OLEH:
2182411013
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) adalah Negara
hukum yang memberikan jaminan dan perlindungan atas hak-hak warga Negara,
antara lain hak warga negara untuk mendapatkan, mempunyai, dan menikmati hak
milik. Hak Milik atas tanah sebagai salah satu jenis hak milik, yang sangat
penting bagi negara, bangsa, dan rakyat Indonesia sebagai masyarakat agraria
tetapi, tanah yang merupakan kehidupan pokok bagi manusia akan berhadapan
2. Pergeseran pola hubungan antara pemilik tanah dan tanah sebagai akibat
3. Tanah di satu pihak telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat
penting, pada lain pihak telah tumbuh sebagai bahan perniagaan dan obyek
spekulasi;
besarnya kesejahteraan rakyat lahir batin, adil dan merata, sementara di lain
1
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya,(Jakarta : Sinar
Grafika,2010) hal. 1.
2
Tanah merupakan sumber daya penting dan strategis karena menyangkut
diketahui masalah tanah memang merupakan masalah yang sarat dengan berbagai
kepentingan, baik ekonomi, sosial, politik, bahkan untuk Indonesia, tanah juga
mempunyai nilai religius yang tidak dapat diukur secara ekonomis. Tanah
fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset
Indonesia untuk hidup dan kehidupan, sedangkan sebagai capital asset tanah
merupakan faktor modal dalam pembangunan. Sebagai capital asset tanah telah
tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat penting sekaligus sebagai bahan
perniagaan dan objek spekulasi. Disatu sisi tanah harus dipergunakan dan
adil, dan merata, sedangkan di sisi lain juga harus dijaga kelestariaannya.
dan manfaat tanah, menjadikan tanah sebagai aset yang berharga bagi industri.
mendukung sektor ini juga semakin besar. Selain memanfaatkan tanah untuk
3
kesuburan tanah.
Sebagai karunia Tuhan sekaligus sumber daya alam yang strategis bagi
bangsa, negara, dan rakyat, tanah dapat dijadikan sarana untuk mencapai
kesejahteraan hidup bangsa Indonesia sehingga perlu campur tangan negara turut
Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 yang berbunyi : “Bumi, air, dan kekayaan alam
dan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun
Nasional.
keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka
4
3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-
angkasa.
hak atas tanah dapat dijadikan sebagai asset yang dapat dipindahkan kepada orang
lain. Oleh karena itu, didalam menghadapi masa pandemi ini, banyak sekali
masyarakat yang mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain guna
dimilikinya.
Peralihan hak atas tanah adalah berpindahnya hak atas tanah dari
pemegang hak yang lama kepada pemegang hak yang baru menurut ketentuan
hak atas tanah tanpa ada perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemiliknya,
5
hak atas tanah melalui perbuatan hukum yang dilakukan pemiliknya, misalnya
melalui jual beli. Di Indonesia, peralihan hak atas tanah didasarkan pada
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (PP No. 24 Tahun 1997).
“Pemindahan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui
jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan
hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya
dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang
Secara umum, tanah diperoleh seseorang dengan cara jual beli. Jual beli
tanah merupakan bentuk peralihan hak yang sering terjadi dalam masyarakat.
