Anda di halaman 1dari 42

PENDAFTARAN

TANAH
Zul Fadli, S.H., M.Kn.
Ig: lingkar.kenotariatan

Zul Fadli, S.H., M.Kn.


Zoom Meeting, Sabtu, 24 Juli 2021
DASAR HUKUM

 Pasal 19 UU PA
 PP 24/1997 Juncto PP 18/2021
 PMNA 3/1997 sebagaimana terakhir kali
diubah dengan Permen ATR/KBPN No.
16/2021
Peraturan Menteri Pendaftaran Tanah

1. PMNA/KBPN No. 3/1997 tentang Ketentuan


Pelaksanaan PP No. 24/1997;
2. Perkaban No. 8/2012 tentang Perubahan
PMNA/KBPN No. 3/1997;
3. Permen ATR/KBPN No. 7/2019 tentang
Perubahan Ke-2 PMNA/KBPN No. 3/1997 (Pasal
163A, Pasal 178A dan Pasal 192A dicabut
Permen ATR/KBPN No. 1/2021 tentang Sertipikat
Elektronik); dan
4. Permen ATR/KBPN No. 16/2021 tentang
Perubahan Ke-3 PMNA/KBPN No. 3/1997.
PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak
milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya (Pasal 1 angka 9 PP No.
18/2021).
PASAL 19 UU PA

 Untuk menjamin kepastian hukum oleh


Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
 Pendaftaran tersebut meliputi:
a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan
hak-hak tersebut;
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
TUJUAN PENDAFTARAN TANAH
1. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang
tanah,satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan;
2. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah
dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah
terdaftar;
3. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan
(Pasal 3 PP 24/1997)
ASAS PENDAFTARAN TANAH
1. Asas sederhana: ketentuan pokok dan prosedurnya mudah dipahami.
2. Asas aman: pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat
sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan
pendaftaran tanah.
3. Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan
golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang
memerlukan.
4. Asas mutakhir: Kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan
kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang terserdia harus
menunjukan keadaan mutakhir, oleh karena itu bila terjadi perubahan data
wajib didaftar. Asas ini menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara
terus menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor
Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan.
5. Asas terbuka: data yang tersedia harus terbuka untuk umum (Pasal 2 PP
24/1997).
SISTEM PENDAFTARAN TANAH

1. Sistem pendaftaran akta (registration of


deeds). Yang didaftarkan adalah aktanya. Akta
yang menciptakan hak baru maupun akta yang
membuktikan peralihan/pembebanan hak.
2. Sistem pendaftaran hak (registration of titles).
Yang didaftarkan adalah haknya. Hak yang
diciptakan dan perubahan-perubahannya di
kemudian hari. Akta menjadi sumber datanya.
 Yang dianut oleh indonesia adalah sistem
pendaftaran hak.
SISTEM PUBLIKASI
1. Sistem publikasi yang negatif
2. Sistem publikasi yang positif
 Indonesia menganut sistem publikasi negatif yang
mengandung atau bertendensi positif.
 Pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya
diperintahkan oleh UUPA tidak menggunakan sistem
prublikasi positif, yang kebenaran data yang disajikan
dijamin oleh Negara, melainkan menggunakan sistem
publikasi negatif.
 Di dalam sistem publikasi negatif Negara tidak menjamin
kebenaran data yang disajikan. Tetapi walupun demikian
tidaklah dimaksudkan untuk menggunakan sistem
publikasi Negatif secara murni.
PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH

A. Pendaftaran tanah untuk pertama kali (originair), meliputi:


1. pengumpulan dan pengolahan data fisik;
2. pembuktian hak dan pembukuannya;
3. penerbitan sertifikat;
4. penyajian data fisik dan data yuridis;
5. penyimpanan daftar umum dan dokumen.

