Anda di halaman 1dari 15

PEMETAAN SERTIPIKAT SECARA DIGITAL (PLOTTING) DALAM

MEMBERIKAN KEPASTIAN HUKUM TERHADAP HAK ATAS


TANAH

Alda Aulia Hidayati Arsyad, Universitas Jayabaya

Abstract

The research aims to determine the implementation of the digital certificate mapping
(plotting) policy in providing legal certainty for land rights. The research is empirical legal
research. This research was conducted at the Data and Information Center ofthe Ministry of
Agrarian and Spatial Planning/National Land Agency. The results showed that the
implementation of digital certificate mapping (plotting) was carried out by inputting manual
data of land certificates (both old certificates and newly issued certificates) into a digital
registration map application based on Global Positioning System technology which aims to
validate the correctness of certificate data. Where the results will show the validity of the
land parcel data according to the information in the certificate. In line with the negative land
registration publication system with a positive tendency in Indonesia, plotting does not
provide absolute legal certainty, but at least plotting can minimize the potential for land
disputes that can arise in the future, including double or overlapping certificates.

Keywords: Land, Plotting, Certificates, Land Rights

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan pemetaan sertifikat secara


digital (plotting) dalam memberikan kepastian hukum terhadap hak atas tanah. Penelitian
adalah penelitian hukum empiris. Penelitian ini dilakukan di Pusat Data dan Informasi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi pemetaan sertipikat secara digital (plotting) dilakukan
dengan menginput data manual sertipikat tanah ke dalam dalam aplikasi peta pendaftaran
digital yang berbasis teknologi Global Positioning System yang bertujuan memvalidasi
kebenaran dari data sertifikat sebagai validitas data bidang tanah telah sesuai keterangan di
sertifikat. Sejalan dengan sistem publikasi pendaftaran tanah negatif bertendensi positif,
plotting belum memberikan kepastian hukum secara absolut akan tetapi setidaknya plotting
dapat meminimalisir potensi sengketa tanah, di antaranya sertipikat ganda atau tumpang-
tindih.

1
Kata Kunci: Tanah, Plotting, Sertifikat, Hak Atas Tanah
A. PENDAHULUAN mata hak perdata, sama dengan hak milik
yang dipunyai perorangan. Sebelum
Dalam konteks negara, tanah sebagai
lahirnya hukum agraria kolonial, di
bagian permukaan bumi, mempunyai arti
Indonesia berlaku hukum tanah adat dan
yang sangat penting dalam kehidupan
hukum tanah swapraja. Hukum tanah adat
suatu bangsa, baik sebagai tempat atau
merupakan hukum asli, mempunyai sifat
ruang untuk kehidupan dengan segala
yang khas, di mana hak-hak perorangan
kegiatannya, sebagai sumber kehidupan,
atas tanah merupakan hak pribadi akan
bahkan sebagai suatu bangsa, tanah
tetapi di dalamnya mengandung unsur
merupakan unsur wilayah dalam
kebersamaan, yang dalam istilah modern
kedaulatan negara. Oleh karena itu, tanah
disebut fungsi sosial. Kebutuhan suatu
bagi bangsa Indonesia mempunyai
hukum agraria yang menjamin kepastian
hubungan abadi dan bersifat magis
dan perlindungan hukum hak-hak
religius, yang harus dijaga, dikelola, dan
masyarakat dirasakan sangat mendesak
dimanfaatkan dengan baik. Dengan
dan sejak tanggal 24 September 1960
demikian, diperlukan penanganan dan
ditetapkan Undang-undang Nomor 5
pengaturan yang serius dan seksama
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
(Limbong, 2012).
Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut
Dalam perjalanan sejarah bangsa UUPA). Undangundang ini lahir setelah
Indonesia, tanah telah menjadi salah satu melalui proses yang cukup lama, menganut
bagian dari pembangunan hukum yang unifikasi hukum dan berdasarkan hukum
menarik. Hal ini terutama karena sumber adat.
daya tanah langsung menyentuh kebutuhan
Dalam rangka menjamin kepastian hak dan
hidup dan kehidupan manusia dalam
kepastian hukum atas tanah, UUPA telah
segala lapisan masyarakat, baik sebagai
menggariskan adanya keharusan untuk
individu, anggota masyarakat dan sebagai
melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh
suatu bangsa (Sutedi, 2008). Asas domain
Indonesia (Ariandayu, A., & Karjoko, L.
sebagai dasar hukum memungkinkan
(2019). Di samping itu, terselenggaranya
Negara selaku pemilik tanah memberikan
pendaftaran tanah juga dimaksudkan
hak atas tanah kepada pihak lain dalam
terciptanya suatu pusat informasi
kedudukan sebagai badan hukum perdata.
mengenai bidang-bidang tanah sehingga
Jadi, bukan berkedudukan sebagai badan
pihak yang berkepentingan termasuk
penguasa. Hak negara tersebut semata-