Peralihan hak milik atas tanah juga dapat dilakukan melalui hibah, pemberian
dengan wasiat dan tukar- menukar. Baik jual beli, hibah, pemberian dengan
Dalam KUHPerdata Pasal 1457, 1458 dan 1459 menyatakan bahwa jual
beli tanah adalah suatu perjanjian dimana satu pihak mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan tanah dan pihak lainnya untuk membayar harga yang telah
ditentukan. Pada saat kedua belah pihak telah mencapai kata sepakat, maka jual
beli dianggap telah terjadi, walaupun tanah belum diserahkan dan harga belum
dibayar. Akan tetapi, walaupun jual beli tersebut dianggap telah terjadi, namun
hak atas tanah belum beralih kepada pihak pembeli. Agar hak atas tanah beralih
dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka masih diperlukan suatu perbuatan
6
hukum lain, yaitu berupa penyerahan yuridis (balik nama). Penyerahan yuridis
yang tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli tanah atau karena alasan
membutuhkan tanah hanya untuk jangka waktu yang tidak lama (jangka waktu
tertentu saja), dapat memperoleh tanah melalui sewa tanah (land lease). Maksud
memperoleh tanah dalam sewa tanah bukan untuk mengalihkan kepemilikan hak
atas tanah tersebut namun hanya untuk mengambil manfaat atas tanah karena
dalam sewa-menyewa tidak terjadi peralihan hak milik. Sewa tanah yang sering
menyewa tanah pertanian pihak lain untuk jangka waktu tertentu dan dengan
pembayaran sewa. Pembayaran sewa tanah pertanian ini biasanya dalam bentuk
pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang
kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga
yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Orang dapat menyewakan
pelbagai jenis barang, baik yang tetap maupun yang bergerak. Ini sebagaimana
Perdata (“KUHPer”).
pertanian. Menurut Urip Santoso, yang dimaksud dengan hak sewa tanah
7
pertanian adalah suatu perbuatan hukum dalam bentuk penyerahan kekuasaan
tanah pertanian oleh pemilik tanah pertanian kepada pihak lain (penyewa) dalam
jangka waktu tertentu dan sejumlah uang sebagai sewa yang ditetapkan atas dasar
kesepakatan kedua belah pihak.2 Dalam Pasal 53 UUPA, hak sewa tanah pertanian
penghapusan hak sewa tanah pertanian adalah karena adanya unsur pemerasan.
Ketentuan tentang sewa tanah tidak diatur secara jelas dalam peraturan
yang mengatur tentang hak sewa yaitu Pasal 16 ayat (1) huruf e yang
menyebutkan hak sewa sebagai salah satu hak atas tanah dan dalam penjelasan
pasalnya tidak menerangkan yang dimaksud dengan hak sewa, Pasal 53 tentang
hak sewa tanah pertanian, Pasal 44 dan Pasal 45 yang merupakan bagian dari Bab
Pasal 44 UUPA:
1) seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah
apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk
kepentingan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah
uang sebagai sewa.
2) Pembayaran uang sewa dapat dilakukan :
a. Satu kali atau pada tiap-tiap waktu tertentu;
b. Sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan.
3) Perjanjian sewa tanah yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak boleh
disertai syarat-syarat yang mengandung unsur pemerasan.
Pasal 45 UUPA:
Yang dapat menjadi pemegang hak sewa ialah :
a. warga negara Indonesia;
b. orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
2
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group,
Cetakan Keenam, Jakarta, Maret 2010, h. 145 (selanjutnya disebut Urip Santoso 1).
8
c. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia;
d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
bahwa oleh karena hak sewa merupakan hak pakai yang mempunyai sifat-sifat
khusus maka disebut tersendiri. Hak sewa hanya disediakan untuk bangunan-
bangunan berhubungan dengan ketentuan Pasal 10 ayat (1). Hak sewa tanah
pertanian hanya mempunyai sifat sementara (Pasal 16 jo 53). Negara tidak dapat
Merujuk pada UUPA dapat dilihat bahwa UUPA hanya mengatur terkait
bagaimana sewa menyewa dan jual-beli itu dilakukan. Didalam transaksi jual beli
tanah, sangat memungkinkan untuk terjadi bahwa tanah yang dijual tersebut sudah
disewakan terlebih dahulu kepada pihak lain. Untuk penyelesaian kasus tersebut,
masih terdapat kekosongan norma didalam UUPA. Didalam transaksi jual beli
penelitian dengan mengangkat judul, “Kepastian hukum bagi para pihak didalam
transaksi jual beli tanah yang telah dibebankan hak sewa kepada pihak ketiga”.
diakibatkan dari transaksi jual beli tanah yang telah dibebankan hak sewa?
