Anda di halaman 1dari 7

PAPER PEROLEHAN TANAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : BENEDICTUS HANANTA M.

NIM : 11000117140431

HUKUM AGRARIA KELAS E

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, ia memegang peranan yang sangat penting
bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah dengan segala kebutuhannya
baik untuk tempat tinggal, lahan pertanian maupun fungsi-fungsi sosial lainnya. Demikian
pentingnya peranan tanah dalam kehidupan manusia ia dapat memberikan sesuatu hal yang
positif maupun yang negatif bagi manusia, oleh karenanya masalah tanah ini memerlukan
penanganan yang sangat seksama untuk menjamin kepastian hukum bagi pemegangnya
/pemiliknya. Sejalan dengan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, mengatur penjaminan kepastian hukum bagi pemilik
tanah, yakni Pasal 19 yang menentukan:
(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia, menurut ketentuan-ketentuan yang telah diatur di dalam
Peraturan Pemerintah.
(2) Pendaftaran tersebut meliputi:
a. Pengukuran dan pemetaaan tanah serta pembukaan tanah.
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c. Pemberian surat-surat bukti tanda hak yang berlaku sebagai alat pembuktian.
(3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat,
keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya menurut
pertimbangan Menteri Agraria.

Selain Pasal di atas masih ada pasal lain yang menyangkut masalah kepemilikan seseorang
atas tanah yakni Pasal 20 yang mengatakan:
(1) Hak milik adalah hak turun temurun terkuat dan terpenuhi, yang dapat dipunyai orang
atas tanah, dengan mengingat ketentan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.
(2) Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Berdasarkan ketentuan di atas ,
jelaslah bahwa sesuai dengan UU Pokok Agraria 1960, hak milik seseorang atas tanah harus
didaftarkan, untuk menjamin kepastian hukum dari orang yang miliki atas tanah.

TUJUAN

Agar pembaca dapat mengetahui proses perolehan tanah yang baik dan benar

RUANG LINGKUP

Pertanahan dan hak para pemilik tanah.


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Perolehan Tanah

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Kepmen Ag No. 21/1994 Perolehan tanah adalah setiap kegiatan
untuk mendapatkan tanah melalui pemindahan hakatas tanah atau dengan cara penyerahan
atau pelepasan ha katas tanah dengan pemberian ganti kerugian kepada yang
berhak.Perolehan tanah oleh perusahaan hanya boleh dilaksanakan di areal yang ditetapkan di
dalam izin lokasi.

Dasar Hukum Tanah

Didalam hal mengatur mengenai pertahanan ini negara Republik Indonesia telah mempunyai
suatu Undang-Undang yang disebut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) atau Undang-
Undang No. 5 Tahun 1960. Dalam komentarnya terhadap Undang-Undang Pokok
Agraria,Prof. AP. Parlindungan menyatakan bahwa Undang-Undang Pokok Agraria adalah
perwujudan dari pada ketentuan pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) :
Bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pengertian menguasai disini adalah di dalam hal pengaturannya saja bukan memiliki
sebagaimana dilihat dalam negara-negara komunis. Hak menguasai dari negara adalah
pemberian wewenang dari seluruh bangsa Indonesia. Perlu di ingat pula bahwa hukum
menguasai dari negara ini meliputi : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya, baik yang sudah di haki oleh seseorang maupun yang belum dihaki.

Tujuan Perolehan Tanah

Sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 19 UUPA, bahwa diselenggarakannya pendaftaran


tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum (rechtskadaster/ legal cadastre). Secara lebih
rinci tujuan pendaftaran tanah diuraikan dalam pasal 3 PP No. 24 tahun 1997 sebagai berikut:

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
Untuk itu kepada pemegang hak diberikan sertipikat sebagai suart tanda buktinya.
Tujuan inilah yang merupakan tujuan utama dari pendaftaran tanah sebagaimana
diamanatkan oleh pasal 19 UUPA.
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk
pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan
perbuatan hukum mengenai bidang-bidang dan satuan-satuan rumah susun yang sudah
terdaftar. Penyajian data dilakukan oleh Kantor Pertanahan di Kabupaten / Kotamadia tata
usaha pendaftaran tanah dilakukan dalam bentuk yang dikenal dengan daftar umum, yang
terdiri atas peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah dan daftar nama. Sehingga
pihak-pihak yang berkepentingan, terutama calon pembeli atau calon kreditur, sebelum
melakukan suatu perbuatan hukum mengenai suatu bidang tanah atau satuan rumah susun
tertentu perlu dan karenanya mereka berhak mengetahui dat yang tersimpan dalam daftar-
daftar di Kantor Pertanahan tersebut. Hal inilah yang sesuai dengan asas terbuka dari
pendaftaran tanah.
3. Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan, pendaftaran tanah secara baik
merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan. Untuk mencapai
tertib administrasi tersebut setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk peralihan,
pembebanan dan hapusnya wajib didaftar.

Asas Perolehan Tanah

Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun dan untuk keperluan apapun, harus
dilandasi hak atas tanah yang disediakan oleh Hukum Tanah Nasional.Penguasaan dan
penggunaan tanah tanpa ada landasan haknya (illegal) tidak dibenarkan, bahkan diancam
dengan sanksi pidana.

Obyek Perolehan Tanah

Yang menjadi obyek pendaftaran tanah meliputi antara lain:


1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai
2. Tanah Hak Pengelolaan
3. Tanah Wakaf
4. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
5. Hak Tanggungan
6. Tanah Negara

Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai ada yang diberikan oleh negara, namun juga
dimungkunkan Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh pemegang hak milik
atas tanah. Tetapi sampai sat ini belum terdapat suatu ketentuan yang mengatur mengenai
tatacara pembebanan maupun pemberiannya. Maka yang merupakan obyek pendaftaran tanah
adalah Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan oleh negara.

Perolehan Tanah

Dalam peraturan Perundang-undangan di bidang pertanahan ditetapkan ada tujuh cara


perolehan hak atas tanah, yaitu :

1. Menurut Hukum Adat


Hak Milik atas tanah dapat diperoleh melalui pembukaan tanah, atau timbulnya lidah
tanah (aanlibbing).

2. Pemberian Hak Atas Tanah Negara

Seseorang atau badan hukum memperoleh hak atas tanah yang berasal dari tanah negara
melalui permohonan pemberian hak atas tanah kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia. Perolehan hak atas tanah ini dengan penetapan pemerintah.

3. Penegasan Konversi

Seseorang atau badan hukum memperoleh hak atas tanah melalui perubahan hak atas tanah
(konversi) dari status hak atas tanah menurut hukum yang lama sebelum berlakunya UUPA
menjadi hak atas tanah menurut UUPA.

4. Beralihnya Hak Atas Tanah

Seseorang atau badan hukum memperoleh hak atas tanah melalui pewarisan dari pewaris.

5. Pemindahan Hak Atas Tanah

Seseorang atau badan hukum memperoleh hak atas tanah melalui pemindahan hak atas tanah
dengan cara jual beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan dalam modal perusahaan, atau
lelang.

6. Perjanjian Penggunaan Tanah

Seseorang atau badan hukum memperoleh hak atas tanah Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai melalui perjanjian penggunaan tanah dengan pemegang Hak Pengelolaan. Perolehan
Hak Guna Bangunan atau hak pakai dengan penetapan pemerintah oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota.

7. Perubahan Hak
Perubahan hak dapat berupa peningkatan hak atas tanah, atau penurunan hak atas tanah.
Peningkatan hak atas tanah adalah perubahan status hak atas tanah dari Hak Guna Bangunan
menjadi Hak Milik. Penurunan hak atas tanah adalah perubahan status hak atas tanah dari hak
milik menjadi hak guna bangunan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perolehan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah melalui pemindahan
hakatas tanah atau dengan cara penyerahan atau pelepasan ha katas tanah dengan pemberian
ganti kerugian kepada yang berhak. Pengertian menguasai disini adalah di dalam hal
pengaturannya saja bukan memiliki sebagaimana dilihat dalam negara-negara komunis. Hak
menguasai dari negara adalah pemberian wewenang dari seluruh bangsa Indonesia.Dan
tujuan perolehan tanah adalah memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar,
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan
dan menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk pemerintah,
agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

Anda mungkin juga menyukai