2
Pemerintah dengan mudah dapat demikian sangat diperlukan adanya
memperoleh data yang diperlukan dalam jaminan kepastian hukum dan kepastian
mengadakan perbuatan hukum mengenai hak atas kepemilikan tanah. Untuk
bidang-bidang tanah dan satuan rumah mendapatkan jaminan kepastian hukum
susun yang telah terdaftar. dan kepastian hak atas kepemilikan tanah,
Terselenggaranya pendaftaran tanah secara maka masyarakat perlu mendaftarkan
baik merupakan dasar dan perwujudan tanah guna memperoleh sertifikat hak atas
tertib administrasi di bidang pertanahan tanah yang berfungsi sebagai alat
(Hermit, 2004). Adapun Sengketa agraria pembuktian yang kuat atas kepemilikan
di Indonesia telah sampai pada tahap yang hak atas tanah. Peraturan Menteri Agraria
mengkhawatirkan, baik dari segi jumlah dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
maupun bobot sengketanya. Menurut data Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang
tahun 2008 dari Konsorsium Pembaruan Surveyor Kadaster Berlisensi yang salah
Agraria (KPA) terdapat sekitar 1.753 kasus satu kebijakannya mengatur tentang
sengketa yang terjadi di 2.834 pemetaan sertifikat (plotting). Peraturan
Desa/Kelurahan, 1.355 Kecamatan dan Menteri ini disusun berdasarkan asas
286 Kabupaten/Kota. Sebagai gambaran, kepastian hukum, perlindungan hukum,
bila digabungkan ribuan kasus itu profesionalisme, transparansi, keadilan,
mencakup luas lahan sekitar 10.892.203 serta etika dan pertanggungjawaban.
Ha. Dengan intensitas konflik tertinggi di
Hasil survei dan pemetaan bidang tanah
Jabar (484 kasus), DKI Jakarta (175
harus memenuhi persyaratan: 1) Dapat
kasus), Jawa Timur (169 kasus) dan
dipetakan dalam Peta Dasar Pendaftaran;
Sulawesi Selatan (85 kasus).
2) Bentuk dan ukuran sesuai dengan
Akibat adanya persengketaan di bidang bentuk dan ukuran obyek sesungguhnya di
pertanahan dapat menimbulkan lapangan; 3) Dapat direkonstruksi batas-
konflikkonflik yang berkepanjangan antar batasnya di lapangan; 4) Tidak tumpang
warga masyarakat yang bersengketa tindih sebagian maupun seluruhnya dengan
(Maryana, 2016). Semuanya bermula dari hasil survei dan pemetaan sebelumnya.
pertanyaan-pertanyaan tentang siapakah Pemetaan bidang tanah adalah kegiatan
yang lebih berhak atas tanah tersebut, pengolahan data dan penggambaran hasil
sehingga para pihak berlomba-lomba pengukuran bidang-bidang tanah dengan
membuktikan bahwa merekalah yang lebih suatu metode tertentu pada media tertentu
berhak atas tanah tersebut. Dengan sehingga letak dan ukuran bidang tanahnya

