Latar Belakang 2
Identifikasi Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Kegunaan Penelitian 7
Kerangka Pemikiran 8
Metode Penelitian 16
Sistematika Penulisan…………………………………………..…………………..…….19
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………...21
1
PENYELESAAIAN SENGKETA TANAH ANTARA PT SENTUL CITY TBK. DAN
PERTANAHAN
I. Latar Belakang
Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat
kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu
setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan menguasainya, maka dapat
maka dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan bahwa
bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
Kebutuhan tanah tidak hanya dikenal pada masa sekarang tetapi sejak
manusia ada di bumi ini. Dengan demikian tanah merupakan sarana dan
kebutuhan yang amat penting bagi kehidupan manusia. Tanah tidak lagi
2
sekedar dipandang sebagai masalah agrarian semata yang selama ini
ini dapat terwujud apabila terdapat suatu pedoman, kaidah ataupun patokan
3
Menurut Urip Santoso yang dimaksud dengan ha katas tanah adalah
merupakan hal utama dalam kehidupan manusia, hal ini akan memicu
terjadinya perebutan tanah atau lahan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik
Peraturan Pemerintah.
4
sumber sengketa pertanahan, seperti halnya keliru akan batas-batas tanah
pembangunan
ini masih berjalan diantara PT Sentul City Tbk. dan Saudara Sugiyanto. Pokok
membeli sebidang tanah seluas -/+ 10.150 m 2 (kurang lebih sepuluh ribu
seratus lima puluh meter persegi) yang terletak di Desa Cijayanti Kecamatan
tanah dengan Hak Garap, sedangkan PT Sentul City Tbk mengklaim bahwa
2
Maria S.W. Sumardjono. Dkk. 2008. Mediasi Sengketa Tanah (Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (ADR) Di Bidang Pertanahan. Jakarta:Kompas,hlm.2
5
pihaknya memiliki hak atas tanah tersebut merdasarkan Hak Guna Bagunan.
Sehingga sampai sekarang kedua belah pihak masih bertikai meskipun telah
Pertanahan?
6
1. Untuk memperoleh pemahaman mengenai status dan keabsahan tanah
Kegunaan teoritis:
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam
hukum agraria.
pustaka.
Kegunaan praktis:
khususnya antara pihak PT Sentul City Tbk dan saudara Sugiyanto dan
7
antara PT Sentul City Tbk dan saudara Sugiyanto, dan masyarakat luas
pada umumnya.
V. Kerangka Pemikiran
Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang
merasa dirugikan oleh pihak lain. Hal ini diawali dengan perasaan tidak puas
yang bersifat subjektif dan tertutup. Kejadian ini dapat dialami oleh
tidak ada titik temu penyelesaian, maka ini dapat dikatakan sebagai sengketa
Sengketa tanah yang terjadi juga tidak terlepas dari perbedaan tafsir
terhadap hak publik dan hak perorangan yang diatur dalam UUPA. Hak publik
8
perorangan dikarenakan proses peralihan hak. Sengketa tanah yang timbul
peralihan hak atas tanah (jual beli, hibah), dan pembebasan tanah untuk
kepentingan umum.
Sumber sengketa tanah yang terjadi secara umum dapat dibagi menjadi 5
(lima) kelompok.
1. Sengketa disebabkan oleh kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru
2. Tumpang tindihnya peraturan-perundang-undangan tentang sumber daya
agrarian.
3. Tumpeng tindihnya penggunaan tanah
4. Kualitas sumberdaya manusia dari aparat pelaksana, dan
5. Berubahnya pola pikir masyarakat terhadap penguasaan tanah.3
Dalam persengketaan, perbedaan pendapat dan perdebatan yang
kesepakatan dan hal ini berakibat dengan putusnya jalur komunikasi yang
memperhatikan atau menjunjung tinggi hak untuk mendengar dan hak untuk
masalah/sengketa.
