Anda di halaman 1dari 22

USULAN PENELITIAN

PENYELESAIAN SENGKETA KEPEMILIKAN


TANAH AKIBAT SERTIFIKAT GANDA PADA
KANTOR PENGADILAN NEGERI MAUMERE
(STUDI KASUS NOMOR 20/Pdt.G/2018/PN.Mme)

MARIA VIVI NELVINI


091190013

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan sumber bagi kelangsungan hidup manusia, bukan

sekedar tempat hidup saja tapi juga tempat berkembangnya manusia.

Keberadaan tanah bagi manusia sangat penting, oleh karena itu sering muncul

keinginan dari individu-individu untuk menguasai tanah dengan berbagai cara,

sehingga menyebabkan munculnya berbagai masalah pertanahan yang

menimbulkan perselisihan.

Berdasarkan alasan tersebut maka Pemerintah menyusun suatu peraturan

yang mengatur tentang pertanahan di Indonesia dengan menerbitkan Undang

– Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok

Agraria, untuk selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan UUPA. Keberadaan

UUPA dimaksudkan untuk memberikan dasar-dasar dalam rangka

memberikan jaminan kepastian hukum mengenai hak – hak atas tanah bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

penerima secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi

pengumpulan, pengelolaan, pembukaan dan pengkajian serta pemeliharaan

data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-

bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk surat bukti haknya

bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan

rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Dengan

diselenggarakannya pendaftaran tanah, maka pihak-pihak yang bersangkutan


dengan mudah dapat mengtahui status atau kedudukan hukum daripada tanah

tertentu yang dihadapinya, letak, luas dan batas-batasnya, siapa yang punnya

dan beban apa ada diatasnya.

Hukum Tanah Nasional yang ketentuan pokoknya ada di dalam Undang -

Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 merupakan dasar dan landasan

hukum untuk memiliki dan menguasai tanah oleh orang lain dan badan hukum

dalam rangka memenuhi keperluannya, untuk bisnis ataupun pembangunan.

Oleh karena itu keberadaan hak-hak perorangan atas tanah tersebut selalu

bersumber pada Hak Bangsa Indonesia atas tanah pasal 1 ayat (1) Undang-

undang Pokok Agraria, dan masing - masing hak penguasaan atas tanah dalam

Hukum Tanah Nasional tersebut meliputi, hak bangsa Indonesia atas tanah

pasal 1 ayat (1), dan hak menguasai Negara Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-

undang Pokok Agraria, serta hak-hak perorangan atas tanah yang terdiri dari

hak-hak atas tanah dan hak jaminan atas tanah.Sebagaimana disebutkan dalam

Pasal 19 ayat (1) yakni: “ Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah

diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan - ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah ”. Sesuai

dengan ketentuan tersebut, maka setiap tanah haruslah didaftarkan di kantor

pertanahan setempat. Dengan adanya pendaftaran tanah inilah seseorang dapat

dengan mudah memperoleh keterangan berkenaan dengan sebidang tanah,

seperti hak apa yang dipunyai, berapa luas lokasi tanah, apakah dibebani hak
tanggungan dan yang terpenting adalah tanah tersebut akan mendapatkan

sertifikat sebagai alat bukti hak.1

Dalam hukum pertanahan di Indonesia dikenal asas kenasionalan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa

: “seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan Tanah Air dari seluruh rakyat

Indonesia yang bersatu sebagai bangsa indonesia” dan Pasal 1 ayat (2) yang

berbunyi bahwa “

1. seluruh bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa

bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional”.

2. Bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkadung

di dalamnya itu pada tingkata tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai

organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak menguasai dari negara

memberi kewenangan bagi negara untuk:

1) mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan,

persediaan, dan pemeliharan bumi, air, dan ruang angkasa;

2) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dengan bumi, air dan, ruang angkasa; dan 2 Pasal 1

ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960

Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.2

1
e – Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi Ilmu Hukum,
Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022.
2
Jurnal Yuridis Vol 6 No. 1, Juni 2019 : 147 - 173
Ketentuan yang mengatur lebih lanjut tentang perdaftaran tanah tertuang

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah yang merupakan peraturan pangganti Peraturan Pemerintah Nomor 10

Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, Ketentuan Pelaksana lebih lanjut

diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, selanjutnya

disebut PMNA/KBPN 3/1997.

