tanah, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2003.

Mukti Arto, Mencari Keadilan, Kritik, dan Solusi Terhadap Praktik Peradilan

Perdata di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001

Bachtiar Effendi, Pendaftaran tanah di Indonesia dan Peraturan-peraturan

Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1980 Bambang Sunggono, Metodologi

Penelitian Hukum., PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010. Bernhard

15
Limbong. Politik Pertanahan. Margaretha Pustaka, Jakarta, 2014.

Bernhad Limbong, Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Margaretha Pustaka,

Jakarta, 2011.

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya.

Djambatan, Jakarta, 2005 Chairul Umam, Sistem Baru Pengadaan Tanah Dan

Tantangan Program Pembangunan Presiden Baru, Jakarta, 2014.

Chomzah, Ali Achmad. Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak

Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi

Pemerintah. Jakarta, Prestasi Pustaka, 2003.

Cst Kansil, Kamus istilah Hukum, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2009.

CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta, 1986. Djohari Santoso, dan Achmad Ali, Hukum Perjanjian

Indonesia, Perpustakaan Fak. Hukum Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta, 1989.

Hartanto, Kepemilikan Tanah, Laksbang, Surabaya, 2015.

H. Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, CV Pustaka Setia, Cetakan

kedua, Bandung, 2014.

H. Salim HS dan Erlies Septina Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian

Tesis Dan Disertasi, Ed, 1, Cet 3, Jakarta Pers, 2014.

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co., St. Paul,

1989. Ilyas Ismail, Op. Cit., hlm. 141.

Ilyas Ismail, Konsepsi Hak Garap atas Tanah, Perdana Publishing, Medan, hlm.

141. 4 2011

Imam Koeswahyono, Artikel, Melacak Dasar Konstitusional Pengadaan Tanah

16
Untuk Kepentingan Pembangunan Bagi Umum, 2008.

L.j Van Apeldoorn dalam Shidarta,Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran

Kerangka Berfikir, PT.REVIKA Aditama, Bandung, 2006.

Maria S.W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan

Implementasi. Kompas, Cetakan Pertama. Jakarta, 2001.

Mubyarto,1989, Pengantar ekonomi pertanian, LP3ES Jakarta. Muchsin, Ikhtisar

Hukum Indonesia. BP IBLAM. Jakarta, 2005.

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis. Menata Bisnis Modern di Era Global, Op

Cit.2015

Nia Kurniati, Hukum Agraria Sengketa Pertanahan, Refika Aditama, Bandung,

2016.

Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di

Pengadilan. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Parlindungan, A. P., Berakhirnya Hak-Hak atas Tanah menurut Sistem UUPA,

Bandung, Mandar Maju, 1990.

Purwahid Patrik, Asas Itikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1986.

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008.

Pruit, Dean G dan Jeffry Z. Rubin. Teori Konflik Sosial. : Pustaka Pelajar.

Yogyakarta 2004. Ph. Visser’tHoft, 2001,

Penemuan Hukum (Judul Asli: Rechtvinding, Penerjemah B. Arief Shidarta),

Laboratorium Hukum FH Universitas Parahiyangan, Bandung, 2001.

Ridwan Khirandy, Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif Perbandingan,

Bagian Pertama, FH UII Press, Yogyakarta, 2013.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Grafindo Persada Jakarta. Rusmadi

17
Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum atas Tanah, Mandar Maju,

Bandung, 1991.

R Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bhakti Bandung 1995.

Salim HS, 2014, Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar

Grafika, Jakarta. Sarjita. 2005, Masalah Pelaksanaan Urusan Pertanahan

dalam Era Otonomi Daerah (Keppres No. 34 Tahun 2003).

Tugu Jogja. Yogyakarta. Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesian Sengketa

Pertanahan, (Yogyakarta : Tugu Jogja, 2008),

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012.

Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan 20, Intermasa, Jakarta. 2002.

Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata, Sumur, Bandung , 1992.

Tatu Afifah, Pelepasan Hak Milik Atas Tanah Dalam Rangka Pembangunan

Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten Di Kabupaten Serang,

Tesis, Universitas Indonesia, Depok, 2010. Tim ICCE UIN Jakarta.

