Anda di halaman 1dari 8

I S S N : 2477-4103

V ol. 5 | N o. 1

Kepastian Hukum Terhadap Surat Girik Sebagai Dasar Bukti


Pendaftaran Hak Atas Tanah
H. Masnadi*, Ahmad Muliadi**, Irawan Santosa***

*Universitas Jayabaya
**Universitas Jayabaya
***Universitas Jayabaya

ARTICLE INFO ABSTRACT


Keywords: Research carried out on land rights registration certificate with evidence girik, where
Law of Certainty, the book letter C in the Village, which refers to Law No. 5 of 1960 on Agrarian
Letters Girik, Principles, Government Regulation No. 24 Year 1997 on Land Registration Board
Registration Rights Decree National Land and Circular Head of the National Land Agency. Specification
used in the normative analysis. Research stage through literature and interviews.
The method of data analysis conducted qualitative normative.Based on the results of
research and analysis of the rules and regulations, that the letter Girik have a certifi-
cate of registration of legal certainty for Land Rights through the assertion of rights /
acknowledgment of rights, although there is no letter C in wards book.

Penelitian dilakukan terhadap pendaftaran sertifikat hak atas tanah dengan bukti
girik, dimana buku letter C tidak ada di Kelurahan, yang mengacu pada Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Surat Keputusan Badan
Corresponding Author: Pertanahan Nasional, dan Edaran dari Kepala Badan Pertanahan Nasional.
hmasnadi.mkn@gmail.com Spesifikasi yang digunakan dalam melakukan analisis secara yuridis normatif. Tahap
penelitian melalui kepustakaan dan wawancara. Metode analisis data dilakukan
secara normatif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku, bahwa dasar surat Girik mempunyai kepastian
hukum untuk pendaftaran sertifikat Hak Atas Tanah melalui proses penegasan hak/
pengakuan hak, walaupun tidak terdapat buku letter C di kelurahan.

Jurnal Nuansa Kenotariatan


Volume 5 Nomor 1
Juli-Desember 2019
ISSN 2477-4103
hh. 29–36 ©2019 NK. All rights reserved.