Diadakannya pendaftaran tanah akan membawa akibat hukum yaitu

diberikannya surat tanda bukti kepemilikan hak atas tanah oleh pemerintah

yang disebut sertipikat. Sertipikat ini merupakan alat bukti yang kuat yang di

dalamnya memuat data fisik dan data yuridis atas tanah sepanjang data yuridis

dan data fisik tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku

tanah hak yang bersangkutan dan tidak adanya gugatan dari pihak lain yang

merasa mempunyai hak atas tanah tersebut dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

sejak diterbitkannya sertipikat sebagaimana tertuang dalam Pasal 32 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyatakan Bahwa”

Dalam hal suatu bidang tanah yang sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas

nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad

baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa

mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak

tersebut apabila dalam waktu 5 (Lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu

telah tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat


dan kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan

gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat

tersebut”.3

Sertifikat sebagai legalitas kepemilikan tanah, mendaftarkan hak atas tanah

merupakan hal yang penting untuk menjamin kepastian hukum pemegang hak

atas tanah dan pihak lain yang berkepentingan dengan tanah tersebut,

pendaftaran tanah dilakukan di kantor pertanahan yang berada diwilayah

kabupaten atau kota dimana tanah berada.Dalam aspek legalitas tanah sangat

penting untuk mengantisipasi timbulnya permasalahan hukum dikemudian

hari, semua dokumen terkait perlu diurus supaya aman dari persengketaan dan

pemalsuan sertifikat, legalitas tersebut sangat membantu ketika terjadi

permasalahan dan dapat juga dibuat alat bukti di pengadilan, aspek legalitas

selain sebagai alat bukti kepemilkan juga untuk memberikan kepastian hukum

kepada para pihak bahwa ada pemilik yang sah atas tanah tersebut.Sertifikat

adalah surat tanda bukti hak selain sebagai bukti hak sertifikat juga sebagai

legalitas kepemilikan yang masing-masing dibutuhkan dalam buku tanah yang

bersangkutan, dalam mengenal atau memahami macam-macam sertifikat hak

atas tanah, ada sertifikat hak milik (SHM), sertifikat hak guna bangunan

(SHGB), sertifikat hak guna usaha (SHGU), ataupun sertifikat hak atas satuan

rumah susun (SHSRS), menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang pendaftaran tanah sertifikat dikeluarkan oleh badan pertanahan

Nasional (BPN) melalui kantor pertanahan masing-masing wilayah, pada

dasarnya sertifikat dicetak dua rangkap dimana satu rangkap dicetak di BPN
3
Pasal 32 ayat 2, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 o
sebagai buku tanah dan satu rangkap dipegang masyarakat sebagai tanda bukti

kepemilikan atas tanah dan bangunan, dalam arsip buku tanah tersebut

tercantum secara detail mengenai tanah, baik data fisik maupun data yuridis

seperti luas, batas-batas, dasar kepemilikan, data-data pemilik dan data-data

lainya, sertifikat hak atas tanah menjadi penting karena belum lengkap bila

pemilikan atau penguasaan atas tanah belum disertai bukti pemilikan berupa

sertifikat.4

Dalam praktek sering terjadi adanya sertipikat palsu ataupun sertipikat

ganda di masyarakat, sehingga pemegang hak atas tanah perlu mencari

informasi tentang kebenaran data fisik dan data yuridis tanah yang

bersangkutan di Kantor Pertanahan setempat. Pada umumnya masalah baru

muncul dan diketahui adanya sertipikat ganda, yaitu untuk sebidang tanah

diterbitkan lebih dari satu sertipikat yang letak tanahnya saling tumpang

tindih, ketika pemegang sertifikat yang bersangkutan akan melakukan

perbuatan hukum terhadap tanah yang bersangkutan.

Salah satu contoh kasus sengketa yang di angkat dihadapan sidang

pengadilan, yaitu sengketa dengan Register Nomor 20/Pdt.G/2018/PN Mme

terdapat kasus sertifikat Hak Milik atas Tanah ganda, yakni pihak penggugat

dan tergugat sama – sama memiliki sertifikat di atas tanah yang sama hal ini

menimbulkan bahwa sertifikat itu tidak sah atau bisa dikatakan cacat hukum.