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Perana Media,

Jakarta,2003.

Urip Santoso, Hukum Agraria, Kajian Komprehensif, Kencana, Surabaya.2006

A. Peraturan Perundang-undanan;

Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (UUPA)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

18
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 perubahan atas UU No.30 tahun 2004

tentang jabatan Notaris Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan

Tata Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2015 tentang BPN

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2016. Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

PP Nomor 18 tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan

Rumah Susun dan Pendaftaran Tanah.

C. Hasil Penelitian;

Didong Deni Anugrah SH, “Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Tanah antar

Masyarakat dengan korporasi”.Program Studi Magister Kenotariatan

Universitas Jayabaya, Tahun 2018.

Faqih Nur Hidayat, “Efisiensi perkebunan kelapa sawit Indonesia.“ Program Studi

Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Airlangga Surabaya, Tahun 2018

Mutolib, A., Yonariza, Mahdi, and H. Ismono. 2015. Local resistance to land

grabbing in Dharmasraya District, West Sumatra Province. Paper

presentedat The International Academic Conference Land Grabbing:

Perspectives from East and Southeast Asia 2015,

Chiang Mai University, Thailand, June 5-6, 2015. Mirza Satria Buana, Hubungan

Tarik-Menarik Antara Asas Kepastian Hukum (Legal Certainpi) Dengan

19
Asas Keadilan (Substantial Justice) Dalam Putusan-Putusan Mahkamah

Konstltusi, Yogyakarta: Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas Islam

Indonesia, 2010.

Nurjanah, Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah Hak Milik Adat atas Penggunaan

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Program Studi

Magister Kenotariatan Universitas Jayabaya, Tahun 2018.

R.F. Saragih, Fungsionalisasi ADR dan Penyelesian Sengketa Lingkungan Hidup,

Jurnal Hukum, Vol.7 No 13, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,

2000.

Tri Andari Dahlan. SH, “Pelaksanaan Pengadaan Tanah Guna Proyek

Pembangunan Waduk Jatibarang di Kota Semarang.” Program Studi

Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2007.

Y. Eko Haryanto, Penyelesaian Sengketa Penetapan Ganti Rugi Tanah Untuk

Pembangunan Jalur Kereta Cepat Jakarta Bandung Di Kabupaten

Karawang, jurnal Magister Hukum Universitas Esa Unggul Volume 06,

Nomor 02, Juli-Desember 2020 Zahra Ikhsandra, “Konflik Masyarakat

Lokal Versus Perusahaan Sawit di Desa Bajayau Kecamatan Daha Barat

Kabupaten Hulu Sungai Selatan” Program magister Ilmu Sosiologi

Universitas Gajah Mada, 2017

20
D. Internet;

Admin, Dampak Kelapa sawit, 2015 https://www.tuk.or.id/2015/01/dampak-

kelapa-sawit/ diakses dan diunduh tanggal 4 Juli 2022. Admin.

Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan Harus Disikapi Serius

https://disbun.kaltimprov.go.id/artikel/gangguan-usaha-dan-konflik-

perkebunan-harus-disikapi-serius diakses dan diunduh tanggal 5 Juni

2022.

Admin, Bank Dunia Prediksi Perekonomian Indonesia Tumbuh 5,1 persen di

tahun 2022.

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bank-dunia-prediksi-

perekonomian-indonesia-tumbuh-5-1-persen-di-tahun-2022/ diakses

dan diunduh tanggal 12 Juni 2022. Admin, Mengapa Tanah Kami?”

Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Membahayakan Lahan

Gambut dan Penghidupan Masyarakat

https://www.hrw.org/id/report/2021/06/03/378784. diakses dan diunduh

tanggal 4 Juli 2022. Administrator, Strategi Pembebasan Lahan Untuk

Kelapa Sawit. 2021.

https://www.infosawit.com/news/10846/strategi-pembebasan-lahan-untuk-

kelapa-sawit--tulisan-1- diakses dan diunduh tanggal 7 Juni 2022.