9
Agar penulisan karya ilmiah ini memiliki maksud yang jelas, maka harus
memiliki suatu tujuan guna mencapai target yang dikehendaki. Adapun tujuan
penulisan ini dikualifikasikan atas tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang
hukum para pihak didalam transaksi jual beli tanah yang telah
terkait kepastian hukum yang diakibatkan dari transaksi jual beli tanah
10
1. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman terhadap
transaksi jual beli tanah yang dibebankan hak sewa kepada pihak
ketiga.
persoalan-persoalan hukum.
jual-beli tanah dan perjanjian sewa tanah. Penelitian ini juga diharapkan
hukum yang ada dalam transaksi jual-beli tanah perjanjian sewa tanah.
3
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
April 2013, h. 225 (selanjutnya disingkat Peter Mahmud Marzuki - I).
11
dituangkan dalam legal opinion atau dalam bentuk legal memorandum.
menyusun perjanjian sewa tanah sesuai dengan konsep sewa tanah yang
Penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan dengan beberapa tesis atau
karya tulis lainnya yang berkaitan dengan sengketa jual-beli dan sewa menyewa.
1. Bagaimana bentuk
PENYELESAIAN Sengketa Sewa
SENGKETA Lahan Pertanian
SEWA LAHAN Perspektif Hukum
PERTANIAN Ekonomi Syariah
Mega Sartika /14204032/ Institut PERSPEKTIF (Studi di
Agama Islam Negeri HUKUM Kenagarian Rao-
1. Batusangkar. EKONOMI Rao)?
SYARIAH (Studi 2. Bagaimana upaya
kasus di penyelesaian Sewa
Kenagarian Rao- Lahan Pertanian
Rao). Perspektif Hukum
Ekonomi Syariah
(Studi di
Kenagarian Rao-
12
Rao)?4
1. Bagaimanakah
Prosedur
Pelaksanaan
Perjanjian Sewa
Penyelesaian Menyewa Kios
antara Pedagang
Sengketa Sewa
dengan Dinas
Feni Agustin/502012107/ Menyewa Kios Pasar Baru Kota
Universitas Muhammadiyah Antara Pedagang Baturaja?
2. Palembang. Dengan Dinas 2. Bagaimanakah
Pasar Baru Kota Penyelesaian
Baturaja. Sengketa Sewa
Menyewa Kios
antara Pedagang
dengan Dinas
Pasar Baru Kota
Baturaja5?
1. Bagaimanakah
keabsahan jual
beli tanah bekas
Hak Guna Usaha
yang dikuasai
Pemerintah telah
diperjualbelikan
Jual Beli Atas masyarakat
Julianto Jover Jotam
Tanah Negara kepada pihak
Kalalo/P0903211403/Universitas
3 yang Dikuasai ketiga?
Indonesia.
Pemerintah. 2. Sejauhmana
upaya
Pemerintah
untuk menguasai
kembali tanah
bekas Hak Guna
Usaha yang telah
diperjualbelikan
masyarakat?6
4
Sartika M., 2018, PENYELESAIAN SENGKETA SEWA LAHAN PERTANIAN
PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi kasus di Kenagarian Rao-Rao), Fakultas
Hukum Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, Batusangkar.
5
Agustin F., 2016, Penyelesaian Sengketa Sewa Menyewa Kios Antara Pedagang Dengan
Dinas Pasar Baru Kota Baturaja, Universitas Palembang.
6
Jover Jotam J., 2013, Jual Beli Atas Tanah Negara yang Dikuasai Pemerintah,
Universitas Indonesia, Jakarta.
13
Penelitian yang dilakukan oleh Mega Sartika membahas mengenai
penyelesaian sengketa sewa menyewa kios antara pedagang dengan dinas pasar
pelaksanaan perjanjian sewa menyewa kios antara pedagang dengan Dinas Pasar
menyewa kios antara pedagang dengan Dinas Pasar Barn Kota Baturaja.
hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Sehingga dapat diketahui bahwa
Dinas Pasar Barn Kota Baturaja yaitu pihak pedagang mengajukan Surat
sebagai berikut.
14
Julianto Jover Jotam Kalalo dalam penelitiannya membahas tentang Jual
Beli Atas Tanah Negara yang Dikuasai Pemerintah. Hasil penelitian dan
pembahasan menunjukkan bahwa Jual beli atas tanah yang objeknya merupakan
tanah Negara antara penjual dan pembeli tidak sah dan batal demi hukum karena
tidak terpenuhinya syarat jual beli yaitu syarat materiil sehingga tidak sesuai
dilakukan Pemerintah Kota Bitung pada saat ini yaitu telah melakukan pemetaan
terhadap tanah bekas Hak Guna Usaha tersebut dan bekerja sama dengan pihak
kantor pertanahan Kota Bitung untuk mengeksekusi tanah Negara sehingga dapat
dikuasai langsung oleh Pemerintah Kota Bitung dan upaya hukum yang dapat
perbandingan, pegangan teoritis.7 Bagi suatu penelitian, teori merupakan alat dari
ilmu (tool of science) di lain pihak, teori juga merupakan alat penolong. Dalam
penelitian, fungsi teori adalah untuk memperjelas ruang lingkup yang diteliti,
itu kerangka teori dalam penelitian tesis ini sangat diperlukan guna memperjelas
7
M. Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar maju, Bandung, hlm 80.
15
nilai-nilai, azas – azas, dalil-dalil, dan norma-norma, serta dasar hukum sampai
atau butir- butir pendapat, teori, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan,
digunakan dalam penulisan tesis ini, akan didefinisikan dulu apa yang dimaksud
dengan asas, konsep dan teori. Asas hukum adalah wujud dari suatu pemikiran
dasar yang memiliki sifat umum serta mendasari atau yang terdapat di dalam atau
hukum merupakan kecenderungan yang ditetapkan oleh moral pada hukum. Oleh
sebab itu, bersifat umum dengan segala keterbatasan umum, tetapi yang juga tidak
hukum yakni sebagai suatu ratio legis dari suatu peraturan hukum atau dapat
dikatakan sebagai alasan atas lahirnya suatu peraturan hukum. Suatu asas hukum
adalah jantung peraturan hukum dan merupakan perwujudan dari landasan yang
16
Definisi prinsip atau asas dalam bahasa Latin yakni principium, dalam
bahasa Inggris principle, bahasa Belanda beginsel, bahasa Arab assasun, bahasa
Perancis principe, dan principio dalam bahasa Spanyol. Menurut kamus Latin
commencement, origin. Prinsip berarti suatu permulaan atau asal mula.12 Menurut
diartikan sebagai suatu rancangan atau suatu pengertian yang diabstrakkan dari
Asas-asas hukum atau prinsip hukum bukan suatu perwujudan dari hukum
yang sifatnya konkret, hanya merupakan suatu pemikiran dasar yang memiliki
sifat umum serta digunakan sebagai latar belakang dari lahirnya peraturan yang
sifatnya konkret yang mana dapat ditemukan pada dan di belakang sistem hukum
digunakan sebagai hukum positif serta dapat diketahui dengan cara melakukan
pencarian sifat umum yang ada pada peraturan yang bersifat konkret tersebut. 13
Pada dunia praktik, asas hukum digunakan sebagai dasar bagi hakim dalam
melakukan penemuan hukum pada kasus-kasus yang tengah dihadapi, yang mana
pada saat itu hakim tidak dapat merujuk pada norma hukum karena belum ada
yang mengaturnya. Selain itu asas hukum mampu digunakan sebagai parameter
dalam pengukuruan norma hukum yang ada apakah hal tersebut telah sesuai
12
A'an Efendi, et.al, 2017, Teori Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 147.
13
Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, h.
14
Hadi Shubhan, 2008, Hukum Kepailitan; Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 1.