-29-
Jurnal Nuansa Kenotariatan Volume 5 No.1 Juli 2019

Pendahuluan Pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam pera-


turan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Ta-
Sebagaimana telah diketahui, sebelum berlakunya hun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.Pasal 1 ayat(1)
UUPA di Indonesia terdapat dualisme dalam hukum Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan:
pertanahan, yaitu yang bersumber pada Hukum
Adat dan yang bersumber pada Hukum Barat. UUPA “Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan
mengakhiri dualisme tersebut dan menciptakan uni- yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-me-
fikasi Hukum Tanah Nasional kita. Dalam konsider- nerus, berkesinambungan dan teratus meliputi pen-
ans UUPA dinyatakan bahwa perlu adanya hukum gunpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian
agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat serta emiliharaan data fisik dan data yuridiis, dalam
tentang tanah. Juga, bahwa dalam Pasal 5 UUPA ada bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
pernyataan bahwa Hukum Tanah Nasional kita ada- tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
lah Hukum Adat. Hal tersebut menunjukkan adanya pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-
hubungan fungsional antara Hukum Adat dan Hu- bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik
kum Tanah Nasional kita. Dalam pembangunan Hu- atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
kum Tanah Nasional, Hukum Adat berfungsi sebagai membebaninya.
sumber utama dalam mengambil bahan-bahan yang
diperlukan. Adapun dalam hubungannya dengan Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bah-
Hukum Tanah Nasional positif, norma-norma Hu- wa pendaftaran tanah merupakan salah satu sarana
kum Adat berfungsi sebagai hukum yang melengka- bagi Pemerintah untuk melakukan pendataan atas
pi (Sutedi, 2007). hak suatu tanah. Pendataan ini mutlak diperlukan
agar semuah tanah berada di wilyah kesatuan negara
Dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional, Hu- Republik Indonesia jelas kepemilikannya dan dapat
kum Adat merupakan sumber utama untuk mem- memberikan kepastian hukum terhadap pemegang
peroleh bahan-bahannya, berupa konsepsi, asas-asas hak atas tanah (Sembiring, 2010). Pasal 19 ayat (1)
dan lembaga-lembaga hukumnya, untuk dirumus- Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), menegas-
kan menjadi norma-norma hukum yang tertulis, kan ”Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pe-
yang disusun menurut sistem Hukum Adat. Kon- merintah Republik Indonesia diadakan pendaftaran
sepsi yang melandasi Hukum Tanah Nasional adalah tanah diseluruh wilayah republik Indonesiamenurut
konsepsinya hukum adat yaitu konsepsi yang komu- ketetentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerin-
nalistik religius, yang memungkinkan penguasaan tah.”
tanah secara individual, dengan hak-hak atas tanah
yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur Bukti kepemilikan pada dasarnya terdiri dari bukti
kebersamaan. kepemilikan atas tanah pemegang hak pada wak-
tunya berlakunya Undang-Undang Pokok agrari-
Asas-asas Hukum Adat yang digunakan dalam Hu- an (UUPA), apabila hak tersebut kemudian beralih,
kum Tanah Nasioanal antara lain asas religiusitas, maka peralihan hak berturut-turut sampai ketangan
asas kebangsaan, asas demokrasi, kemasyarakatan, pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan
pemerataan dan keadilan sosial, asas penggunaan hak. Girik merupakan salah satu alat bukti untuk
dan pemeliharaan tanah secara berencana, serta asas pendaftaran sertifikat hak atas tanah. Tanah yang
pemisahan horizontal tanah dengan bangunan dan telah didaftarkan tentunya memiliki informasi-infor-
tanaman yang ada diatasnya. Lembaga-lembaga Hu- masi yang berkaitan dengan tanah tersebut. Tanah
kum yang dikenal dalam Hukum Adat umumnya yang sudah didaftarkan tentunya harus memiliki
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat bukti-bukti otentik dalam bentuk tertulis.Bukti oten-
yang masih sederhana. Oleh karenanya, lemba- tik tersebut dibuat dan diterbitkan dalam bentuk
ga-lembaga yang diambil dalam membangun Hu- sertifikat hak. Oleh karena itu, secara yuridis, nega-
kum Tanah Nasional harus disempurnakan dan dis- ra mengakui kepemilikan atas suatu tanah terhadap
esuaikan dengan kebutuhan zaman dan perubahan subjek hak atas tanah yang namanya terdaftar dalam
masyarakat yang akan dilayaninya tanpa mengubah sertifikat tanah tersebut dan dengan demikian, maka
hakikat serta tanpa menghilangkan sifat dan cirinya. pihak lain tidak dapat menggugat kepemilikan tanah
tersebut.walaupun kenyataannya, banyak sertifikat
Pendaftaran atas suatu tanah merupakan hal yang tanah yang sudah didaftar di gugat atas kepemilikan-
harus dilakukan oleh pemilik tanah baik tanah yang nya, dengan dalih Letter C atau persil yang salah.
sudah terdaftar atau belum terdaftar, dengan adanya
pendaftaran tersebut pemilik tanah akan mendapa- Untuk tanah yang memiliki berupa Surat Girik/ let-
tkan perlindungan dan pengakuan dari negara. er C. Letter C ini diperoleh dari kantor desa dimana

-30-
Masnadi, Muliadi & Santosa/Kepastian Hukum Terhadap Surat Girik Sebagai Dasar Bukti Pendaftaran Hak Atas Tanah

tanah itu berada, letter C ini merupakan tanda buk- Tanah. Surat Girik merupakan istilah surat pem-
ti berupa catatan yang berada di Kantor Desa atau bayaran pajak di daerah pedesaan. Sebelum ber-
Kelurahan. Dalam masyarakat masih banyak yang lakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
belum mengerti apa yang dimaksud dengan Surat pencatatatan-pencatatan dilakukan untuk menen-
Girik/ buku letter C, karena didalam literatur atau- tukan bidang-bidang tanah atau pekarangan-paka-
pun perundang-undangan mengenai pertanahan rangan berikut pohon-pohon yang telah diberikan
sangat jarang dibahas atau dikemukakan. Mengenai kepada orang-orang tertentu, yang disertai dengan
surat Girik/ buku letter C ini sebenarnya hanya di- pencatatan nama dan pemiliknya masing-masing.
jadikan dasar sebagai catatan penarikan pajak, dan Pencatatan ini bertujuan untuk menetapkan bagian
keterangan mengenai tanah. masing-masing pemilik dari bidang-bidang tanah
tersebut dalam pajak umum yang telah direncanakan,
Kutipan Letter C terdapat di Kantor Pelayanan Pajak serta untuk menyelesaikan masalah-masalah tentang
Bumi dan Bangunan. Dan masyarakat sebagai yang batas yang timbul dari pemilik tanah satu sama lain
ada dalam buku letter C itu sangatlah tidak lengkap maupun antara pemilik tanah dengan pemerintah
dan cara pencatatannya tidak secara teliti sehing- saat itu. Istilah Girik ini telah lama dkenal oleh mas-
ga akan banyak terjadi permasalahan yang timbul yarakat, Namun demikian didaerah mempunyai isti-
dikemudian hari dikarenakan kurang lengkapnya lah yang berbeda-beda nama seperti di Jawa Tengah
data yang akurat dalam buku letter C tersebut. Ada- dan Jawa Timur memakai istilah Petuk; Bali memakai
pun kutipan Letter C terdapat dikantor Kelurahan, istilah pipil; dan Palembang memakai istilah Segel.
sedangkan Induk dari pemegang hak atas tanah
memiliki alat bukti berupa girik sebagai alat buk- Adapun yang dimaksud dengan surat-surat buk-
ti pembayaran pajak atas tanah. Oleh karena untuk ti hak menurut Peraturan Menteri Pertanian dan
mendapatkan kepastian hukum terhadap surat Gir- Agraria No. 2/1962 ialah :
ik/letter C, maka surat girik/Letter C harus didaftar-
kan kekantor pertanahan dimana objek itu berada. a. Surat hak tanah yang dikeluarkan berdasarkan
Peraturan Menteri Agraria No. 9 / 1959, ordonan-
Surat Girik merupakan bukti pembayaran pajak, bu- tie tersebut dalam S. 873 No. 38 dan Peraturan
kan sebagai bukti kepemilikan hak Atas tanah .Bukti Khusus di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
pemilikan hak atas tanah menurut undang-undang Surakarta serta Sumatera Timur, Riau dan Kali-
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria mantan Barat (Pasal 2 Peraturan Menteri Perta-
adalah sertifikat tanah. Ditengah masyarakat pedes- nian dan Agraria No. 2/1962).
aan maupun perkotaan masih banyak ditemukan
tanah-tanah yang belum didaftarkan. Ada sebagian b. Surat Pajak Hasil Bumi/Verponding Indonesia
masyarakat masih menganggap bahwa surat girik atau surat pemberian hak dan instansi yang ber-
merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah. Surat wenang (Pasal 3 Peraturan Menteri Pertanian
Girik sebagai bukti tanda pembayaran pajak yang dan Agraria No.2/1962).
dikeluarkan oleh kantor Pelayanan Pajak,dimana Pendaftaran Hak Atas Tanah dengan Surat
buku kutipan Letter C berada di Kelurahan atau Girik
Desa.
Setelah berlakunya UUPA dan PP Nomor 10 Tahun
Dengan adanya permohonan Surat Girik untuk 1961 tentang Pendaftaran tanah yang kemudian
pendaftaran sertifikat hak atas tanah dengan tidak diganti dengan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang
adanya buku kutipan letter C di Kelurahan. Masih Pendaftaran Tanah tidak mungkin lagi diterbit-
adakah bukti-bukti lain yang harus dipenuhi atau kan hak-hak yang akan tunduk kepada Kitab Un-
dilengkapi sebagai pendaftaran sertifikat hak atas dang-undng Hukum Perdata ataupun yang tunduk
tanah. Sementara itu Undang-undang Pokok Agrar- kepada hukum adat setempat kecuali menerangkan
ia (UUPA) mengamanatkan untuk memberikan per- bahwa hak-hak tersebut merupakan Hak adat. Meng-
lindungan dan kepastian hukum atas tanah-tanah ingat pentingnya pendaftaran Surat girik sebagai ex
yang belum didaftarkan harus didaftarkan. Kemu- hak milik adat atas tanah sebagai bukti pemilikan
dian bagaimana upaya yang dilakukan oleh Badan hak atas tanah secara sah, maka diberikan suatu ke-
Pertanahan Nasional dan Lurah dalam rangka men- wajiban untuk mendaftarkan tanah adat khususnya
jalankan amanat undang-undang tersebut. hak milik adat dengan bukti surat girik.
Girik dan Kedudukannya Untuk pembuktian hak-hak atas tanah yang sudah
Girik mempunyai dua arti yaitu (Sudarsono, 2005): ada dan berasal dari konversi hak-hak lama data
a) Surat Pajak hasil Bumi; dan b) Surat Pemilikan yuridisnya dengan alat-alat bukti mengenai hak

-31-
Jurnal Nuansa Kenotariatan Volume 5 No.1 Juli 2019

tersebut berupa bukti tertulis, keterangan saksi dan uat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah
atau pernyataan yang bersangkutan (Harsono, 2008). ini;
Adapun yang menjadi landasan hukum konversi
terhadap hak-hak atas tanah yang ada sebelum ber- b) Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat
lakunya UUPA tanggal 24 September 1960 adalah oleh PPAT yang tanahnya belum didaftarkan;
bagian kedua dari UUPA ”tentang ketentuan-keten- c) Petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir
tuan konversi yang terdiri dari IX Pasal, yaitu pasal dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya
I s.d pasal IX.” Khususnya untuk konversi tanah- Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961;
tanah yang tunduk kepada hukum adat. Disamp-
ing itu untuk pelaksanaan konversi yang dimaksud d) Surat Keterangan/Riwayat Tanah yang pernah
oleh UUPA dipertegas lagi dengan dikeluarkannya dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak dan Bangu-
Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor nan.
2 Tahun 1962 dan Surat Keputusan Mentri Dalam
Metodologi Penelitian
Negeri Nomor 26/DDA/1970 tentang penegasan kon-
versi dan pendaftaran bekas hak-hak Indonesia atas Pendekatan masalah yang digunakan adalalah den-
tanah. Menurut Mustafa (1988) konversi timbul kare- gan menggunakan penelitian yuridis emperis.Art-
na adanya penggantian hukum agraria. Lebih lanjut inya membahas permasalahan-permasalahan yang
Mustafa (1988) mengatakan konversi terjadi karena ada dengan cara menelaah dan mempelajari yang
dua hal yaitu; ada, disamping itu dengan memperhatikan as-
pek-aspek pelaksanaannya secara hukum maupun
1. Konversi karena hukum, dapat terjadi ;
pristiwa yang ada ditengah masyarakat. Penelitian
a. Dengan sendirinya artinya tanpa diperlukan ini bersifat deksriftif analitis. Deskriftif adalah un-
adanya suatu ketetapan dari instansi yang ber- tuk memberi gambaran secara rinci, sistemamatik
wenang untuk itu. dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkai-
tan dengan pelaksanaan pembuatan sertifikat hak
b. Dengan syarat-syarat tertentu, karena demiki- atas tanah dengan bukti girik. Dalam penelitian
an maka diperlukan adanya suatu ketetapan secara umum menggunakan dia jenis data,yai-
dekralatoir. tu data primer dan data sekunder. Penelitian ini
2. Konversi bukan karena hukum hanya bisa menggnakan jenis data primer sebagai data utama
terjadi dengan suatu ketetapan konstitutif. dan data sekunder sebagai data pendukung arau
pelengkap,yang diperoleh dari kepustakaan dan
Ketentuan konversi hak atas tanah adat berdasarkan berbagai literatur sejumlah buku-buku yang sesuai
pasal II UUPA berbunyi ayat 1 ”Hak-hak atas tanah dengan permasalahan yang telah dirumuskan.
yang member wewenang sebgaimana atau mirip
dengan hak yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) Hasil Penelitian dan Pembahasan
seperti yang disebut dengan nama sebagai dibawah, Kepastian Hukum terhadap Surat Girik sebagai
yang ada mulai berlakunya undang-undang ini, yai- Bukti awal Pendaftaran Sertifikat Hak Atas
tu agrarisch eigendom, milik yasan, andarbeni Tanah , Dimana tidak terdapat buku Letter C
di Kantor Kelurahan
hak atas druwe, hak atas druwe desa, pesini, grand
sultan, landerijenbezitrech, altijddurende erfpacht, Sidharta (2000) mengemukakan bahwa asas kepas-
hak usaha atas bekas tanah partekelir dan hak-hak tian hukum mengimplikasikan bahwa warga mas-
lain dengan namanya apapun juga yang akan dite- yarakat harus bebas dari tindakan pemerintah dan
gaskan lebih lanjut oleh Mentri Agraria, sejak mulai pejabatnya yang tidak dapat diprediksi dan tinda-
berlakunya undang-undang ini menjadi hak milik kan yang sewenang-wenang. Pemerintah dan para
tersebut dalam pasal 20 ayat (1), kecuali yang mem- pejabatnya harus terikat dan tunduk pada aturan
punyai tidak memenihi syarat sebagai yang tersebut hukum positif. Semua tindakan pemerintah harus
dalam pasal 21.” selalu tertumpu pada aturan hukum positif sebagai
dasar hukumnya.
Untuk keperluan pendaftaran hak lama, Pasal 24,
ayat (1) huruf f, g, k dan i, Peraturan Pemerintah No- Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum,
mor 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah, yaitu: tentu saja harus seimbang dengan tujuan hukum
lainnya, antara lain keadilan dan kemanfaatan. De-
a) Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah mikian juga sebaliknya, keadilan dan kemanfaatan
tangan yang dibubuhkan tanda kesaksian oleh harus selalu berada dalam keseimbangan dengan
Kepala Adat/ Kepala Desa/Kelurahan yang dib- kepastian. Kepastian hukum terhadap surat girik

-32-
Masnadi, Muliadi & Santosa/Kepastian Hukum Terhadap Surat Girik Sebagai Dasar Bukti Pendaftaran Hak Atas Tanah

sebagai bukti dasar pendaftaran sertifikat Hak Atas Keadilan ini terwujud karena adanya kepastian hu-
Tanah mempunyai peranan penting untuk mem- kum. Adapun Girik di atas tanah partekelir adalah
berikan kemudahan kepada masyarakat yang me- tanah-tanah yang dikuasai oleh pribumi yang be-
megang girik dalam rangka pembuatan sertifikat rada diatas tanah partekelir dan telah didaftarkan
Hak Atas Tanah. Proses pembuatan sertifikat Hak pada kantor pajak Bumi dan Bangunan, dulunya
Atas Tanah dengan surat girik memerlukan adanya baik diatas tanah usaha, tanah Tionghoa, tanah hak
kepastian hukum, sehingga dapat terlaksana dan erfpacht dan lain-lainnya yang telah menjadi tanah
terwujudnya administrasi pertanahan di Indonesia. negara semenjak diberlakukannya Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah
Kepastian hukum merupakan perlindungan yusti- Partekelir. Apabila tanah tersebut didaftarkan hak-
siabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang nya maka akan diberikan hak pakai.
berarti bahwa seorang akan dapat memperoleh
sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Dalam konteks pendaftaran tanah pertama kali/
Masyarakat mengharapkan kepastian hukum, kare- proses penerbitan sertipikat hak milik atas tanah
na dengan adanya kepastian hukum, masyarakat yang berasal dari tanah-tanah adat seperti surat gi-
akan lebih mudah mengurus sertifikat Hak Atas rik baik yang dilakukan secara Sistematik mau-
Tanahnya, Hukum bertugas menciptakan kepastian pun Sporadik , maka prosedur pelaksanaannya
hukum untuk tujuan ketertiban masyarakat. Den- dilakukan dengan cara Pengakuan hak/penegasan
gan adanya kemudahan pembuatan sertifikat Hak Hak, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Atas Tanah dengan bukti darsar surat girik member- Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasion-
ikan kesadaran terhadap masyarakat untuk mem- al Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Pera-
bantu program Pemerintah dalam bidang agraria turan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
yaitu tertib administrasi pertanahan. Pendaftaran Tanah. Selanjutnya pada Pasal 9 ayat
(2) angka 2 huruf (a) PMNA/Ka. BPN No. 9 Tahun
Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat 1999 secara gamblang menyebutkan bahwa salah
dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hu- satu persyaratan dapat diprosesnya permohonan
kum tertulis . Hukum tanpa nilai kepastian akan hak milik atas tanah adalah dengan menyertakan
kehilangan makna karena tidak dapat dijadikan pe- alas hak sebagai bukti dasar penguasaan, baik yang
doman/pegangan bagi Pegawai Kantor Pertanahan berupa sertipikat , girik , surat kapling , surat-su-
untuk melaksanakan tugas pertanahan salahsatun- rat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan
ya pendaftaran Hak Atas Tanah dengan bukti dasar rumah dan/atau yang telah dibeli dari pemerintah,
Surat Girik. Dengan terdaftarnya surat girik menja- putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak,
di sertifikat Hak Atas Tanah akan terwujud jaminan dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya.
hukum terhadap bukti kepemilikkannya. Dimana
sertifikat mempunyai dua kekuatan pembuktian Kepastian Hukum terhadap Surat Girik sebagai
yaitu pembuktian secara data fisik dan pembuktian dasar bukti pendaftaran sertifikat Hak Atas Tanah
secara data yuridis. Jika data fisik dan data yuridis memberikan kemudahan bagi masyarakat yang
sudah benar, seorang akan mendapatkan kesem- ingin mendaftarkan Surat Giriknya Ke Kantor Per-
purnaan dari haknya. tanahan. Jika Surat Girik tersebut, tidak terdapat
buku Letter C di Kelurahan yang bersangkutan, Su-
Untuk mewujudkan Kepastian hukum dalam rang- rat Girik dapat diproses pendaftaran sebagai bukti
ka tertib admnistrasi pertanahan di Indonesia diper- dasar pendaftaran sertifikat Hak Atas Tanah, den-
lukan peraturan yang jelas. Dimana peraturan yang gan syarat Lurah memberikan keterangan, bahwa
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan pera- buku Letter C tidak ada di Kelurahan ( Vide terla-
turan yang lebih tinggi. Seperti SK. Badan Pertanah- mpir), atau tidak ditemukan bukti lain, Kantor Per-
an Nasional (BPN) Nomor 3 Tahun 1997 tidak boleh tanahan dapat memproses pendaftaran tanah Hak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor milik Adat tersebut dengan berpedoman pada pasal
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. 24 Ayat(2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
Pada saat pemegang Girik mendaftarkan surat gi- 1997, tentang Pendaftaran Tanah. Dengan kemu-
riknya kekantor pertanahan nasional, dengan ter- dahan tersebut dapat memberikan manfaat, bukti
lebih dahulu membuat keterangan Riwayat tanah, pemilikan yang kuat adalah adalah sertifikat Hak
Keterangan Sengketa, dan Surat penguasaan tanah Atas Tanah kecuali dibuktikan sebaliknya. Dalam
selama 20 tahun berturut-turut, serta membayar pasal 2 peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB), maka Neg- tentang pendaftaran Tanah yaitu asas sederhana,
ara memberikan keadilan terhadap masyarakat, aman, dan terjangkau. Dalam praktek dilapangan,
asas tersebut sepenuhnya belum dilaksakan di Kan-

-33-
Jurnal Nuansa Kenotariatan Volume 5 No.1 Juli 2019

tor Pertanahan. Pendaftaran surat girik menjadi girik ke Kantor Pertanahan belum lagi uang
sertifikat membutukan biaya yang mahal dan waktu siluman yang harus dibayat diluar prosedur.
yang lama sekitar 6 bulan sampai waktu yang tidak
tentukan. 2. Kurang tersedianya Sumber Daya Manusia
di lingkungan Pegawai Kantor Pertanahan,
Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak sehingga membuat masyarakat tidak bisa
tradisional rakyat atas tanah yang tunduk pada hu- mendaftarkan surat giriknya kekantor
kum adat secara jelas di atur dalam Undang-Dasar pertanahan dengan alasan yang tidak di dukung
1945 Pasal 18 B ayat (2) yang menyatakan “Nega- dengan aturan yang ada. Dan kesadaran dan
ra mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan pengetahuan masyarakat yang masih lemah,
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisio- untuk mengajukan Surat Girik dalam pembuatan
nalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan setifikat tanah
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dengan 3. Keengganan untuk membuka informasi karena
Undang-undang.” Dengan jelas, Konstitusi Negara kurangnya pemahaman aparat pemerintah
Indonesia secara tegas mengakui dan menghormati atas prinsip good governance, Pelaksanaan
hak-hak yang berlaku di Tanah Pertiwi Indonesia. pendaftaran tanah belum oftimal dan belum
terwujudnya pengawasan yang baik.Aparat
Surat Girik sebagai dasar bukti pendaftaran Hak pemerintah bukan merasa jadi pelayan
Atas Tanah mempunyai Kepastian hukum. Surat gi- masyarakat melainkan tuan yang harus dijamu
rik yang didaftarkan mempunyai pembuktian yang dan dilayani..
kuat yaitu sertifikat Hak Atas Tanah, melalui lemba-
ga rechtverwerking tersebut, tanah yang sudah ber- 4. Kutipan Letter C Kelurahan, sebagai hasil
sertifikat selama 5 tahun sejak sertifikat diterbitkan, pendataan pecatatan tahun 1950, terbatasnya
tidak ada pihak yang dapat menuntut atau meng- pendataan saat itu, dan tanah-tanah belum
gugat tanah tersebut. Hal ini di jelaskan pada pasal optimal masih dalam keadaan terlantar,
32 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun sehingga Lurah hanya mendata pemilik yang
1997. Dengan lembaga Rechtverwerking ini dapat menempati dan jumlah penduduk yang masih
memberikan kepastian hukum dan perlindungan minim. Dengan terbatasnya pencatatan Buku
hukum sebagai salah satu tujuan pendafaran tanah. Letter C, masyarakat yang akan mengajukan
permohonan hak atas tanah sering kesulitan
Faktor–faktor hambatan dalam pendaftaran untuk meminta informasi tentang status tanah
sertifikat Hak Atas dengan dasar bukti surat dan keadaan tanah.
Girik.
5. Apabila terjadi peralihan hak tidak bisa
Beberapa faktor yang menjadi hambatan/kendala menunjukkan asal-usul perolehannya, maka
untuk membuat sertifikat hak atas tanah dengan untuk membuat riwayat tanah yang berdasarkan
dasar bukti surat girik yaitu : Kutipan Letter C Kelurahan tidak akan bisa
dibuat, sehingga untuk proses pensertifikatan
1. Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 akan terjadi kendala, dan pihak pemohon akan
tentang Pendaftaran tanah, mengamanatkan mencari asal-usul atas peralihan haknya sampai
bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah harus ketemu asal perolehannya.
sederhana,aman dan terjangkau. Namun
hingga saat ini peraturan pelaksana dari 6. Adanya pencatatan dalam Kutipan Letter
Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 C Kelurahan terjadi suatu kesalahan dalam
yaitu Peraturan Mentri Agraria/ Kepala Badan mutasi yang disebut buku salah. Sebagai contoh
pertanahan Nasional Nmor 3 Tahun 1997 belum pemilik tanah akan mengalihkan haknya kepada
mencerminkan sifat sederhana, karena prosedur pembeli, dimana kepala desa salah mencatat
yang ditempuh dalam pembuatan sertifikat didalam Kutipan Letter C Kelurahan.Pemilik
hak atas tanah sangat panjang,birokrasi yang akan mengajukan permohonan hak atas tanah,
terlalu banyak dan biaya yang terlalu mahal sebelumpengajuan telah meminta riwayat
apalagi terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor tanah/surat keterangan setelah dicocokkan Buku
46 Tahun 2002 tentang taris dan jenis pelayanan Letter C Kelurahan tidak terdapat nama pemilik
dibidang pertanahan.Dengan Prosedur yang tersebut, akibat dari suatu kesalahan,sehingga
sangat panjang dan biaya yang mahal membuat Lurah berkewajiban untuk mengoreksi atau
masyarakat sangat sulit untuk mendaftarkan membetulkan adanya suatu kesalahan dari
surat bukti pemilikan dengan dasar bukti surat

-34-
Masnadi, Muliadi & Santosa/Kepastian Hukum Terhadap Surat Girik Sebagai Dasar Bukti Pendaftaran Hak Atas Tanah

pencatatan terhadap Buku Letter C Kelurahan terhadap Girik sebagai dasar bukti pendaftaran
tersebut. Hak Atas Tanah dimana buku Letter C tidak
terdapat di Desa/Kelurahan, dapat diproses
7. Pemekaran/Pemecahan suatu wilayah, dimana pendaftaran sertifikat Hak Atas Tanah dengan
Kelurahan Cakung Barat dahalu pemekaran syarat Kepala Desa/Lurah memberikan
dari Kelurahan Cakung dan Kelurahan Cakung keterangan, bahwa buku Letter C tidak terdapat
masuk wilayah dari DKI Jakarta hasil Pemekaran di Kelurahan..
dari Desa Gapura muka, Bekasi, Jawa –Barat,
Untuk memperoleh hak atas tanah harus 2. Surat Girik belum didaftar permohonan sert-
meminta kepada pihak Ex Jawa Barat, mengenai ifikat Hak Atas Tanah disebabkan faktor
Kutipan Letter C Kelurahan, harus diserahkan prosedurnya yang lama, mahal, Girik sudah
kepada pihak Lurah. Akibat masuknya dimutasi , Kesadaran dan pengetahuan hukum
wilayah tersebut dapat juga menghambat masyarakat masih lemah, sehingga tidak meng-
terjadinya proses pembuatan sertifikat, juga etahui bagaimana cara proses pendaftaran sert-
mengakibatkan kerawanan sengketa, yang ifikat Hak Atas Tanah dengan dasar bukti girik.
diakibatkan tumpang tindih atas kepemilikan dan adanya pemekaran wilayah.
tanah dan salah penunjukkan obyek tanah.
Saran
8. Peralihan hak atas tanah seperti jual beli, hibah 1. Surat Girik sebagai dasar bukti pendaftaran
dan kewarisan serta akta- akta yang belum sertifikat Hak Atas Tanah mempunyai peranan
didaftarkan atau mutasi girik yang sering terjadi yang sangat penting , untuk menentukan tanah
dilingkungan masyarakat tanpa didaftarkan di bekas milik adat , dilihat dari bukti dasar surat
Kantor Pertanahan, sehingga untuk pengajuan Girik. Dalam permohonan pendaftaran sertifikat
permohonan hak atas tanah, khususnya dalam Hak Atas Tanah, Surat Girik merupakan salah
pembuatan surat keterangan sangat kesulitan, satu syarat permohonan tersebut. Kepastian
Akta-akta yang telah dibuat oleh dihadapan hukum terhadap surat girik sebagai dasar bukti
PPAT, dengan dasar bukti girik, tanpa dibuat pendaftaran sertifikat Hak Atas Tanah sangatlah
asal-usul mengenai perolehannya. jelas, melalui proses konversi atau Penegasan
hak/Pengakuan Hak. Kepastian Hukum
Berbagai faktor dan alasan dapat dikemukakan terhadap Girik sebagai dasar bukti pendaftaran
untuk menjawab permasalahan yang demikian. Hak Atas Tanah dimana buku Letter C tidak
Pengalaman telah menunjukan bahwa satu faktor terdapat di Desa/Kelurahan, dapat diproses
dominan atas”keterlambatan” pendaftaran tanah pendaftaran sertifikat Hak Atas Tanah dengan
karena peraturan pelaksana dari Undang-undang syarat Kepala Desa/Lurah memberikan
pokok tersebut yang kurang Progresif , sebagaima- keterangan, bahwa buku Letter C tidak terdapat
na diketahui bahwa asas dan tujuan UUPA untuk di Kelurahan..
memberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum atas hak-hak atas tanah yang dimiliki oleh 2. Surat Girik belum didaftar permohonan
Masyarakat. Menurut Penulis, Instansi Pemerintah sertifikat Hak Atas Tanah disebabkan faktor
yang berkaitan dengan pendaftaran Hak Atas Tanah prosedurnya yang lama, mahal, Girik sudah
harus Progresif dan responsif , sehingga mas- dimutasi , Kesadaran dan pengetahuan hukum
yarakat yang memegang surat Girik/Letter C akan masyarakat masih lemah, sehingga tidak
mendaftarkan haknya Ke Kantor Pertanahan. mengetahui bagaimana cara proses pendaftaran
sertifikat Hak Atas Tanah dengan dasar bukti
Simpulan girik. dan adanya pemekaran wilayah.
1. Surat Girik sebagai dasar bukti pendaftaran Daftar Pustaka
sertifikat Hak Atas Tanah mempunyai peranan Adrian Sutedi. (2007). Peralihan Hak Atas Tanah dan
yang sangat penting , untuk menentukan tanah Pendaftarannya. Jakarta: Sinar Grafika.
bekas milik adat , dilihat dari bukti dasar surat
Girik. Dalam permohonan pendaftaran sertifikat Bachsan Mustafa. (1988). Hukum Agraria dalam
Hak Atas Tanah, Surat Girik merupakan salah persspektif. Bandung: Remadja Karya.
satu syarat permohonan tersebut. Kepastian
hukum terhadap surat girik sebagai dasar bukti Bernard Arief Sidharta. (2000). Refleksi tentang
pendaftaran sertifikat Hak Atas Tanah sangatlah Struktur ilmu hukum. Bandung: Mandar Maju.
jelas, melalui proses konversi atau Penegasan Boedi Harsono. (2008). Hukum Agraria Indonesia,
hak/Pengakuan Hak. Kepastian Hukum sejarah pembentukan undang-undang Pokok

-35-
Jurnal Nuansa Kenotariatan Volume 5 No.1 Juli 2019

agraria, isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djam- Keketir/Petuk D Sebagai Salinan Kohir Pajak
batan. Bumi

Intruksi Mentri Negara Agraria/Kepala Badan Per- .


tanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1998 tentang
Percepatan pelayanan pendaftaran Hak milik
atas Tanah untuk Rumah Tinggal. .
Intruksi Mentri Negara Agraria/Kepala Badan Per- .
tanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 Ten-
tang percepatan Pelayanan pendaftaran perali-
han Hak Atas Tanah.

Irma Devita Purnamasari. (2010). Hukum Pertanah-


an. Jakarta: Kaifa

Jimmy Joses Sembiring. (2010). Panduan Mengurus


sertifikat Tanah. Jakarta: Visi Media.

Keputusan Mentri Agraria/Kepala Badan Pertana-


han Nasional Nomor 6 Tahun 1998 tentang
pemberian hak milik Atas Tanah untuk rumah
tinggal.

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973


tentang Ketentuan-ketentuan mengenai Tata
Cara Pemberian Hak Atas Tanah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24


Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37


tahun 1998 tentang Peraturan Pejabat Pembuat
Akta Tanah.

Permeneg Agraria/Kepala BPN 3/1997 tentang keten-


tuan pelaksana PP No.24 Tahun 1997.

R. Suprapto. (1986). Undang-undang Pokok Agraria


Dalam Praktek. Jakarta: Mitra Sari.

Republik Indonesia. Undang-undang Dasar 1945

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 5 tahun


1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indo-


nesia Nomor 1 tahun 1958, tentang Penghapu-
san tanah Partekelir.

Sudarsono. (2005). Kamus Hukum. Jakarta: Rineka


Cipta

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor. SE-32/


PJ.6/1993 tentang Surat Lanjut Larangan Pener-
bitan Girik, Keketir,Petuk D, Keterangan Objek
Pajak (KP.PBB.41)

Surat Mentri Keuangan Republik Indonesia No-


mor.S-252/MK.04/1989 tentang Status Girik/

-36-

Anda mungkin juga menyukai