Ahmad Akbar Fua, Konflik Rebutan Lahan Perusahaan Sawit dan

Petani, 300 Hektare Sawah Terancam Hilang, 2018

https://www.liputan6.com/regional/read/3405902/konflik-rebutan-lahan-

perusahaan-sawit-dan-petani-300-hektare-sawah-terancam-hilang

diakses dan diunduh tanggal 6 Juni 2022. Aliqa, Warga di Aceh Jaya

21
Bakar Barak Perusahaan dan Cabut Batang Sawit, Sabtu 14 Mei 2018

https://www.goriau.com/berita/baca/warga-di-aceh-jaya-bakar-barak-

perusahaan-dan-cabut-batang-sawit.html diakses dan diunduh tanggal

diakses dan diunduh tanggal 12 November 2021 CNN Indonesia,

"KPA: 80 Persen Konflik Agraria Terjadi di Sektor Perkebunan

Sawit" . 2022.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220106150234-20- 743435/kpa-80-

persen-konflik-agraria-terjadi-di-sektor-perkebunansawit diakses dan

diunduh tanggal 6 Juni 2022. Damiana Cut Emeria Ternyata Ini

Penguasa Sawit di RI, Ngefek ke Minyak Goreng!

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220414145945-4- 331769/ternyata-

ini-penguasa-sawit-di-ri-ngefek-ke-minyak-goreng. diakses dan

diunduh tanggal 4 Juli 2022.

Dede Rosadi, Petani Demo ke DPRK Singkil, Negosiasi Sempat Alot, Ini

Tuntutan Pendemo, 2017

https://aceh.tribunnews.com/2017/11/01/petanidemo-ke-dprk-singkil-

negosiasi-sempat-alot-ini-tuntutan-pendemo diakses dan diunduh

tanggal 6 Juli 2022. Ditjenbun, Peluang Ekspor Perkebunan Masih

Bertahan. 2020.

https://ditjenbun.pertanian.go.id/2020/ diakses dan diunduh tanggal 26 Mei

2022. Elfihsafkm,

https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/06/10/alih-fungsi-hutan-menjadi-perkebunan-

kelapa-sawit-serta-kaitannya-dengan-climate-change/ diakses dan

diunduh tanggal 4 Juli 2022. Fabiola Febrinastri, Data BPS: Sektor

Pertanian Paling Banyak Serap Tenaga Kerja di 2022. 2022,

22
https://www.suara.com/bisnis/2022/05/09/155626/data-bps-sektorpertanian-

paling-banyak-serap-tenaga-kerja-di-2022 diakses dan diunduh tanggal

4 Juli 2022. Falahi Mubarok, Konflik Lahan dengan Perusahaan, Petani

Banyuwangi Sampaikan Aspirasi di Mabes Polri, 2022.

https://www.mongabay.co.id/2022/01/25/konflik-lahan-denganperusahaan-

petani-banyuwangi-sampaikan-aspirasi-di-mabes-polri / diakses dan

diunduh tanggal 4 Juli 2022. Franklin Ronaldo, Ini mengapa

perkebunan kelapa sawit bisa membuat masyarakat desa miskin, 2019

https://theconversation.com/ini-mengapaperkebunan-kelapa-sawit-bisa-

membuat-masyarakat-desa-miskin-123382 diakses dan diunduh tanggal

4 Juli 2022. Husna Rahmayunita, Ganti Rugi Tak Jelas, Warga Murka

Blokir Jalan Perusahaan Kelapa Sawit

https://kalbar.suara.com/read/2021/05/24/172412/ganti-rugi-tak-jelaswarga-

murka-blokir-jalan-perusahaan-kelapa-sawit?page=all diakses dan

diunduh tanggal 4 Juli 2022. https://kbbi.lektur.id/kepastian diakses dan

diunduh tanggal diakses dan diunduh tanggal 20 Mei 2022

http://www.gultomlawconsultants.com/tata-cara-memperoleh-tanah-garapan/

diakses dan diunduh tanggal 20 Mei 2022. https://kbbi.web.id/tani

diakses dan diunduh tanggal 26 Mei 2022. https://kbbi.web.id/garap

diakses dan diunduh tanggal 26 Mei 2022.

23

Anda mungkin juga menyukai