Menanggulangi timbulnya sertifikat hak atas tanah yang mengandung

cacat hukum perlu sekali adanya upaya aktif dan peran dari segenap lapisan

masyarakat, yaitu instansi pemerintah, warga masyarakat dan serta instansi


4
Jurnal Pro Hukum Vol VI, No. 1 Juni 2017
yang terkait dengan bidang pertanahan seperti Notaris – PPAT, serta peranan

lembaga penegak hukum atau badan peradilan.

Terkait dengan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian terkait

sertifikat Hak Milik atas Tanah dalam obyek yang sama dengan judul

“Penyelesaian Sengketa Kepemilikan Tanah Akibat Sertifikat Ganda

Pada Kantor Pengadilan Negeri Maumere(Studi Kasus Nomor

20/Pdt.G/2018/Pn.Mme)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka penulis menitikberatkan

pada permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penyelesaian sengketa kepemilikan tanah akibat sertifikat

Ganda pada kantor Pengadilan Negeri Maumere?

2. Apa perlindungan hukum bagi para pihak yang memiliki sertifikat

Ganda?

1.3 ORSINALITAS PENELITIAN

Berikut ini tercantum tabel Orsinalitas Penelitian (peneliti terdahulu) yang

sudah pernah melakukan penelitian.

Tabel 1.1. Orsonalitas Penelitian

No Nama penulis Judul Penelitian Metode Hasil penelitian

penelitian

1 RIDHO Penyelesaian Sengketa Menggunakan Penyebab timbulnya


ARTLYHAND Sertifikat Hak Milik Atas metode sertifikat hak milik atas

MAMORA Tanah Ganda ( Studi Yuridis tanah ganda antara lain (1).

(2020) putusan Nomor Normatif Pihak penggugat

44/Pdt.G/2016/PN/Dmk). mendaftarkan tanahnya

yang merupakan hasil

warisan dari almarhum

kakeknya. Namun

disamping itu tergugat

juga mempunyai sertifikat

tanah di dalam bidang

tanah milik pihak

penggugat tidak. (2).

Badan Pertanahan

Nasional tidak teliti dalam

pendaftaran tanah dan

masing – masing pihak

juga mengutamakan

keuntungan mereka

sendiri. Hal itu yang

membuat sertifikat ganda

yang merugikan untuk

masing – masing pihak.

Dasar pertimbangan hakim


dalam putusan No.

44/Pdt.G/2016/PN.Dmk,

dimana hakim menolak

gugatan dan juga menolak

sksepsi pihak tergugat dan

penggugat kurang pihak,

Gugatan penggugat Error

in persona, Gugatan

penggugat kabur/karena

obyek sengketa salah.

2. Suyanto Status Sertifikat Tanah Menggunakan Dalam perkara Nomor :

Hak Milik Ganda metode hukum 629/Pdt.G/2012/PN.Surab

Menurut Peraturan normatif aya, gugataan perdata,

Pemerintah Nomor 24 perbuatan melawan hukum

Tahun 1997 Tentang yang inti pada pokok

Pendaftaran Tanah permasalahanya mengenai

(Study Kasus Nomor : sebidang tanah yang

629/Pdt.G/2012/Pn.Sby) bersertifikat ganda, tidak

mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat

serta cacat hukum pada

SHM nomor 1756 dan


1758 atas nama tergugat

III Thie Butje Sutedja,

maka Penggugat I dan II

dinyatakan sebagai

pemilik yang sah atas

bidang tanah SHM nomor

53 dan Nomor 150

Kelurahan Jemurwonosari.

3. Alifia Devi Upaya Penyelesaian Menggunakan Faktor yang menjadi

Erfamiati, Sengketa Hak Atas penelitian penyebab terjadinya

Komang Tanah Terhadap hukum empiris sertifikat ganda di Badan

Febrinayanti Kepemilikan Sertifikat Pertanahan Nasional

Dantes, Si Ganda Di Badan (BPN) Kabupaten

Ngurah Ardhya. Pertanahan Nasional Karangasem yakni karena

Kabupaten Karangasem cacat administrasi, salah

satu contohnya yakni

mengenai serifikat K4.

Tanah-tanah yang sudah

memiliki sertifikat namun

belum melakukan

pembaharuan terhadap

titik koordinatnya
memungkinkan untuk

orang lain mendaftarkan

tanah tersebut sebagai

miliknya. Selain itu juga

karena titik koordinat yang

ada di peta yang letaknya

saling tumpang tindih

yang mana seharusnya jika

diperiksa secara langsung

tnah tersebut seharusnya

sersebelahan. Selain itu

terdapat beberapa faktor

lain yang dapat

menyebabkan timbulnya

sengketa terhadap

kepemilikan sertifikat

ganda. Salah satu

contohnya yakni, ulah

mafia tanah yang dibantu

oleh oknum orang dalan di

BPN. Serta ketidak

cermatan aparat dalam

proses pendaftaran.
1.4 TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Tujuan Umum Dari Penelitian Ini Adalah Untuk Mengetahui penyelesaian

sengketa kepemilikan tanah akibat sertifikat ganda pada Kantor

Pengadilan Negeri Maumere

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa kepemilikan tanah akibat

Sertifikat Ganda Pada Kantor Pengadilan Negeri Maumere.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi para pihak yang memiliki

Sertifikat Ganda.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

a) Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan kepada peneliti, Hasil penelitian ini juga dapat

digunakan sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang Hukum Agraria mengenai sengketa hukum

pertanahan berkaitan dengan adanya sertipikat ganda.

b) Manfaat Praktis

Sebagai sumber informasi dan bahan referensi, hasil penelitian ini

juga dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam masalah Hukum Agraria, khususnya mengenai

penyelesaian sengketa tanah akibat adanya sertipikat ganda.

1.6 LANDASAN TEORITIS


Untuk meneliti mengenai suatu permasalahan hukum, maka pembahasan

yang relevan adalah apabila dikaji mengunakan teori-teori hukum. Konsep-

konsep hukum, asas-asas hukum. Teori hukum dapat digunakan untuk

menganalisis dan menerangkan pengertian hukum dan konsep yuridis, yang

relevan untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian

hukum.5

Teori berasal dari kata theoria dimana dalam bahasa Latin artinya

perenungan, sedangkan dalam bahasa Yunani berasal dari kata thea yang

artinya cara atau hasil pandang. Cara atau hasil pandang ini merupakan suatu

bentuk kontruksi di alam ide imajinatif manusia tentang realitas-realitas yang

ia jumpai dalam pengelaman hidupnya. Maka dapatlah dikatakan kalau teori

adalah serangkaian bagian atau variabel, dengan maksud menjelasan

fenomena alamiah. Teori memberikan sarana kepada kita untuk bisa

merangkum serta memahami masalah yang kita bahas secara lebih baik, serta

memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan

mensistematisasikan masalah yang di bahas. Fungsi teori adalah untuk

menstrukturisasikan penemuanpenemuan, membuat beberapa pemikiran, dan

menyajikan dalam bentuk penjelasan-penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan.

Sehingga sebuah teori bisa digunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa

hukum yang terjadi. Oleh karena itu orang dapat meletakan fungsi dan

kegunaan sebagai suatu pendoman untuk menganalisis pembahasan tentang

peristiwa atau fakta hukum yang diajukan dalam sebuah masalah.

5
Salim, HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 54.
a. Teori Negara Hukum

Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari ”Recdtsstaat”6

Istilah lain yang digunakan dalam alam hukum Indonesia adalah “The

rule of law”, yang juga digunakan untuk maksud “negara hukum”.

Terdapat duabelas prinsip pokok Negara Hukum (Rechtsstaat) yang

berlaku di zaman sekarang. Kedua-belas prinsip pokok tersebut

merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu

negara modern sehingga dapat disebut sebagai Negara Hukum (The Rule

of Law, ataupun Rechtsstaat) dalam arti yang sebenarnya. Adapun

prinsip-prinsip dimaksud adalah sebagai berikut:7

1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law); Adanya pengakuan normatif

dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua

masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi.

2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law); Adanya

persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan,

yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara empirik.

3. Asas Legalitas (Due Process of Law); Dalam setiap Negara Hukum,

dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya

(due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan

harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan

tertulis.