B. Kegiatan pemeliharaan data (derivatif) pendaftaran tanah,


meliputi:
1. pendaftaran peralihan dan pembebanan hak;
2. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.
(Pasal 12 PP 24/1997)
CARA PENDAFTARAN TANAH
UNTUK PERTAMA KALI
1. Pendaftaran tanah secara sistematik:
Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali yang dilakukan
secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran
tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian
wilayah suatu desa/kelurahan, pelaksanaanya dilakukan
oleh ketua Panitia Ajudikasi.
2. Pendaftaran tanah secara sporadik:
Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali mengenai satu
atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
masal.
DURASI DAN TUJUAN
PENGUMUMAN
 Pengumuman hasil pengumpulan data fisik dan data
yuridis:
a. dalam Pendaftaran Tanah secara sistematik
dilakukan selama 14 (empat belas) hari kalender;
b. dalam Pendaftaran Tanah secara sporadik selama
30 (tiga puluh) hari kalender.
 Pengumuman dilakukan di website kementerian
ATR/BPN (Pasal 88 PP No. 18/2021).
 Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada
pihak-pihak lain menyampaikan sanggahan.
OBJEK PENDAFTARAN TANAH

1. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak


milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan
hak pakai;
2. tanah hak pengelolaan;
3. tanah wakaf;
4. hak milik atas satuan rumah susun;
5. hak tanggungan;
6. tanah Negara.
(Pasal 9 ayat (1) PP No. 24/1997)
PEMBUKTIAN HAK BARU
1. Hak atas tanah baru dibuktikan dengan:
A. penetapan pemberian hak dari Pajabat yang berwenang
memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang
berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah Negara
atau tanah hak pengelolaan;
B. asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh
pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan
apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah
hak milik;
2. hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak
pengelolaan oleh Pejabat yang berwenang;
3. tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf;
4. hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan;
5. pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak
tanggungan.
(Pasal 23 PP 24/1997)
PEMBUKTIAN HAK LAMA

Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah


yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan
dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut
berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau
pernyataan yang bersangkutan yang kadar
kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam
pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh
Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah
secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar
hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang
membebaninya (Pasal 24 PP No. 24/1997).
PEMBUKTIAN HAK LAMA (2)
Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat
pembuktian, pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan
kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan
selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut
oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya,
dengan syarat:
1. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan
secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak
atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat
dipercaya;
2. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama
pengumuman tidak dipermasalahkan oleh masyarakat
hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan
ataupun pihak lainnya.
KONVERSI MENJADI HAK MILIK

Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana


atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam pasal 20 ayat
(1) seperti yang disebut dengan nama sebagai di bawah, yang
ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini, yaitu : hak
agrarisch eigendom, milik, yasan, andarbeni, hak atas druwe,
hak atas druwe desa, pesini, grand Sultan, landerinjbezitrecht,
altijddurende erfpacht, hak usaha atas bekas tanah partikelir
dan hak-hak lain dengan nama apapun juga yang akan
ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria, sejak mulai
berlakunya Undang-undang ini menjadi hak milik tersebut
dalam pasal 20 ayat (1), kecuali jika yang mempunyainya
tidak memenuhi syarat sebagai yang tersebut dalam pasal 21
(Pasal II ayat (1) Ketentuan-Ketentuan Konversi UUPA).
PENEGASAN KONVERSI DAN
PENGAKUAN HAK
 Penegasan konversi dilakukan untuk tanah-tanah asal
konversi yang pendaftarannya menggunakan alat bukti
tertulis yang lengkap atau alat bukti tertulisnya tidak
lengkap tetapi ada keterangan saksi maupun
pernyataan yang bersangkutan dan tanahnya dikuasai
oleh pemohon atau oleh orang lain berdasarkan
persetujuan pemohon.
 Pengakuan hak dilakukan untuk tanah-tanah yang alat
bukti kepemilikannya tidak ada, tetapi telah dibuktikan
kenyataan penguasaan fisiknya selama 20 tahun.
 Pasal 24 PP 24/1997 jo Pasal 76 dan 88 PMNA 3/1997.
PERKEMBANGAN
PEMBUKTIAN HAK LAMA
 Alat bukti tertulis Tanah bekas hak barat dinyatakan tidak berlaku dan
statusnya menjadi Tanah yang Dikuasai Langsung oleh Negara.
 Pendaftaran Tanah bekas hak barat mendasarkan pada surat
pernyataan penguasaan fisik yang diketahui 2 (dua) orang saksi dan
bertanggung jawab secara perdata dan pidana, yang menguraikan:
a. Tanah tersebut adalah benar milik yang bersangkutan bukan milik
orang lain dan statusnya adalah Tanah yang Dikuasai Langsung oleh
Negara bukan Tanah bekas milik adat;
b. Tanah secara fisik dikuasai;
c. penguasaan tersebut dilakukan dengan iktikad baik dan secara
terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas Tanah;
dan
d. penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh pihak lain.
(Pasal 95 PP 18/2021)
PERKEMBANGAN PEMBUKTIAN
HAK LAMA (2)
 Alat bukti tertulis Tanah bekas milik adat yang
dimiliki oleh perorangan wajib didaftarkan dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak
berlakunya PP No. 18/2021, tanggal 2-2-2021.
 Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berakhir maka alat bukti tertulis
Tanah bekas milik adat dinyatakan tidak berlaku
dan tidak dapat digunakan sebagai alat
pembuktian Hak Atas Tanah dan hanya sebagai
petunjuk dalam rangka Pendaftaran Tanah.
PERKEMBANGAN PEMBUKTIAN
HAK LAMA (3)
 Alat bukti tertulis tanah bekas milik adat yang
dimiliki oleh perseorangan berupa Petuk Pajak
Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir, Verponding
Indonesia dan alat bukti bekas hak milik adat
lainnya dengan nama atau istilah lain dinyatakan
tidak berlaku setelah 5 (lima) tahun sejak
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021
tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah berlaku
(Pasal 76A ayat (1) Permen ATR/KBPN No.
16/2021).
PERKEMBANGAN PEMBUKTIAN
HAK LAMA (4)
 Dalam hal jangka waktu 5 tahun tersebut berakhir
maka:
1. alat bukti tertulis tanah bekas milik adat tidak
dapat digunakan sebagai alat pembuktian Hak
Atas Tanah dan hanya sebagai petunjuk dalam
rangka pendaftaran tanah; dan
2. status tanah tetap tanah bekas milik adat.
 Pendaftaran tanah tersebut dilakukan dengan
mekanisme pengakuan hak.
PERMOHONAN PENGAKUAN HAK

 Permohonan pengakuan hak dilengkapi dengan surat pernyataan


penguasaan fisik dari pemohon dan bertanggung jawab secara perdata dan
pidana yang menyatakan bahwa:
1. tanah tersebut adalah benar milik yang bersangkutan bukan milik orang lain
dan statusnya merupakan tanah bekas milik adat bukan Tanah Negara;
2. tanah tersebut telah dikuasai secara fisik selama 20 (dua puluh) tahun atau
lebih secara berturut-turut;
3. penguasaan tanah dilakukan dengan iktikad baik dan secara terbuka oleh
yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah;
4. tidak terdapat keberatan dari pihak lain atas tanah yang dimiliki dan/atau
tidak dalam keadaan sengketa;
5. tidak terdapat keberatan dari pihak Kreditur dalam hal tanah dijadikan
jaminan sesuatu utang; dan
6. bukan merupakan aset Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau Badan Usaha
Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dan tidak berada dalam Kawasan
Hutan (Pasal 76A ayat (4) Permen ATR/KBPN 16/2021).
SUKET

 Surat keterangan tanah, surat keterangan


ganti rugi, surat keterangan desa, dan
lainnya yang sejenis yang dimaksudkan
sebagai keterangan atas penguasaan dan
pemilikan Tanah yang dikeluarkan oleh
kepala desa/lurah camat hanya dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam rangka
Pendaftaran Tanah (Pasal 97 PP No.
18/2021).
PTSL
 Permen ATR/KBPN No. 6/2018
 Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang
selanjutnya disingkat PTSL adalah kegiatan
Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak bagi semua objek
Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau
nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang
meliputi pengumpulan data fisik dan data yuridis
mengenai satu atau beberapa objek Pendaftaran
Tanah untuk keperluan pendaftarannya (Pasal 1
angka 2 Permen ATR/KBPN No. 6/2018).
Panitia Ajudikasi dan Satgas

 Panitia Ajudikasi PTSL adalah satuan organisasi


yang dibentuk oleh Kepala Kantor Pertanahan
untuk melaksanakan pendaftaran tanah
sistematis lengkap.
 Satuan Tugas yang selanjutnya disebut satgas
adalah unit organisasi yang membantu
pelaksanaan kegiatan Panitia Ajudikasi PTSL.
TAHAPAN PELAKSANAAN PTSL
1. perencanaan;
2. penetapan lokasi;
3. persiapan;
4. pembentukan dan penetapan panitia ajudikasi PTSL dan satuan
tugas;
5. penyuluhan;
6. pengumpulan data fisik dan pengumpulan data yuridis;
7. penelitian data yuridis untuk pembuktian hak;
8. pengumuman data fisik dan data yuridis serta pengesahannya;
9. penegasan konversi, pengakuan hak dan pemberian hak;
10. pembukuan hak;
11. penerbitan sertipikat hak atas tanah;
12. pendokumentasian dan penyerahan hasil kegiatan; dan
13. pelaporan.
PEMELIHARAAN DATA
PENDAFTARAN TANAH
DATA YURIDIS
1. Pemeliharaan karena jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan
dalam perusahaan, dan perbuatan pemindahan hak lainnya;
2. Peralihan karena pewarisan;
3. Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan koperasi/PT;
4. Pembebabanan HT;
5. Peralihan HT;
6. Hapusnya hak atas tanah, HPL, HMRS, HT;
7. Pembagian hak bersama;
8. Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan atau
penetapan pengadilan;
9. Perubahan nama akibat pemegang hak ganti nama;
10. Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah.
PEMELIHARAAN DATA
PENDAFTARAN TANAH

DATA FISIK
1. Pemecahan bidang tanah;
2. Pemisahan sebagian atau beberapa bagian dari
bidang tanah;
3. Penggabungan dua atau lebih bidang tanah.
DATA FISIK DAN YURIDIS

 Data fisik adalah keterangan mengenai letak,


batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah
susun yang didaftar, termasuk keterangan
mengenai adanya bangunan atau bagian
bangunan di atasnya.
 Data yuridis adalah keterangan mengenai status
hukum bidang tanah dan satuan rumah susun
yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak
lain serta beban-beban lain yang
membebaninya.
SERTIFIKAT SEBAGAI
TANDA BUKTI HAK
 Sertifikat adalah surat tanda bukti hak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-
masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang
bersangkutan.
 Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar
yang memuat data yuridis dan data fisik suatu
obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
PEMBUKTIAN YANG KUAT
 Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat
di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang
bersangkutan.
 Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara
sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak
lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi
menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun
sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara
tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang
bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan
mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.
 Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2), Pasal 32 ayat (2) dan Pasal
38 ayat (2) UUPA.
PEMBUKTIAN YANG KUAT (2)
 Selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data
yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat harus diterima
sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-
hari maupun dalam sengketa di Pengadilan, sepanjang data
tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur
dan buku tanah yang bersangkutan, dan bahwa orang tidak dapat
menuntut tanah yang sudah bersertipikat atas nama orang atau
badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak
dikeluarkannya sertipikat itu dia tidak mengajukan gugatan pada
Pengadilan, sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau
badan hukum lain tersebut dengan itikad baik dan secara fisik
nyata dikuasai olehnya atau oleh orang lain atau badan hukum
yang mendapat persetujuannya.
 Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan, menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya.
PEMBUKTIAN YANG KUAT (3)

 Selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya


data fisik dan data yuridis yang tercantum di
dalamnya harus diterima sebagai data yang
benar. Sudah barang tentu data fisik maupun
data yuridis yang tercantum dalam sertipikat
harus sesuai dengan data yang tercantum
dalam buku tanah dan surat ukur yang
bersangkutan, karena data itu diambil dari
buku tanah dan surat ukur tersebut.
PEMBUKTIAN YANG KUAT (4)
 Kelemahan sistem publikasi negatif adalah pihak yang namanya
tercantum sebagai pemegang hak dalam buku tanah dan
sertipikat selalu menghadapi kemungkinan gugatan dari pihak
lain yang merasa mempunyai tanah itu.
 Dalam hukum adat terdapat lembaga yang dapat digunakan
untuk mengatasi kelemahan sistem publikasi negatif dalam
pendaftaran tanah, yaitu lembaga rechtsverwerking.
 Dalam hukum adat jika seseorang selama sekian waktu
membiarkan tanahnya tidak dikerjakan, kemudian tanah itu
dikerjakan orang lain yang memperolehnya dengan itikat baik,
maka hilanglah haknya untuk menuntut kembali tanah tersebut.
 Ketentuan di dalam UUPA yang menyatakan hapusnya hak atas
tanah karena diterlantarkan (Pasal 27, 34 dan 40 UUPA) adalah
sesuai dengan lembaga ini (rechtsverwerking).
SERTIPIKAT ELEKTRONIK

 Permen ATR/KBPN No. 1 Tahun 2021


 Sertipikat elektronik yang selanjutnya disebut
Sertipikat-el adalah Sertipikat yang
diterbitkan melalui Sistem Elektronik dalam
bentuk Dokumen Elektronik (Pasal 1 angka 8
Permen ATR/KBPN No. 1/2021).
PENDAFTARAN TANAH
SECARA ELEKTRONIK
 Pelaksanaan pendaftaran tanah dapat dilakukan
secara elektronik.
 Pelaksanaan pendaftaran tanah secara
elektronik meliputi:
a. pendaftaran tanah untuk pertama kali; dan
b. pemeliharaan data pendaftaran tanah.
 Pendaftaran tanah tesebut diselenggarakan
melalui Sistem Elektronik.
SISTEM ELEKTRONIK

 Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat


dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,
menganalisa, menyimpan, menampilkan,
mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan informasi elektronik.
 Penyelenggaraan Sistem Elektronik
dilaksanakan secara andal, aman, dan
bertanggung jawab terhadap beroperasinya
Sistem Elektronik.
PENYELENGGARAAN SISTEM
ELEKTRONIK UNTUK
PENDAFTARAN TANAH
1. pengumpulan data;
2. pengolahan data; dan
3. penyajian data.
 Hasil penyelenggaraan Sistem Elektronik
berbentuk Dokumen Elektronik, berupa:
a. Dokumen Elektronik yang diterbitkan melalui
Sistem Elektronik; dan/atau
b. dokumen yang dilakukan alih media menjadi
Dokumen Elektronik.
DOKUMEN ELEKTRONIK

Dokumen Elektronik adalah setiap informasi


elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,
yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar
melalui komputer atau Sistem Elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, kode akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
TANDA TANGAN ELEKTRONIK

 Dokumen Elektronik yang diterbitkan melalui


Sistem Elektronik disahkan menggunakan
Tanda Tangan Elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan
yang terdiri atas Informasi Elektronik yang
dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Informasi Elektronik lainnya yang digunakan
sebagai alat verifikasi dan autentikasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai