Anda di halaman 1dari 4

Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Didalam ajudikasi digunakan pola pendaftaran tanah sistematis yaitu secara masal dengan
melakukan pola pemetaan dan penginventarisasian keseluruhan tanah yang ditentukan oleh
pemerintah. Semua bidang tanah diukur dan diinventarisasikan kepemilikannya baik tanah
bermasalah maupun tanah tanpa terkecuali dalam satu desa atau kelurahan. Ada beberapa tugas
penyelenggaraan pendaftaran tanah yang secara khusus dilakukan sesuai undang-undang untuk
pejabat lain selain Kepala Kantor Pertanahan. Bab III pokok-pokok penyelenggaraan
pendaftarana tanah jelaskan dalam pasal 6 ayat 1 yaitu dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah sebagai mana yang dimaksud dalam Pasal 5, tugas penyelenggaraan
pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan lain yang
oleh peraturan pemerintah dan undangundang lainnya dapat ditugaskan kepada pejabat lain.
Maksud dari pasal diatas bahwa dalam melaksanakan proses pendaftaran tanah yang secara
sistematis diperlukanlah satu anggota selain pejabat pertanahan, dalam hal ini panitia ajudikasi
yang dibantu oleh pemerintah daerah desa/kelurahan yang bersangkutan, agar kiranya proses
pendaftaran sejak awal sampai dikeluarkannya bukti kepemilikan bisa lebih baik dan benar, serta
berjalan dengan lancar.
Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di
wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri. Adapun manfaat pendaftaran tanah secara
sistematik bagi pemilik hak atas tanah yaitu : prosedurnya mudah (Panitia datang ke lokasi),
biaya murah, waktu cepat (Pengumuman 30 hari), memberikan kepastian hukum, memberikan
rasa aman, harga tanah lebih mahal, dapat dijadikan jaminan hutang, memudahkan peralihan hak,
penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak keliru.sedangkan manfaatnya bagi Pemerintah
antara lain : terwujudnya tertib administrasi pertanahan, dapat mengurangi sengketa dibidang
pertanahan, memperlancar kegiatan pemerintahan (jika perlu tanah, sudah ada datanya).
Pendaftaran tanah secara sistematis memiliki dua dasar hukum yang digunakan dalam
penerapannya, yaitu : Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Pasal 1 angka 10, Pasal 8, 13-31 dan Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun
1997 (Pelaksana Peraturan Pemerintah 24/1997) Pasal 46-72. Adapun untuk memberikan
kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah, akan diberikan penegasan atas sejauh
mana kekuatan pembuktian sertifikat yang dijadikan pegangan pembuktian akan hak tanah.
Diberikan ketentuan bahwa selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis
yang tercantum dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan
hukum sehari-hari maupun dalam sengketa dipengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan
apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
Pemerintah mengadakan pendaftaran tanah secara sistematis di kota Palu, dalam bentuk sebuah
proyek yang dikenal dengan prona, dimana pada prona ini pemerintah memberikan kemudahan
dalam mendaftarkan tanah bagi rakyat dengan ekonomi menengah kebawah, dibandingkan
dengan pendaftaran tanah secara sporadik, pendaftaran tanah secara sistematis melalui program
seperti ini sangat membantu masyarakat kecil dalam mendaftarkan tanah mereka sebab segala
beban biaya ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah , dimana anggaran yang digunakan dalam
program tersebut berasal dari APBN dan pinjaman dana dari World Bank.
Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
Pendaftaran Tanah secara Sporadik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah merupakan pendaftaran hak atas tanah yang dilakukan oleh pemilik
tanah untuk pertama kali. Pendaftaran tanah secara sporadik sangat baik dilakukan bagi tanah
yang belum pernah didaftarkan agar supaya administrasi terhadap tanah yang ada di Indonesia
ini menjadi lebih teratur lagi. Pendaftaran tanah secara sporadik dilakukan menurut ketentuan
dan prosedur yang ada dalam peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran
tanah. Pendaftaran tanah secara sporadik ini ditujukan untuk memberikan kepastian hak dan
perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah dengan pembuktian sertifikat tanah, sebagai
instrument pengendali dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah.
Prosedur pendaftaran tanah secara sporadik menurut Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997
adalah :
a. Pendaftaran tanah secara sporadik dilakukan atas permintaan pihak yang berkepentingan.
Yang dimaksud dengan pihak berkepentingan adalah pihak yang berhak atas bidang
tanah yang bersangkutan atas kuasanya.
b. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran.
Untuk keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran, Badan Pertanahan Nasional
menyelenggarakan pemasangan, pengukuran, pemetaan, dan pemeliharaan titik-titik
dasar teknik nasional di setiap Kabupaten/Kota.
c. Penetapan Batas Bidang-bidang tanah.
Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah, bidangbidang
tanah yang akan dipetakan akan diukur, setelah ditetapkan letaknya, batasbatasnya dan
menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas disetiap sudut bidang tanah yang
bersangkutan.
d. Pengukuran dan Pemetaan Bidang-bidang tanah dan Pembuatan Peta Pendaftaran.
Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya diukur dan selanjutnya
dipetakan dalam peta dasar pendaftaran.
e. Pembuatan Daftar Tanah Bidang atau bidang tanah yang sudah dipetakan atau
dibubuhkan nomor pendaftarannya pada peta pendaftaran dibukukan dalam daftar tanah.
f. Pembuatan Surat Ukur.
Bagi bidang-bidang tanah yang sudah diukur serta dipetakan dalam peta pendaftaran,
dibuatkan surat untuk keperluan pendaftaran haknya.
g. Pembuktian Hak Baru. Untuk keperluan pendaftaran hak :
1. Hak atas tanah baru dibuktikan dengan:
- Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang
bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal
dari tanah Negara atau tanah hak pengelolaan.
- Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang Hak Milik
kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai atas tanah Hak Milik.
2. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian Hak Pengelolaan oleh
pejabat yang berwenang.
3. Tanah wakaf dibuktikan dengan Akta Ikrar Wakaf.
4. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun dibuktikan dengan akta pemisahan.
5. Pemberian Hak Tanggungan dibuktikan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan.
h. Pembuktian Hak Lama.
Untuk keperluan pendaftaran hak, ha katas tanah yang berasal dari konversi hak, hakhak
lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti
tertulis, keterangan saksi dan/atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar
kebenarannya oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat dianggap cukup
untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.
i. Pengumuman Hasil Penelitian Data Yuridis dan Hasil Pengukuran.
Hasil pengumpulan dan penelitian data yuridis beserta peta bidan atau bidangbidang
tanah yang bersangkutan sebagai hasil pengukuran diumumkan selama 60 (enam puluh)
hari untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan mengajukan
keberatan.
j. Pengesahan Hasil Pengumuman Penelitian Data Fisik dan Data Yuridis Setelah jangka
waktu pengumuman berakhir, data fisik dan data yuridis yang diumumkan tersebut oleh
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat disahkan dengan suatu berita acara.
k. Pembukuan Hak Hak atas tanah, Hak Pengolaan, tanah wakaf, dan Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun didaftar dengan membukukannyadalam buku tanah yang memuat
data yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan, dan sepanjang ada surat
ukurnya dicatat pula pada surat ukur tersebut.
l. Penerbitan Sertifikat Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang
bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku
tanah.

Sistem Publikasi Dalam Pendaftaran Tanah Indonesia Menurut Peraturan Pemerintah


Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 32
Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah yang berkaitan dengan perlindungan dan kepastian hukum pemegang sertifikat hak atas
tanah, dilihat dari Teori Perlindungan hukum dan Teori Kepastian hukum
a. Sertifikat sebagai tanda bukti hak dan Sifat pembuktian sertifikat sebagai tanda bukti hak
Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997,merupakan perlindungan
hukum bagi pemegang sertifikat hak atas tanah, untuk tidak dapat digugat lagi , jika
selama 5 (lima) tahun sejak diterbitkan nya sertifikat hak atas tanah tersebut, maka pihak
yang merasa memiliki sebidang tanah tersebut tidak dapat menggugat lagi, tetapi sistem
publisitas kita menganut sistem negatif , maka Pasal 32 ayat (2) tersebut dapat diabaikan,
hal ini diperkuat Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang undang Pokok Agraria, berbunyi
pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat
yang telah di uraikan diatas.
b. Sistem publikasi pendaftaran tanah menganut sistem publikasi negatif bertendensi positif
Kembali ke pembahasan sistem publisitas negatif bertendensi positif jika melihat unsur
dari teori perlindungan hukum, pemegang hak atas tanah secara bentuk produk hukum
yang diterima nya, sebagai konswekuensi mendaftarkan tanah nya adalah surat bukti hak
berupa sertifikat, sertifikat ini merupakan ciri sistem pendaftaran hak dalam sistem
publisitas Positif, .tetapi secara substansial dari sertifikat tersebut mengandung sistem
publisitas negatif, dimana data yuridis dan data fisik yang tercantum didalam nya tidak
dijamin kebenarannya oleh Negara. Sehingga terhadap keabsahan sertifikat karena setiap
waktu mungkin dapat digugat dan dibatalkan. Bisa dikatakan unsur hukum melindungi
kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk
bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut tidak terpenuhi,perlindungan hukum
pemegang bukti surat Sertifikat tersebut menjadi tidak ada, karena substansi dari
sertifikat tersebut, baik data yuridis dan data fisik nya tidak dijamin oleh Negara, hal ini
membuat pemegang sertifikat tidak mempunyai kekuasaan dan keleluasaan hak yang
diberikan untuk melakukan suatu kehendak atau perbuatan hukum atas tanah yang dia
kuasai.

Anda mungkin juga menyukai