yaitu:
1. Kepentingan (intersect)
2. Hak-hak (rights)
3
Muchsin, 16 Juli 2002, Konflik Sumber Daya Agraria dan Upaya Penegakan Hukumnya, Makalah Seminar
Nasional Pertanahan 2002 “Pembaharuan Agraria”, Yogyakarta. Hlm.5
4
Suyud Margono, Juni 2000. ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek
Hukum,. Jakarta: Graha Indonesia. Hlm:35
9
dimanfaatkan dan dipertahankan. Dalam proses penyelesaian sengketa,
sengketa melalui cara perundingan atau mediasi ini mempunyai kelebihan bila
memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit, disamping itu adanya
sehingga orang enggan menyelesaikan masalah melalui jalur hukum dan oleh
karena itu mereka mencari jalur alternatif penyelesaian sengketa atau konflik
belah pihak tanpa menimbulkan perpecahan ataupun rasa kurang puas akan
sengketa yang terjadi antara para pihak dapat diselesaikan dengan prinsip
10
pihak-pihak yang bersengketa. Dalam mediasi atau alternatif penyelesaian
6 ayat (3), (4), dan (5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
mengenai Mediasi yang diatur dalam Pasal 6 ayat (3) UUAAPS adalah suatu
Damai yang sebelumnya telah diatur dalam Pasal 130 HIR/154 R.Bg.
5
Frans Hendra Winarta, 2011, Hukum Penyelesaian Sengketa (Arbitrase Nasional dan Internasional), Jakarta:
Sinar Grafika, hlm. 7-8
11
memberikan konsultasi atau pendapat hukum, maupun secara sendiri-sendiri
ahli hukum. Selanjutnya mediasi dan konsiliasi yang melibatkan pihak ketiga
bersengketa.
pengadilan.
6
Ibid, hlm.16
12
mengenai pertanahan melalui Keputusan Kepala BPN RI No 34 Tahun 2007
peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan dan salah satu bentuk
Adapun pola umum darri mediator sebagai pihak ketiga dalam rangka
yang bersnegketa ataupun dapat pula ditunjuk oleh Hakim majelis dalam
13
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003, yang mewajibkan
perdamaian jika tidak ditempuh dengan jalur mediasi maka putusan hakim
terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau pasal 154 R.Bg. begitu pula
Hakim setelah siding pertama para pihak harus memilih mediatir di antara
para mediator yang yang terdaftar oleh Pengadilan dan yang tidak tercantum
Nomor 1 Tahun 2008 yang mewajibkan setiap Hakim, mediator dan para
1. Aspek Urgensi/motivasi
7
Ibid, hlm. 19-20
14
ada hal-hal yang mengganjal yang selama ini menjadi masalah, maka
sendirinya. Titik temu yang selama ini beku mengenai hal-hal yang
mereka.
2. Aspek prinsip
Proses mediasi merupakan proses yang wajib dijalani oleh para pihak yang
berperkara, karena hal ini dicantumkan dalam Pasal 2 ayat (2) Perma
Nomor 1 Tahun 2008. Apabila proses mediasi tidak ditemouh, maka hal
tersebut telah melanggar ketentuan dari pasal 130 HIR dan atau Pasal 154
3. Aspek substansi
Maksud dari aspek ini adalah bahwa mediasi merupakan suatu rangkaian
proses yang harus dilalui untuk setiap perkara perdata yang masuk ke
15
waktu tersendiri untuk melaksanakan mediasi sebelum perkara diperiksa.
1. Spesifikasi Penelitian
2. Metode Pendekatan
8
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 105-106
16
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3. Tahapan Penelitian
a) UUD 1945
hukum.9
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007, hlm. 13
17
Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap
(hukum), ensiklopedia.xx
terkait.
Data yang diperoleh melalui penelitian ini diolah dan dianalisis dengan
18
merupakan análisis data yang berasal dari informasi-informasi yang
6. Lokasi Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan:
ini:
BAB I : Pendahuluan, Pada Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Identifikasi
BAB II : Landasan Teori, Pada Bab ini terdiri atas Tinjauan Pustaka berisi
BAB III: Contoh Kasis, pada babi ni akan dijelaskan mengenai kasus yang
19
BAB IV: Pembahasan, menjelaskan butir-butir penting yang harus dilakukan
Pembahasan
20
Daftar Pustaka
Urip Santoso, 2012. Hukum Agraria Kajian Komprehensip, Jakarta: Prenada Media
Maria S.W. Sumardjono. Dkk. 2008. Mediasi Sengketa Tanah (Potensi Penerapan
Jakarta:Kompas
Muchsin, 16 Juli 2002, Konflik Sumber Daya Agraria dan Upaya Penegakan
Agraria”, Yogyakarta
Suyud Margono, Juni 2000. ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
21