6
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat- Sebuah Studi Tentang Prinsip- prinsipnya,
Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum Dan Pembentukan
Peradilan Administrasi Negara,Bina Ilmu,Surabaya,1987, hlm.30.
7
Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Papper. Disampaikan dalam
Wisuda Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriw
4. Pembatasan Kekuasaan; Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan

organ- organ Negara dengan cara menerapkan prinsip pembagian

kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara

horizontal.

5. Organ-Organ Eksekutif Independen; Dalam rangka membatasi

kekuasaan itu, di zaman sekarang berkembang pula adanya

pengaturan kelembagaan pemerintahan yang bersifat „independent‟,

seperti bank sentral, organisasi tentara, organisasi kepolisian dan

kejaksaan. Selain itu, ada pula lembaga- lembaga baru seperti

Komisi Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum, lembaga

Ombudsman, Komisi Penyiaran, dan lain sebagainya. Lembaga,

badan atau organisasi-organisasi ini sebelumnya dianggap

sepenuhnya berada dalam kekuasaan eksekutif, tetapi sekarang

berkembang menjadi independen sehingga tidak lagi sepenuhnya

merupakan hak mutlak seorang kepala eksekutif untuk menentukan

pengangkatan ataupun pemberhentian pimpinannya. Independensi

lembaga atau organ-organ tersebut dianggap penting untuk

menjamin demokrasi, karena fungsinya dapat disalahgunakan oleh

pemerintah untuk melanggengkan kekuasaan.

6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak; Adanya peradilan yang bebas

dan tidak memihak (independent and impartial judiciary). Peradilan

bebas dan tidak memihak ini mutlak harus ada dalam setiap Negara

Hukum. Dalam menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak boleh


dipengaruhi oleh siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan

(politik) maupun kepentingan uang (ekonomi).

7. Peradilan Tata Usaha Negara; Meskipun peradilan tata usaha negara

juga menyangkut prinsip peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi

penyebutannya secara khusus sebagai pilar utama Negara Hukum

tetap perlu ditegaskan tersendiri. Dalam setiap Negara Hukum, harus

terbuka kesempatan bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat

keputusan pejabat administrasi Negara dan dijalankannya putusan

hakim tata usaha negara (administrative court) oleh pejabat

administrasi negara.

8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court); Di samping adanya

pengadilan tata usaha negara yang diharapkan memberikan jaminan

tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga negara, Negara Hukum

modern juga lazim mengadopsikan gagasan pembentukan

mahkamah konstitusi dalam sistem ketatanegaraannya.

9. Perlindungan Hak Asasi Manusia; Adanya perlindungan

konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum

bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan

terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas

dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu

Negara Hukum yang demokratis.


10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat); Dianut dan

dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang

menjamin peranserta masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundang-

undangan yang ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan perasaan

keadilan yang hidup di tengah masyarakat.

11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare

Rechtsstaat); Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang

diidealkan bersama.

12. Transparansi dan Kontrol Sosial; Adanya transparansi dan kontrol

sosial yang terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan

hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam

mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara

komplementer oleh peranserta masyarakat secara langsung

(partisipasi langsung) dalam rangka menjamin keadilan dan

kebenaran.

b. Teori Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu: 1) Adanya

aturan yang bersifat umum yang membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan; 2)

Kepastian hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena

dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum maka individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa Pasal-Pasal,

Undang-Undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan

hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang

lainnya, untuk kasus yang serupa yag telah diputuskan.8

Hukum memang pada hakikatnya adalah sesuatu yang bersifat

abstrak, meskipun dalam manifestasinya berwujud konkrit, persepsi

orang mengenai hukum itu beraneka ragam, tergantung dari sudut mana

mereka memandang. Kalangan hakim akan memandang hukum itu dari

sudut pandang mereka sebagai hakim, kalangan ilmuan hukum akan

memamndang hukum dari sudut profesi keilmuan mereka, rakyat kecil

akan memandang hukum dari sudut pandang mereka dan sebagainya.

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara

normatif, bukan sosiologis, kepastian hukum secara normatif adalah

ketika suatu peraturan dubuat dan diundangkan secara pasti karena

mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan

keragua-raguan (Multi tafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu

sistim norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau tidak

menimbulkan konflik norma.

Menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA pengertian hak milik adalah hak

turuntemurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah

dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 UUPA. Berdasarkan

ketentuan tersebut bahwa sifat-sifat hak milik membedakan dengan hak-

8
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedua, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2009, hlm. 158.
hak lainnya. Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh

yang dapat dipunyai orang atas tanah. Pemberian sifat ini tidak berarti

bahwa hak itu merupakan hak yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat

diganggu-gugat.

Kata-kata turun–temurun berarti bahwa hak milik atas tanah tidak

hanya berlangsung selama hidup pemegang hak, akan tetapi apabila

terjadi peristiwa hukum yaitu dengan meninggalnya pemegang hak dapat

dilanjutkan oleh ahli warisnya. Kata terkuat berarti bahwa hak milik atas

tanah dapat dibebani hak atas tanah lainnya, misalnya dibebani dengan

Hak Guna Bangunan, hak pakai, dan hak lainnya. Hak milik atas tanah

ini wajib didaftarkan. Sedangkan kata terpenuh berarti bahwa hak milik

atas tanah telah memberi wewenang yang luas kepada pemegang hak

dalam hal menggunakan tanahnya.9

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

(ATR/BPN) BPN adalah Lembaga pemerintah non kementerian yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. 10 BPN

mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk

Kantor Wilayah BPN di Provinsi dan Kantor Pertanahan di

Kabupaten/Kota, yang dipimpin oleh seorang Kepala.

9
E-journal.uajy.ac,id, diakses pada tanggal 10 agustus 2018
10
https://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 8 Desember tahun 2017
Selain susunan organisasi, BPN juga memiliki unsur pendukung yang

ada di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Apabila terjadi

sengketa kasus pertanahan BPN berwenang untuk menyelesaikan kasus

tersebut dengan di koordinasikan oleh Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang Agraria dan Tata Ruang. Penyelesaian

sengketa kasus tersebut dilakukan berdasarkan inisiatif dari kementerian

setelah melakukan pemantauan dalam suatu wilayah tertentu atau

pengaduan dari masyarakat.

Sengketa merupakan perselisihan yang sudah mengemukakan yang

membutuhkan penyelesaian dan istilah sengketa lebih banyak digunakan

dalam bidang ilmu hukum. Perkara merupakan suatu sengketa dan atau

konflik yang penyelesaian dilakukan pada badan peradilan, timbulnya

sengketa hukum bermula dari pengaduan sepihak (orang/badan) yang

keberatan dan tuntutan hak atas sesuatu hal atau kepemilikan dengan

harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai

dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Cara penyelesaian sengketa

dapat dilakukan melalui Pengadilan, ADR (Alternative Dispute

Resolution) dan melalui Lembaga Adat. Cara penyelesaian sengketa yang

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata, yaitu melalui

Pengadilan, sementara itu cara penyelesaian sengketa yang diatur

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

penyelesaian sengketa, yaitu Alternative Dispute Resolution.


Disamping ketiga cara diatas, dikenal juga cara penyelesaian sengketa

Penyelesaian Sengketa
melalui lembaga adatKepemilikan Tanah yang
dan nilai-nilai Akibatberkembang
Sertifikat dalam
Ganda Pada Kantor Pengadilan Negeri Maumere
masyarakat.11 Dalam hal munculnya sertifikat hak milik ganda, maka
al
terjadilah sebuah permasalahan dimana penyelenggaraan pendaftaran
is

tanah :tidak
Primer berjalan dengan
Memberikan baik,
kepastian sehingga
hukum menimbulkan
terhadap penggugatsengketa para
Subsidair : Memberikan putusan yang seadil adilnya
pihak yang merasa memiliki hak atas tanah, serta jaminan kepastian

hukum terhadap pemegang hak atas tanah tersebut menjadi terabaikan.

Apabila pemegang hak atas tanah merasa haknya dirugikan akibat


Implikasi yuridis konstruksi bagi penetapan
putusan
munculnya sertifikat ganda perkara
maka pihakNomor:
yang merasa dirugikan dapat
20/Pdt.G/2018/PN.Mme
melakukan pengaduan ke BPN untuk diselesaikan kasusnya,

penyelesaian kasus tersebut bertujuan untuk memberikan kepastian

hukum dan keadilan mengenai penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah.12

1.7 KERANGKA BERFIKIR

11
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani,Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan
Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.142
12
Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai