Anda di halaman 1dari 8

PEMELIHARAAN DATA PERTANAHAN

Moh. Agil Ahsan Al Azizi

Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari ah,

Institut Agama Islam Negeri Kediri (IAIN) Kediri

Email: bejotemen483@gmail.com

ABSTRACK

PENDAHULUAN

Tanah adalah sumber daya agraria yang menjadi pemegang penting dalam kehidupan
manusia dan eksistensinya. Maka dari itu, pemanfaatan tanah harus dapat diusahakan agar dapat
memberi manfaat yang baik untuk kemakmuran dan kesejahteraan di daerah setempat. Demikian
juga untuk masyarakat Indonesia, tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan juga
kekayaan Negara Indonesia, sehingga merupakan kewajiban kita semua menjaga dan
mengupayakan agar dapat memberikan manfaat yang besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan
pemiliknya, masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.

Hak atas tanah adalah hak yang diberikan wewenang agar dapat menggunakan tanah yang
bersangkutan demikian juga pada tubuh bumi dan air serta ruang yang berada di atasnya yang
diperlukan untuk kepentingan yang memiliki hubungan dengan penggunaan tanah tersebut dalam
batas-batas yang mana menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960
tentang dasar-dasar pokok dari agraria dan hukum lain yang terdapat peraturan-peraturan yang
lebih tinggi.

Berdasarkan pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria, Hak-hak atas tanah telah menggambarkan hak
seseorang terhadap kepemilikan. 1

1 J.B Daliyo dan kawan-kawan, Hukum Agraria l, Prehalindo, Jakarta,2001, hlm. 80.
Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria tentang Pendaftaran Tanah di
Indonesia, pada Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria berbunyi sebagai berikut:

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah dilakukan pendaftaran tanah


diseluruh Negara Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
peraturan pemerintah.
2. Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi:
a. Pendaftaran hak-hak atas tanh dan peralihan hak-hak
b. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat.
3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat

keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraanya, menurut

menteri Agama.

4. Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran


tersebut ayat 2 diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan
dari pembayaran biaya-biaya tersebut.

Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian dari kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
secara terus menerus dan teratur, meliputi data yang mengenai tanah-tanah tertentu atau
mengumpulkan keterangan di dalam daerah-daerah tertentu, penyimpanan, pengelolahan, dan
penyajiannya untuk kepetingan masyarakat, dalam upaya memberikan jaminan kepastian hukum
didalam bidang pertanahan, termasuk dari pemeliharaan dan penerbitan tanda buktinya. 2

Pengertian kegiatan pemeliharaan data pertanahan tanah terdapat dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 12 yang telah disebutkan mengenai pemeliharaan
data pertanahan tanah merupakan bentuk kegiatan dari pendaftaran tanah yang berfungsi untuk
menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat
ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi selanjutnya.

2Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan
Pelaksanaannya, Jilid 1, Edisi Revisi, Cetakan Kesebelas, (Jakarta: Djambatan, 2007), hlm.72.
Bentuk dari rangkaian kegiatan pendaftaran tanah adalah pemeliharaan data fisik dan data
yuridis yang juga dilakukan dalam bentuk peta dan daftar yang berisi data fisik dan data yuridis
dari bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun. Data yang dikumpulkan pada dasarnya
meliputi dua data, yaitu:

a. Data Yuridis adalah bentuk keterangan yang memuat status hukum pada bidang tanah
dan juga memuat haknya yang ada pada tanah tersebut, subjek pemegang hak ada atau
tidaknya pihak lain juga suatu keterangan yang memuat status hukum bidang tanah dan
satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan pihak lain serta terdapat beban
lain yang membebaninya.
b. Data fisik adalah suatu keterangan yang memuat status hukum bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar, pemengang haknya dan terdapat beban lain yang
membebaninnya. Contoh dari data fisik berupa pemecahan bidang tanah, pemisahan
sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanah, atau penggabungan dua atau lebih
bidang tanah. Data fisik juga bisa diartikan mengenai tanah meliputi lokasi, batas-batas,
luas da nada tidaknya bangunan dan tanaman yang ada diatas tanah tersebut. 3

Manfaat dari adanya hak atas tanah yang melekat pada seseorang dapat memberikan
wewenang kepada pemegang hak untuk melakukan perbuatan hukum atas tanah yang seperti
jual beli, hibah atau perbuatan hukum lainnya. Peralihan hak dapat dilakukan oleh pemegang
hak melalui pembuatan aktaotentik tertentu oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat yang memiliki wewenang dalam pembuatan
Akta Otentik terkait perbuatan hukum terhadap hak tanah maupun kepemilikan satuan rumah
susun.4 Berdasarkan Pasal 97 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang KetentuanPelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentangPendaftaran Tanah, menyatakan bahwa sebelum
melaksanakan pembuatanakta mengenai pemindahan atau pembebanan hak atas tanah atau
Hak MilikAtas Satuan Rumah Susun. Pejabat Pembuat akta Tanah wajib terlebih dahulu
melakukanpemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian Sertipikat hak atas

3Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah
4Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan PemerintahPemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta tanah.
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutandengan daftar-daftar yang
ada di Kantor Pertanahan setempat denganmemperlihatkan Sertipikat asli. Kewajiban Pejabat
Pembuat Akta Tanah untuk melakukanpemeriksaan kesesuaian sertipikat agar sebelum
terjadi peralihan hakatastanah dapat diketahui apakah telah terjadi perubahan data
pendaftaran tanahpada tanah yang akan dialihkan haknya. Pemeriksaan kesesuaian ini
disebut dengan kegiatan pengecekan sertipikat yang dilakukan di Kantor Pertanahan. 5

Pengecekan Sertifikat adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui data Fisik dan
data yurisdis yang tersimpan dalam peta pendaftaran daftar tanah, surat ukur dan buku
tanah.6 Pengecekan Sertifikat hak atas tanah yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah bertujuan untuk menghindari beberapa hal kemungkinan yang dapat merugikan pihak
pembeli sehingga dapat memberikan perlindungan hukum, agar menghindari sengketa
pertanahandi kemudian hari, bagi Pejabat Pembuat Akta Tanah agar akta yang dibuat tidak
cacat hukum karena pengecekan Sertipikat dilakukan diawal sebelum pengesahan pembuatan
akta.

Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala BadanPertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2017 tentangLayanan Informasi Pertanahan secara
elekronik pasal 4 Pejabat pembuat akta tanah wajib melakukan layanan informasi pertanahan
berupapengecekan sertifikat hak atas tanah. Selain Pejabat Pembuat Akta Tanah, notaris juga
wajib melakukanPengecekan Sertipikat, dalam menjalankan kewajiban Notaris harus
memeriksa data Penghadap terlebih dahulu dan melakukan pengecekansertipikat supaya
memastikan sertifikat aman dan tidak dalamsangketaatas objek tanah.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam menyusun artikel ini dengan menggunakan Metode kuantitatif
yaitu sebuah metode penelitian yang di dalamnya menggunakan banyak angka. Mulai dari proses
pengumpulan data hingga penafsirannya. Sedangkan Metode penelitian adalah studi mendalam
dan penuh dengan kehati-hatian dari segala fakta. Dikutip dari buku Metodologi Penelitian

5 Nurudin, Urgensi Penetapan Limitasi Waktu Pemeriksaan Kesesuaian Sertipikat Hak Atas Tanah di Kantor
Pertanahan Sebelum Pembuatan Akta Oleh PPAT, Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum, 2016.
6 Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Kuantitatif Pendidikan Jasmani (2018) karya Untung Nugroho, penelitian kuantitatif adalah jenis
penelitian yang sistematis, terencana, dan terstruktur. Disini membuat penelitian secara
terstruktur dalam kegiatan pemeliharaan data perndaftaran yang mana terdapat penyesuaian data
fisik dan data yuridis dalam pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan
sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi selanjutnya.

PEMBAHASAN

A.Pengertian Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah suatu bentuk kegiatan pendaftaran tanah untuk
menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat
ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi selanjutnya.
Pemeliharan data pendaftaran tanah ini dilakukan jika menemukan adanya perubahan-perubahan
fisik atau data yuridis objek dari pendaftaran tanah yang sudah terdaftar dengan telah
mencatatkan di pendaftaran umum. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan
perubahan kepada Kantor Pertanahan (Pasal 1 PP No. 24 tahun 1997). Pemeliharaan data
pendaftran tanah menurut PP 1 tahun 1997 yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan, dan terstruktur yang terdiri dari
pengumpulan, pengelolahan, pembukuan, dan penyajian, serta pemeliharaan data-data yuridis,
dalam bentuk peta. Dalam daftar yang memuat bidang-bidang dari tanah dan satuan-satuan
rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang tanah yang telah punya
haknya dan hak milik dari satuan rumah susun, serta hak-hak lain yang berkaitan. 7

B.Pembuatan Akta PPAT

PPAT dalam menjalankan tugas dan jabatannya sebagai pejabat umum memiliki kewenangan
untuk membuat suatu akta otentik. Sebagaimana bunyi Pasal 1 ayat 4 PP 37 tahun 1998 yang
menentukan bahwa Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah
dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun. Kewenangan dari PPAT yaitu kewenangan atribusi disebabkan kewenangan
tersebut diberikan langsung oleh undang-undang dalam membuat akta otentik. 8 Dalam kegiatan
pendaftaran tanah yang terdiri dari pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyajian data
fisik dan data yuridis , juga terdapat penerbitan surat-surat tanda bukti hak bidang-bidang tanah
tertentu. Dari rangkaian kegiatan itu, yang diawali dari pendaftaran untuk pertama kali (initial
registration), dan juga terdapat pemeliharaan (maintenance)-nya kemudian, supaya data-data

7Samun Ismaya, Hukum administrasi pertanahan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 82.
8I Gusti Ayu Agung Devi Maharani, “Kewenangan Notaris Dalam Transaksi Jual Beli Tanah Dan Bangunan: Studi
Kasus Penahanan Sertipikat Hak Guna Bangunan,” Kertha Patrika 40, no. 2 (2018): 112–21,
https://doi.org/https://doi.org/10.24843/KP.2018.v40.i02.p05. h. 112-121.
yang tersimpan disajikan di Kantor Pertanahan Kabupaten dan Kota serta surat-surat tanda bukti
yang selalu cocok dengan keadaan yang terjadi sebenarnya. Dalam rangka pemeliharaan data
itulah letak dan tugas dari PPAT. Para PPAT ditugaskan membuat akta yang menjadi salah satu
data yuridis yang diperlukan dalam rangka memutakhirkan tata usaha pendaftaran tanah. 9

PPAT mempunyai tugas yang penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendaftaran
tanah yaitu membuat akta peralihan hak atas tanah. Tanpa bukti berupa akta PPAT, para Kepala
Kantor Pertanahan dilarang mendaftar perbuatan hukum yang bersangkutan.10 Akta-akta PPAT
bukan merupakan suatu beschikking (keputusan) yang bersifat sepihak, namun tetap merupakan
perbuatan hukum yang bersifat kontraktual, sehingga PPAT tidak dapat digugat melalui PTUN,
PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan
hukum tertentu, kewenangan PPAT untuk membuat akta otentik hanyalah sebatas pada hal-hal
mengenai benda-benda tetap atau benda-benda yang tidak dapat bergerak yang berupa: Hak Atas
Tanah, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

C.Pengecekan Sertifikat Untuk Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

Informasi yang tersaji pada buku tanah atau daftar umum lainnya harus sesuai dengan
kenyataan atau fakta hukum sebenarnya dan selalu mutakhir. Setiap fakta hukum yang terjadi
pada suatu bidang tanah harus segera atau langsung dicatat pada buku tanah sedapat mungkin
dicatat pada sertipikatnya untuk memenuhi asas publisitas pendaftaran tanah. Informasi mutakhir
yang harus tersaji antara lain peralihan hak, pelepasan hak, hapusnya hak, hapusnya pendaftaran
hak, pembebanan hak, roya, blokir, sengketa, dalam perkara di Pengadilan, sita jaminan, putusan
pengadilan, dan pemisahan, pemecahan, penggabungan bidang tanah. Informasi pada Buku
Tanah yang disimpan di Kantor Pertanahan harus sama dengan informasi pada sertipikat yang
dibawa oleh pemilik tanah. Pengecekan sertipikat bermaksud untuk mengetahui apakah
informasi pada sertipikat sama dengan informasi pada Buku Tanah, sekaligus apakah sertipikat
itu dibuat atau diterbitkan oleh Kantor Pertanahan. Dalam pengecekan sertifikat itu diatur dalam
Pasal 97 PMNA Ka BPN No. 3 Tahun 1997. Jika sudah dilakukan pengecekan terhadap sertifikat
akan terjadi perubahan dan pendaftaran tanah yang tercatat didalam buku tanah namum tidak
tercatat di sertipikat berupa: 1. Hapusnya ha katas tanah, 2. Adanya catatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 126 atau Pasal 127 yang belum dihapus atau hapus dengan sendirinya
karena waktunya sudah lewat, 3. Adanya perintah berupa peletakan sita oleh pengadilan.

9 Harsono, Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah, 1995: hlm. 447-483.


10 Harsono, Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah, 1995: hlm. 478
Maka Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan secara tertulis kepada pemohon pendaftaran
peralihan hak bahwa permohonannya pendaftarannya ditolak. 11

KESIMPULAN

Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah suatu bentuk kegiatan pendaftaran tanah untuk
menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat
ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi selanjutnya.
Pemeliharan data pendaftaran tanah ini dilakukan jika menemukan adanya perubahan-perubahan
Fisik atau data yuridis objek dari pendaftaran tanah yang sudah terdaftar dengan telah
mencatatkan di pendaftaran umum.

PPAT dalam menjalankan tugas dan jabatannya sebagai pejabat umum memiliki kewenangan
untuk membuat suatu akta otentik. Sebagaimana bunyi Pasal 1 ayat 4 PP 37 tahun 1998 yang
menentukan bahwa Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah
dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun. Kewenangan dari PPAT yaitu kewenangan atribusi disebabkan kewenangan
tersebut diberikan langsung oleh undang-undang dalam membuat akta otentik.

Informasi yang tersaji pada buku tanah atau daftar umum lainnya harus sesuai dengan
kenyataan atau fakta hukum sebenarnya dan selalu mutakhir. Setiap fakta hukum yang terjadi
pada suatu bidang tanah harus segera atau langsung dicatat pada buku tanah sedapat mungkin
dicatat pada sertipikatnya untuk memenuhi asas publisitas pendaftaran tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Boedi Harsono, Tugas dan Kedudukan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Hukum dan Pembangunan,
Edisi Desember 1995, Namor 6 Tahun XXV, hlm 477-483.

Paulus Effendi Lotulung, Pengertian Pejabat Tata Usaha Negara Dikaitkan Dengan Fungsi PPAT
Menurut PP No 10 Tahun 1961, Makalah, Surabaya 1 juni 1966.

Paulus Effendi Lotulung, Pengertian Pejabat Tata Usaha Negara Dikaitkan Dengan Fungsi PPAT
Menurut PP No 10 Tahun 1961, Makalah, Surabaya 1 juni 1966.

N.G. Yudara, Kedudukan Akta PPAT Sebagai Alat Bukti Tertulis Yang Otentik, Makalah,
Jakarta, 8 Juni 2001.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3696).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun tentang Peraturan Jabatan Pejabat
11Pasal 104 ayat 2 Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah.
Pembuat Akta Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3746).

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.

Anda mungkin juga menyukai