17
Teori berasal dari kata bahasa Yunani yaitu thoros yang berarti spetator
atau penonton. Teori menekankan pada fakta-fakta bahwa semua teori adalah
diketemukan adanya hubungan sebab akibat pada kelompok yang diamati oleh
fenomena serta gejala-gejala.15 Teori dalam teori hukum merupakan suatu wujud
definisi atas satu kesatuan pandang, pendapat, serta adanya pengertian yang saling
dikaji.16 Teori hukum adalah bagian dari disiplin ilmu hukum yang tujuan sifat
umum (dengan kata lain tidak terikat pada tata hukum atau budaya hukum
kumpulan institusi sosial dan politik. Teori hukum menurut Richard A. Posner
adalah sebagai, "By Legal Theory, I mean the study of law not as means of
acquiring conventional professional competence but 'from the outside', using the
method of scientific and humanistic inquiry to enlarge our knowledge of the legal
system".17
15
Ibid., h. 89.
16
Sudikno Mertokusumo, op.cit., h. 5.
17
Richard A. Posner, 1987, The Decline of Law as an Autonomous Discipline; 1962-1987,
Harvard Law Review, Vol. 100:761, h. 779.
18
pengetahuan yang lebih luas tentang sistem hukum. Adapun asas, konsep, dan
teori hukum yang dapat digunakan dalam penelitian dan penulisan tesis ini adalah:
Law and State" menyebutkan bahwa, "... a distinction is made between jus in rem,
that is a right to a thing, and jus in personam, that is a right to demand that
somebody else shall behave in a certain way, the right to somebody else's
behavior, for instance, the creditor has a right to demand that the debtor shall
terjemahan oleh ahli bahasa Somardi dalam buku Teori Hukum Murni, dilihat dari
sudut pandang teori hukum murni, hak dapat dibedakan menjadi jus in rem yakni
hak atas suatu barang, dengan jus in personam yaitu hak untuk menuntut
seseorang agar berbuat menurut suatu cara tertentu.19 Apabila lebih ditekankan
sebagai hak hukum, maka hak tersebut merupakan hak atas perbuatan seseorang
lainnya.20 Hak hukum ini menimbulkan kewajiban hukum dari seseorang lainnya,
seperti misalnya seorang kreditor memiliki hak hukum (hak yang bersifat jus in
19
Pada dasarnya hukum bersifat mengharuskan bagi seorang individu atau
pembayaran sisa utang debitor kepada kreditornya merupakan suatu bentuk norma
hukum yang mewajibkan. Dengan kata lain, norma hukum mewajibkan bagi
secara logis dan psikologis hanya jika orang yang membuat pernyataan ini
mempertimbangkan hak dari para pihak baik pihak debitor dan pihak kreditor.
kreditor untuk mendapatkan kembali uangnya dan memberikan suatu hak untuk
pelunasan piutangnya, serta hak atas pelunasan merupakan salah satu bentuk
perlindungan atas harta kekayaan seseorang. Suatu aturan hukum terkadang tidak
bisa melindungi hak secara utuh karena perbuatan hukum yang dilakukan telah
21
Ibid., h. 77.
22
Somardi, 2007, Teori Umum Hukum dan Negara; Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Bee Media, Jakarta, h. 100.
23
Ibid., h. 101.
20
mengalami perkembangan, yang mana akibat hukum yang ditimbulkan juga ikut
berkembang.
Sebagai salah satu contoh dalam masalah kepailitan yang diangkat dalam
penelitian tesis ini, hukum kepailitan yang telah ada tidak bisa melindungi secara
sempurna hak dari kreditor dalam hal pelunasan piutang. Pada hakekatnya hak
pinjamannya, yang mana hak seorang pemilik adalah norma hukum yang
kekayaan yang menjadi milik orang lain.24 Maka hak seorang kreditor untuk
setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan. Khususnya masyarakat lemah
kesempatan yang sama atas kebebesan dasar yang paling luas, seluas
kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu mengatur kembali
24
Ibid., h. 102.
25
Ibid, hlm. 139-140
26
John Rawls dalam Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, 2006, Teori Keadilan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
21
Teori keadilan juga dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles. Plato dalam
a. Keadilan Moral
Suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral, apabila telah mampu
memberikan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajibannya.
b. Keadilan Prosedural
Sutau perbuatan dikatakan adil secara prosedural apabila seseorang telah
mampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah
diharapkan.27
Sedangngkan Aristoteles memberikan penjelasan mengenai masalah
membedakan keadilan kedalam keadilan dalam arti formal dan keadilan dalam
28
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum;
Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, Rajawali Pers, Jakarta,
hlm. 268-269.
22
keadilan dalam arti formal (prosedural) adalah keadilan dalam arti bahwa hukum
itu berlaku secara umum, sedangkam keadilan dalam arti materil (substantif)
adalah keadilan dalam arti bahwa setiap hukum harus sesuai dengan cita-cita
keadilan masyarakat.29
greatest equal liberty. Menurut prinsip ini, semua orang punya hak yang sama
untuk semua sistem kebebasan yang sebesar-besarnya, baik itu perbedaan ataupun
beragama, kebebasan menjadi diri sendiri dan hak untuk mempertahankan milik
pribadi.
terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan
perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari
hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Keteraturan
29
Martitah, Op Cit, Hal. 189.
30
Salim HS, dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Cetakan Ketiga, PT. RajaGrafindo Persada, Depok (yang selanjutnya disebut
Salim HS, dan Erlies Septiana Nurbani I), h. 259.
23
Menurut Sudikno Mertokusumo, kepastian hukum adalah jaminan bahwa
hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya
dan bahwa putusan dapat dilaksanakan.31 Kepastian hukum erat kaitannya dengan
keadilan, namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum,
sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis. Aspek ini nantinya dapat
maka kepastian dapat mengandung beberapa arti yakni, adanya kejelasan, tidak
hukum.
masyarakat yang mana masyarakat tersebut berada di posisi lemah, yang mana hal
31
Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengaturan, Liberty, Yogyakarta,
hlm.160.
32
Fernando M Manulang, 2007, Hukum Dalam Kepastian, Prakarsa, Bandung, hlm. 95.
24
ini diukur berdasarkan lemah pada segi ekonomi maupun segi yuridis. Satjipto
pengayoman bagi Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain serta
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.33 Menurut Maria Theresia Geme,
sesuatu dengan tujuan guna memberikan rasa sertma menjamin kepastian hak-hak
kepentingan serta hak-hak masyarakat. Secara hukum dapat dilihat bahwa teori
atas obyek yang diberikan oleh hukum kepada subyeknya. Berkaitan dengan
penulisan tesis ini, maka peran dari teori perlindungan hukum adalah untuk
mendukung adanya hak-hak daripada pihak penyewa dan pembeli tanah yang
harus dilindungi sebagai seorang subyek hukum dengan obyek hak atas tanah dan
bentuk tanggung jawab secara hukum yang diakibatkan oleh adanya kesalahan
yang dilakukan oleh subjek hukum dimana atas tindakan yang dilakukan akan
menimbulkan kerugian bagi pihaklain, atau dapat sebagai suatu ancaman, bentuk
33
Salim HS, dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Cetakan Ketiga, PT. RajaGrafindo Persada, Depok (yang selanjutnya disebut
Salim HS, dan Erlies Septiana Nurbani I), h. 259.
34
Ibid., h. 262.
25
tindak kejahatan, serta biaya dan kondisi yang dapat menimbulkan tidak berjalan
ditanggung berdasarkan atas segala sesuatu, yang mana apabila ada dampak atas
diperkarakan secara hukum. Maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab adalah
sebelumnya.
melakukan sesuatu sesuai dengan aturan dan tata cara tertentu yang sesuai dengan
koridor hukum positif yang berlaku.36 Menurut Ridwan Halim, tanggung jawab
hukum adalah bentuk dampak dari adanya hak dan prestasi ataupun suatu
seseorang untuk diwajibkan tanggung jawab atas suatu perbuatan tertentu secara
hukum atau dibebankan tanggung jawab hukum pada subjek hukum yang
menandai bahwa ia telah bertanggung jawab yang merupakan suatu wujud sanksi
35
HR. Ridwan, 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 337.
36
Khairunnisa, 2008, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Pasca
Sarjana,Medan, h. 4.
26
atas perbuatan yang tidak sesuai dengan koridor hukum yang berlaku. 37 Menurut
koridor hukum. Selanjutnya dijelaskan lagi bahwa kegagalan atas tindakan yang
disebut dengan kekhilafan, yang mana biasanya kesalahan ini bersifat culpa
sehingga meski tidak seberat kesalahan yang dilakukan dengan sengaja, namun
atas perbuatan tersebut tetap memiliki dampak yang dapat membahayakan pihak
lain.39
37
Hans Kelsen, 2007, General Theory Of law and State, Teori Umum Hukum dan Negara,
Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, sebagaimana
diterjemahkan oleh Somardi, BEE Media Indonesia, Jakarta, h. 81.
38
Hans Kelsen, 2006, Teori Hukum Murni Nuansa & Nusa Media, sebagaimana
diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Bandung, h. 140.
39
Ibid., h. 83.
27
Menurut pandangan Abdulkadir Muhammad, disaat individu melakukan
suatu tindakan yang bersifat melanggar hukum (tort liability) maka teori
Apabila dikaitkan dengan teori tanggung jawab bagi notaris, maka notaris
untuk membuat akta autentik serta kewenangan lainnya, maka atas kewenangan
tersebut, maka notaris memiliki tanggung jawab penuh atas segala akibat hukum
yang timbul sebagai dampak dari pelaksanaan akta karena seorang notaris harus
memahami dengan benar isi akta serta akibat yang mungkin muncul atas
pelaksanaan dari isi akta tersebut. Teori tanggung jawab digunakan dalam
penelitian ini, karena berhubungan dengan tanggung jawab notaris dan pihak
dan pihak penjual tanah dapat bertanggungjawab dengan Tindakan yang telah
dirugikan.
40
Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 336.
28
1.6.2 Kerangka pemikiran
dapat dijelaskan dalam kerangka berfikir mengenai skema tanggung jawab debitor
pailit dalam upaya penyelesaian sisa utang dalam perkara kepailitan sebagai
berikut:
Sengketa terjadi karena pihak pertama menyewakan tanhnya kepada pihak kedua dan pihak
pertama juga menjual tanahnya kepada pihak ketiga. Dalam perkara sengketa tanah ini pihak kedua
dan ketiga saling mengklaim haknya. Namun didalam UUPA tidak mengatur bagaimana
penyelesaian sengketa terhadap transaksi jual beli tanah yang telah dibebankan hak sewa.
Norma Kosong
Teori Keadilan
29
Analisis
Simpulan Saran
pengetahuan yang menjadi induknya. Secara garis besar penelitian hukum yang
belum adanya pengaturan mengenai penyelesaian sisa utang yang dimiliki oleh
beranjak dari kesenjangan norma hukum. Penelitian ini secara khusus mengaitkan
keadilan.42
30
buku-buku yang berkaitan dengan hukum, serta kamus atau ensiklopedi. 43 Adapun
beberapa ciri-ciri penelitian hukum normatif, seperti: (1) beranjak dari adanya
hipotesis; (3) menggunakan landasan teoritis; dan (4) menggunakan bahan hukum
yang terdiri atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.44
dan tidak menyebabkan bias atau perbedaan pemahaman. Serta pendekatan fakta
(the fact approach) yakni pencarian informasi mengenai kasus apa yang terjadi,
sehingga informasi yang didapatkan merupakan sebuah hal yang nyata dan sesuai
43
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13-14.
44
Magister Kenotariatan Universitas Udayana, 2015, Buku Pedoman Pendidikan Program
Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, Denpasar 01-09-2015, h. 48.
45
Peter Mahmud Marzuki, 2013, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, h. 133.
46
Ibid., h. 137.
31
dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Pendekatan kasus bertujuan untuk
mengenai dampak dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam praktik
hukum.47
Agraria
karya ilmiah, artikel internet ataupun pendapat para ahli yang berkaitan dengan
bentuk perlindungan hukum terhadap jual beli tanah yang telah dibebankan hak
32
Sumber bahan hukum tersier merupakan bahan yang memberikan petunjuk
dan/atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
serta informasi mengenai penelitian yang sejenis dan berkaitan sesuai dengan
penelitian ini.
atas bahan hukum yang telah diperoleh tersebut. Kemudian bahan hukum yang
primer dan juga sekunder, yang mana selanjutnya akan dilakukan inventarisasi
bahan hukum yang relevan melalui cara pencatatan dan juga pengutipan yang
33
dilakukan dengan sistem kartu. Setelah itu setiap kartu akan diberikan identitas
mengenai sumber bahan hukum mana yang dikutip dalam penulisan sebagai
pada setiap bab mulai dari bab I hingga bab IV akan diberikan catatan atas kutipan
dalam perkara kepailitan sebagai upaya penyelesaian sisa utang. Penelitian ini
pelaksanaan ini akan meliputi dua kegiatan utama yakni studi kepustakaan
artikel atau tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
hukum yang telah didapatkan melalui adanya penelitian pustaka. Terhadap bahan
hukum yang telah didapatkan maka selanjutnya akan dilakukan penelitian terlebih
dahulu apakah telah lengkap serta telah jelas untuk dapat dikategorikan dan juga
bahan hukum yang diperoleh akan dilakukan pengkoreksian terlebih dahulu untuk
memastikan bahan hukum yang relevan dalam penelitian baik adanya kesusaian
dengan rumusan masalah yang akan dibahas. Kemudian bahan hukum yang sudah
48
Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20,
Alumni Bandung, h. 150.
34
melalui proses kepustakan selanjutnya akan dipilih kembali dan dikelompokkan
deskriptif analitis.
gambaran yang secara menyeluruh dan utuh namun tetap tertata sistematis
yang akan dibahas dalam penelitian ini. Analitis memiliki arti bahwa gambaran
yang didapatkan akan dilakukan analisis yang cermat hingga mampu diketahui
apa yang menjadi penelitian ini serta mampun memberikan bukti dalam menjawab
dalam penelitian ini. Selanjutnya analisis bahan hukum yang dilakukan peneletian
bermutu dan relevan yang dituangkan dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut,
logis, serta tidak tumpang tindih sehingga efektif, dan memberikan kemudahan
atas analisa yang dilakukan. Atas kesemua data yang didapatkan selanjutkan akan
diolah dengan menggunakan metode kualitatif, yang mana metode ini merupakan
tata cara dalam melakukan penelitian yang mampu menghasilkan data dalam
wujud kalimat, bukan dalam wujud data statistik, mampu menggambarkan apa
yang diperoleh dari bahan serta data yang diteliti menjadi benar-benar terarah
35
sesuai dengan apa yang ingin diperoleh jawabannya serta dijelaskan.49
dalam arti diperhatikan dari berbagai bidang yang menjadi lingkup dalam
penelitian ini. Pada analisi bahan hukum kemudian akan diterapkan teknik
deskriptif, yang mana mampu mendeskripsikan bahan yang diperoleh dengan cara
penilaian atas penelitian yang didasarkan pada alasan-alasan yang memiliki sifat
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
49
Burhan Ashopa, 2001, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 137.
36
Fuady, Munir, 2002, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Hans Kelsen, 2012, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, cetakan ke-2, terjemahan
Jimly Asshiddiqe dan M.Ali Safa’at, Konstitusi Press, Jakarta.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004, Perikatan yang lahir Dari
Perjanjian,
Ed.I, Cet.II, PT, Raja Grafindo Perasada, Jakarta.
M. Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar maju, Bandung.
Pandoman, Agus, 2017, Teori dan Praktek Akta Perikatan Publisitas dan Non
Publisitas, Raga Utama Kreasi, Yogyakarta.
Ridwan H.R, 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Supriadi, 2008, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
37
Pembangunan di Indonesia (suatu tinjauan secara sosiologis), cetakan
keempat, Universitas Indonesia, Jakarta.
Hartono, Sunaryati, 1994, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20,
Alumni, Bandung.
Sutedi, Andrian, 2010, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar
Grafika, Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Jurnal:
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi
Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak,
Udayana University Press, Denpasar.
Henry Campbell Black, 1991, Black’s Law Dictionary, St Paul Minn West
Publishing. Co, Boston.
Internet:
38
Mei 2022
39