3
dapat diketahui dari media tempat yang berbasis digital, sesuai dengan
pemetaan bidang tanah tersebut. Pelayanan instruksi Presiden agar pelayanan di
pendaftaran hak atas tanah di seluruh bidang pertanahan segera berbasis digital.
Kantor Pertanahan Indonesia mengalami Salah satunya adalah peta bidang tanah
perubahan dengan kebijakan yang berlaku digital (sebelumnya manual) yang dapat di
sejak September tahun 2016 tanpa adanya akses oleh masyarakat.
sosialisasi kepada pemohon/pengguna
Plotting (pemetaan sertifikat secara digital)
layanan Kantor Pertanahan. Kebijakan
sejatinya dapat lebih memberikan
tersebut mewajibkan setiap sertifikat yang
kepastian hukum kepada pemegang hak
akan di proses di Kantor Pertanahan di
atas tanah., sehingga tidak terjadi lagi
seluruh Indonesia, dilakukan Plotting
kasus tumpang tindih sertipikat, atau
(Pemetaan Sertipikat secara Digital).
sertipikat ganda yang selama ini masih
Pelayanan pendaftaran tanah di Kantor
sering terjadi karena pencatatan
pertanahan seperti Pengecekan sertifikat,
pendaftaran tanah masih manual.
Permohonan Surat Keterangan Pendaftaran
Pelaksanaan plotting khususnya di Kantor
Tanah (SKPT), Roya, Pendaftaran Hak
Pertanahan Kota Kendari, pemohon
Tanggungan, Pendaftaran Peralihan Hak
pendaftaran tanah baik oleh masyarakat
atas Tanah (Balik Nama), permohonan
umum (pemohon langsung), maupun dari
Informasi Zona Nilai Tanah (ZNT), dan
Notaris dan/atau Pejabat Pembuat Akta
beberapa pelayanan pertanahan lainnya
Tanah (PPAT), kebijakan plotting ini
tidak dapat diterima dan diproses sebelum
dianggap cukup menghambat dan
dilakukan Plotting sertifikat terlebih
cenderung mempersulit pelayanan
dahulu. Kebijakan ini menjadi kewajiban
pendaftaran dan peralihan hak atas tanah.
ini mutlak harus dijalankan, dan tidak
diberikan toleransi, karena sistem kerja Hal ini disebabkan karena plotting ini

online dari Kantor Pertanahan yang sudah membutuhkan proses yang cukup rumit

terintegrasi digital, tidak memperkenankan dan lama. Belum lagi petugas yang

penginputan data permohonan pendaftaran melayani proses plotting masih terbatas,

tanah apabila sertifikat yang akan diproses membutuhkan turun ke lokasi dan harus

statusnya belum pernah di plotting. melayani begitu banyak permohonan,


sehingga masih menjadi pekerjaan rumah
Kebijakan ini diberlakukan dalam rangka
yang panjang bagi BPN untuk melakukan
transformasi data fisik pertanahan yang
plotting dengan pelayanan yang cepat dan
sebelumnya masih manual ke dalam sistem
efisien. Tidak dapat dipungkiri, terdapat

4
kecenderungan bahwa plotting sertipikat C. PEMBAHASAN
belum mampu memberikan kepastian A. Implementasi Sistem Pemetaan
hukum terhadap pemegang hak atas tanah, Sertipikat Secara Digital (Plotting)
sebagaimana yang menjadi tujuan awal
Dalam sejarah perkembangannya, kegiatan
diadakannya peta digital bidang tanah,
survei dan pemetaan setelah masa
untuk memberikan kepastian hukum
Kemerdekaan Indonesia pertama kalinya
kepada pemegang hak atas tanah.
dilaksanakan berdasar Peraturan
B. METODE PENELITIAN Pemerintah Nomor 71 Tahun 1951 tentang
Pembentukan Dewan dan Direktorium
Penelitian adalah penelitian hukum empiris
Pengukuran dan Penggambaran Peta.
(empirical legal research). Kajian empiris
Selanjutnya, kegiatan survei dan pemetaan
adalah kajian yang memandang hukum
dipertegas lagi dengan Keputusan Presiden
sebagai kenyataan, mencakup kenyataan
Nomor 263 tanggal 7 September 1965
sosial, kenyataan kultur, dan lainnya.
tentang Pembentukan Dewan Survei dan
Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari
Pemetaan Nasional (Desurtanal) serta
Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan
Komando Survei dan Pemetaan Nasional
sasaran pada pihak-pihak yang merupakan
(Kosurtanal) sebagai pelaksana. Dalam
pihak pendukung dalam terciptanya
bidang agraria, berlakunya UUPA pada
kepastian hukum kepemilikan hak atas
tahun 1960 dengan Peraturan Pemerintah
tanah melalui pendaftaran tanah
Nomor 10 Tahun 1961 tentang
(sertipikat) di Pusat Data dan Informasi
Pendaftaran Tanah sebagai salah satu
Kementerian Agraria dan Tata
peraturan pelaksananya, mengatur bahwa
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kota
setiap tanah harus didaftarkan.
Kendari. Populasi dalam penelitian ini
adalah keseluruhan pihak yang terkait Pendaftaran tanah selain memuat data
dengan pendaftaran hak atas tanah terkait yuridis juga memuat data fisik yang
objek penelitian, yaitu Kantor Pertanahan diwujudkan dengan pemetaan bidang tanah
Kota Kendari dan masyarakat pemegang yang dilaksanakan oleh BPN. Dengan
hak atas tanah terkait. Penentuan sampel menggunakan teknologi yang manual pada
dilakukan dengan purposive sampling. saat itu, pelaksanaan pemetaan bidang
Data yang telah diperoleh melalui kegiatan tanah sejatinya telah mulai dilakukan
penelitian dianalisis secara kualitatif untuk setiap pendaftaran bidang tanah
kemudian disajikan secara deskriptif. sebagaimana yang dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

5
1951 tentang Pembentukan Dewan dan hemat penulis, program Plotting lahir
Direktorium Pengukuran dan untuk menjalankan tugas BPN yaitu
Penggambaran Peta. Berdasarkan memvalidasi dan integrasi data manual
wawancara penulis dengan Haeruddin, S.H bidang tanah menjadi sistem data yang
mengataan bahwa pemberlakuan berbasis peta digital sertipikat hak atas
mekanisme plotting sertipikat secara tanah. Haeruddin, S.H mengataan bahwa
digital telah diberlakukan sejak tahun penyimpanan data dan gambar bidang
2012. Program ini lahir untuk mendukung tanah secara manual hanya tersimpan pada
kebijakan pemerintah lewat Arah arsip buku tanah dan/atau peta blok tanah
Kebijakan Pembangunan Nasional pada pada setiap Kantor Pertanahan setempat
tahun 2010. Plotting merupakan salah satu yang menerbitkan sertipikat. Sehingga
implementasi kebjiakan Pemerintah salah satu sasaran pelaksanaan plotting
Republik Indonesia yang dilaksanakan secara digital ini menyasar data-data lama
BPN sebagai pemangku kebijakan di yang masih manual, sebagai langkah
bidang Pertanahan melalui Kantor pusat, penyelarasan dengan data yang sudah
Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan di terintegrasi sistem digital pada sistem
setiap daerah. Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP)
yang dimiliki BPN.
Sebagaimana tugas pokok BPN adalah
melaksanakan tugas pemerintah di bidang Penyelarasan antara data yang baru dengan
pertanahan sesuai dengan ketentuan data lama bidang tanah yang belum
peraturan perundang-undangan dan dalam terinput/tervalidasi ditindaklanjuti pihak
menjalankan tugasnya tersebut BPN BPN dengan melakukan pendataan ulang
berfungsi di antaranya: 1. Penyusunan dan yang dilanjutkan dengan validasi data
penetapan kebijakan di bidang pertanahan, kemudian diintegrasi ke dalam sistem
2. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan KKP melalui program PTSL (Pendaftaran
dibidang survei, pengukuran, dan Tanah Sistematis Lengkap). Dalam
pemetaan, 3. Perumusan pelaksanaan wawancara peneliti dengan Tageli Lase,
kebijakan di bidang penetapan hak atas dikemukakan bahwa dahulu pemetaan
tanah, pendaftaran tanah, dan sertipikat masih menggunakan sarana yang
pemberdayaan masyarakat, dan 4. sederhana (tradisional), dengan salah satu
Perumusan pelaksanaan kebijakan bidang kelemahannya adalah akurasi dari data
pengendalian dan penanganan sengketa tersebut, yang seringnya masih perlu untuk
dan/atau perkara pertanahan. Menurut ditinjau kembali. Berbeda dengan sistem

6
saat ini, seiring perkembangan zaman, pada Badan Pertanahan Nasional, yang
teknologi yang digunakan semakin diselaraskan dengan Program Kerja Badan
mutakhir dan canggih, sehingga dalam Pertanahan Nasional yakni Reformasi
akurasi data jauh semakin baik, hal ini Agraria di bawah pemerintahan Presiden
berdampak baik dalam menunjang kinerja Joko Widodo, sebagaimana Peraturan
pelayanan BPN kepada masyarakat dalam Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang
memberikan kepastian akan data tanah. Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu
Peta (KSP) pada Tingkat Ketelitian Peta
Pembaharuan sistem untuk menunjang
Skala 1:50.000 yang mengacu pada
efektifitas dari pemetaan tanah secara
referensi geospasial, satu standar, satu
Nasional dengan optimal. Plotting
basis data, dan satu geoportal guna
terhadap bidang tanah untuk sertipikat
percepatan pelaksanaan pembangunan
pada dasarnya merupakan implementasi
nasional, yang dikeluarkan pada tanggal 1
dari Program Kebijakan Satu Peta yang
Februari 2016.
menjadi program pemerintah secara
Nasional. Melalui Program Kebijakan One Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,
Map Policy (OMP) yang dipilih oleh menurut penulis karena plotting
pemerintah Indonesia sebagai bentuk merupakan kebijakan Nasional dari
upaya telaksananya tujuan daripada poin pemerintah dalam bidang Agraria melalui
pertama Isu Strategis di dalam Rencana Kantor Pertanahan maka BPN mempunyai
Pembangunan Jangka Menegah Nasional kewajiban untuk memplotting seluruh
(RPJMN) tersebut, Program Kebijakan bidang tanah di Indonesia. Hal ini
One Map Policy (OMP), dalam sekaligus merupakan bagian daripada
pelaksanaannya, kemudian melahirkan pelayanan kepada masyarakat yang
suatu sistem administrasi digital melalui menjadi tugas pokok dan fungsi BPN.
Badan Pertanahan Nasional dimana Idealnya pelaksanaannya harus dilakukan
penerapannya, diperkenalkan kepada dalam kurun waktu yang tidak terlalu
masyarakat sebagai mekanisme plotting lama, akan tetapi menurut Haeruddin S.H
yang dilaksanakan oleh Kantor secara kuantitas jumlah bidang tanah dan
Pertanahan, yang secara fungsionalnya sertipikat yang akan diplotting sangat
mengintegrasikan sistem pemetaan banyak, khususnya sertipikat lama (yang
konvensional (manual) menjadi sistem masih manual pembukuannya)
pemetaan modern (digital) atau yang juga menyebabkan dibutuhkan waktu yang
disebut sebagai Kebijakan Komputerusasi cukup lama untuk menginput bidang

7
sertipikat tersebut. Belum lagi hambatan- Menurut penulis, banyaknya jumlah
hambatan timbul, ketidaksesuain data fisik sertipikat tanah yang diterbitkan terhitung
dan data yuridis dengan data di lapangan. sejak berlakunya UUPA sejak tahun 1960
Oleh karena itu, pelaksanaan Kebijakan dengan salah satu wujud pelaksanaan
Satu Peta khususnya di bidang Pertanahan, adalah pendaftaran tanah, hingga tahun
merupakan tantangan yang cukup berat 2012 menjadi pekerjaan yang sangat berat.
bagi instansi BPN, ditambah dengan Melakukan pendataan kembali terhadap
respon masyarakat dalam menanggapi sertipikat manual yang telah diterbitkan
hadirnya program ini juga menjadi salah secara berkala lebih kurang 50 (lima
satu faktor kendalanya. Dalam wawancara puluh) tahun adalah tantangan besar dan
peneliti dengan Tageli, dikemukakan bukan pekerjaan yang mudah bagi Kantor
bahwa pelaksanaan plotting sertipikat pada Pertanahan. Disamping itu, arsip dan data-
kantor Pertanahan telah berjalan sejak data lama yang berusia puluhan tahun
tahun 2012, khususnya terhadap tidak dapat dijamin kondisinya masih
penerbitan sertipikat baru, baik secara layak dan aktual dijadikan bahan data.
sporadik maupun sistematis sudah mulai Adapun menurut Haeruddin, bahwa target
diplotting terlebih dahulu. Pada tahapan dari program pemerintah pusat
penerbitan sertipikat baru pelaksanaan sebagaimana yang tertuang di dalam
pengukuran tanah terlebih dahulu Rencana Pembangunan Jangka Menegah
diplotting sebelum diterbitkan surat ukur. Nasional (RPJMN), pemerintah
Sehingga terhitung sejak 2012, tidak ada menargetkan pada tahun 2024 telah dapat
lagi penerbitan sertipikat baru tanpa terlaksana secara menyeluruh, karena
melewati mekanisme plotting terlebih progress yang cukup lambat, maka untuk
dahulu. Lebih lanjut dikemukakan Tageli, dapat memenuhi target, salah satu cara
bahwa sejak saat itu pula Kantor percepatan Kebijakan Satu Peta khususnya
Pertanahan setiap daerah memulai di bidang Pertanahan adalah kebijakan
penginputan data fisik dan data digital perubahan pelayanan pendaftaran Hak atas
sertipikat lama secara berkala untuk tanah di seluruh Kantor Pertanahan
dikonversi menjadi data digital. Khusus Indonesia yang berlaku sejak September
untuk penginputan data-data sertipikat tahun 2016, berdasarkan Surat Edaran
lama, prosesnya telah berjalan tetapi Nomor 13/SE/XII/2017 tentang
progresnya cukup lambat, mengingat Pemanfaatan Aplikasi Layanan Pertanahan
jumlah sertipikat lama yang masih data “Sentuh Tanahku”. Kebijakan tersebut
manual sangat banyak jumlahnya. mewajibkan setiap sertipikat yang akan di

8
proses di Kantor Pertanahan harus di Secara umum perlindungan hukum dalam
Plotting terlebih dahulu tanpa kecuali. plotting tampaknya belum dapat
Sebelum September tahun 2016, pelayanan memberikan kepastian hukum secara
pendaftaran tanah tetap bisa diproses sempurna, hal ini disebabkan Plotting
meski tanpa dilakukan plotting terlebih online yang ditetapkan oleh pemerintah
dahulu. Lebih lanjut dikemukakan oleh sebagai kebijakan One Map Policy
Haeruddin, bahwa kebijakan ini menjadi sebagaimana yang tertuang di dalam arah
kewajiban ini mutlak harus dijalankan, dan kebijakan pembangunan Nasional dan visi
tidak diberikan toleransi, karena sistem pemerintah Indonesia dalam rangka
kerja Komputerisasi Kegiatan Pertanahan peningkatan pengelolaan Pertanahan dan
yang online dari Kantor Pertanahan yang administrasi Pertanahan yang dilaksanakan
sudah terintegrasi digital, tidak oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).
memperkenankan penginputan data
Pada pratiknya sejauh ini baru sebatas
permohonan pendaftaran tanah apabila
memberikan sistem administrasi yang
sertipikat yang akan diproses statusnya
terintegrasi secara digital online yang itu
belum pernah di plotting. Menurut penulis,
dimaksudkan sebagai media publikasi
meskipun kebijakan ini banyak menemui
terkait informasi status kepemilikan Hak
kritik dari masyarakat, karena dianggap
atas tanah, namun belum memberikan
menghambat pelayanan masyarakat, akan
kekuatan hukum yang bersifat pasti sebab
tetapi untuk jangka panjang sangat
tidak tersedianya regulasi yang mengikat
bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri,
pada rencana tersebut. dengan demikian
misalnya mencegah dan meminimalisir
media yang digunakan dalam hal ini peta
tumpang tindih sertipikat. Sehingga
digital tersebut terkesan menyediakan data
penting dilakukan kebijakan yang kurang
yang bersfiat inkonsten dikarenakan data
populis apabila ingin mencapai target
yang tersedia secara online dengan objek
digitalisasi yang lebih cepat. Hal ini dapat
lahan yang meski telah terplotting masih
dilihat dari meningkatnya inisiatif
dapat berubah. Pada kasus Kusno Ali,
masyarakat untuk plotting bidang tanah
pemilik sebidang tanah kosong
yang dimiliki.
sebagaimana termuat dalam Sertipikat Hak
B. Kepastian Hukum Sertipikat Hak
Milik 00137, Kelurahan Watubangga,
Atas Tanah Yang Telah Dilakukan
Kecamatan Baruga, Kota Kendari, seluas
Pemetaan Sertipikat Secara Digital
95.918 M2, tercatat atas nama Kusno Ali,
(Plotting)
yang tanah tersebut telah dibeli sejak tahun

9
1979, dan diterbitkan sertipikat untuk kemungkinan plotting yang dilakukan pada
pertama kalinya atas nama Kusno Ali pada saat kurang lengkap. Hanya berdasarkan
tahun 2007. Pada tahun 2010 sebagian keterangan dari pihak Kusno Ali meskipun
tanah dari Kusno Ali ± 20.000M2, tanpa peninjauan lapangan oleh petugas dari
sepengetahuan maupun persetujuan dari Kantor Pertanahan Kota Kendari. Akan
Pihak Kusno Ali, oleh Pihak Developer tetapi mungkin terkendala belum
telah dibangun Perumahan Pelangi Golf lengkapnya data dan kurangnya informasi
Garden. Pihak Developer mengklaim juga dari pihak lain sehingga Kantor Pertanahan
memiliki sertipikat atas tanah yang melakukan plotting atas permohonan
dibanguni perumahan tersebut. Atas Kusno Ali tersebut, meskipun terdapat
keterangan kedua belah pihak tersebut, indikasi tumpang tindih. Atas informasi
terdapat indikasi tumpang tindih sebagian dari Peneliti, Haeruddin mengucapkan
sertipikat milik Kusno Ali tersebut. terima kasih kepada peneliti, karena
Selanjutnya, pada tahun 2017 Kusno Ali informasi kasus dari penelitian ini Kantor
melakukan permohonan plotting pemetaan Pertanahan Kendari mendapatkan masukan
Sertipikat Hak Milik 00137/Watubangga informasi positif dari masyarakat. Pada
tersebut ke Kantor Pertanahan Kota saat itu juga dilakukan pengkajian kembali
Kendari, dan dari hasil plotting atas data plotting Sertipikat Hak Milik
menunjukkan keseluruhan peta digital 00137/Watubangga yang dilanjutkan
menunjukkan Kusno Ali adalah pemilik dengan pengecekan kembali di lapangan
sah atas 95.918 M2 sesuai dengan surat oleh Petugas Kantor Pertanahan. Setelah
ukur dalam sertifikat tersebut, termasuk pengumpulan pengkajian ulang data,
pula bagian tanah yang telah dibanguni Kantor Pertanahan melakukan perubahan
oleh Pihak Developer. Pada Peta Digital data plotting tanah milik Kusno Ali seperti
dari Aplikasi Digital Badan Pertanahan dapat dilihat pada perbandingan gambar 1.
Nasional, Sertipikat Hak Milik Pada gambar sebelah kiri, adalah gambar
00137/Watubangga tercatat atas nama hasil plotting sebelum peneliti melakukan
Kusno Ali, terlihat secara nyata terdapat penelitian. Tampak pada gambar plotting
bangunan pihak depelover. Menurut bentuknya masih sesuai dengan surat ukur
Haeruddin, bahwa benar pelaksanaan yang tertera dalam Sertipikat Hak Milik
plotting pada Sertipikat Hak Milik 00137/Watubangga. Sedangkan pada
00137/Watubangga milik Kusno Ali, telah gambar di sebelah kanan adalah gambar
dilakukan Petugas Kantor Pertanahan Kota plotting setelah peneliti memberikan
Kendari pada tahun 2017, namun informasi kepada Kantor Pertanahan Kota

10
Kendari, yang ditindaklanjuti dengan yang dimilikinya telah bersertipikat
melakukan perubahan gambar plotting. dengan status telah terplotting merasa telah
Tampak perubahan gambar plotting mempunyai kepastian hukum, ia sehingga
dengan tidak terplottingnya lagi tanah bermaksud membangun perumahan di atas
yang lokasi Perumahan Pelangi Golf lahan tersebut. Pekerjaan persiapan
Garden. Apabila objek plotting yang pembangunan perumahan telah
dimaksudkan terjadi klaim kepemilikan berlangsung, akan tetapi pada saat akan
dari pihak yang berbeda di waktu melakukan proses pemecahan sertipikat,
mendatang, sebagaimana contoh kasus ternyata permohonan ditolak/tidak dapat
yang ditampilkan oleh peneliti pada diproses oleh Kantor Pertanahan dengan
gambar di bawah ini dengan pemohon, alasan bidang tanah belum terplotting.
Kusno Ali pada Kecamatan Baruga, Penegakan hukum akan menjadi tidaklah
Kecamatan Watubangga, Kota Kendari. berjalan sebagaimana mestinya atau akan
Lain halnya dengan kasus yang dialami terganggu dalam perjalanan dan penegakan
oleh Abdul Rahim, pemilik sebidang tanah hukumnya. Masalah pokok penegakan
kosong sebagaimana termuat dalam hukum terletak kepada faktor-faktor yang
sertipikat Hak Milik 01088, Kelurahan mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
LepoLepo, Kecamatan baruga, Kota adalah pertama, faktor hukumnya, kedua
Kendari, seluas 7.131 M2 (tujuh ribu faktor penegak hukum, ketiga, faktor
serratus tiga puluh satu meter persegi), sarana atau fasilitas, keempat faktor
tercatat atas nama Abdul Rahim, yang masyarakat dan kelima faktor kebudayaan
mana tanah tersebut telah dibeli sejak (Soekanto, 2008). Sehingga penulis
tahun 1994, dan diterbitkan sertipikat berasumsi pentingnya dukungan regulasi
untuk pertama kalinya atas nama Abdul hukum yang secara eksplisit mengatur
Rahim pada tahun 1995. tentang plotting ini demi menjamin kinerja
optimal Kantor Pertanahan dalam
Pada tahun 2019 Abdul Rahim melakukan
menjalankan program kebijakan plotting
permohonan plotting pada Kantor
tersebut, mengingat perkembangan dan
Pertanahan Kota Kendari. Setelah
efektifitas dari pada program ini telah
pengambilan data di lapangan oleh petugas
cukup membuktikan manfaat positif baik
Kantor Pertanahan Kota Kendari, tanah
bagi masyarakat maupun pemerintah,
tersebut akhirnya terplotting dan dapat
sehingga dengan dukungan peraturan yang
diakses di aplikasi sentuh tanahku BPN.
tetap, mekanisme plotting ini tentu dapat
Abdul Rahim menganggap bahwa tanah
memberikan kepastian hukum yang

11
terintegrasi langsung dalam sistem instansi sistem modern (digital online) yang
Kantor Pertanahaan sehingga difungsikan sebagai media publikasi
dokumen/gambar situasi tersebut dapat terkait kepemilikan Hak atas tanah.
mewakilkan dokumen otentik/alas hak
Komponen pada media yang digunakan
yang berupa sertipikat. Sebagai sebuah
dalam hal ini peta digital dengan objek
sistem yang dirujuk sebagai infrastruktur
lahan yang telah terplotting pada
pelayanan publik (Patawari, P., Bakhri, S.,
prakteknya masih dapat berubah apabila
& Mery, L., 2020), tidak adanya regulasi
objek plotting yang dimaksudkan
hukum yang bersifat mengikat dalam
mendapat klaim kepemilikan dari pihak
kebijakan program plotting membuat
yang berbeda di waktu mendatang
program ini belum dapat memberikan
sehingga data-data yang telah terdistribusi
dampak penataan administratif yang lebih
sebagai informasi kepada masyarakat
baik dari sebelumnya bagi masyarakat dan
melalu instansi resmi pemerintah ini
pemerintah dalam mengadminstrasi data
justeru terkesan sebagai data atau
dengan lebih baik, meskipun demikian
informasi yang inkonsiten, yang mana
program yang sejatinya sejauh ini telah
tentunya hal ini dapat berpotensi
memberikan manfaat yang dinilai cukup
menimbulkan polemik perdebatan di
baik dalam peningkatan mutu pelayanan,
masyarakat. Sehingga pentingnya program
menurut penulis, akan menjadi suatu
ini dilandaskan dengan ketentuan-
perkembangan yang bertendensi baik
ketentuan hukum dalam pelaksanaan
dalam penataan sistem administratif dan
hingga penerapannya. Kecendrungan
sistem hukum apabila pemanfaatannya
permasalahan yang lain pula penulis
sebagai suatu media yang difungsikan
asumsikan dapat pula terjadi bila program
sebagai suatu langkah preventif hukum
ini tidak difaslitasi dengan ketentuan dan
dalam meminimalisir tingginya persentasi
mekanisme hukum dalam tata pelaksanaan
angka persoalan sengketa di waktu
plotting tersebut, ialah tendensi terbukanya
mendatang, plotting online yang
ruang dan kesempatan bagi para oknum
ditetapkan oleh pemerintah sebagai
untuk melakukan tindakan penyerobotan
kebijakan One Map Policy yang
lahan dengan menyalahgunakan sistem dan
dilaksanakan oleh Badan Pertanahan
data yang ada, sehingga akan sangat riskan
Nasional (BPN) pada prakteknya, sejauh
terjadi persoalan-persoalan yang tidak
ini hanya berdampak pada sistem
diinginkan di masa mendatang.
administrasi yang terintegrasi dari yang
dulunya konvensional (manual) menjadi

12
Penegasan dari pada penjelasan mengenai aplikasi peta pendaftaran digital yang
efektifitas pada sistem plotting ini, berbasis teknologi Global Positioning
menurut M. Yusuf, mengatakan bahwa System yang bertujuan memvalidasi
dengan adanya sistem ini persoalan kebenaran dari data sertifikat yang mana
mengenai tumpang tindih lahan yang hasilnya akan menunjukkan validitas data
umumnya terjadi dikarenakan induk data bidang tanah telah sesuai keterangan di
yang tidak tersentral dan tidak seakurat sertifikat. Efektivitas plotting secara umum
sistem teknologi digital, cenderung telah berjalan cukup efektif dengan
membuat tidak adanya sinkronisasi serta indikator kasus sertipikat tanah yang telah
perbanding data yang ada maka dengan terplotting kemudian bermasalah tidak
adanya sistem data dengan Margin of Error signifikan jumlahnya, dibandingkan
yang kecil ini sangatlah mendukung upaya dengan bidang tanah yang telah terplotting
menghindari kasalahan-kesalahan seperti dan tidak bermasalah. Sejalan dengan
yang terjadi di masa lalu oleh karena itu. sistem publikasi pendaftaran tanah negatif
Dengan keterangan tersebut, memperkuat bertendensi positif di Indonesia, plotting
asumsi peneliti bahwa inisiasi daripada belum memberikan kepastian hukum
program digital ini adalah langkah yang secara absolut karena masih dapat ditinjau
dipilih sebagai respon perbaikan dan kembali dikemudian hari jika terdapat
penataan sistem hukum dalam bidang kekeliruan ataupun terdapat pihak yang
pertanahan di Indonesia, demi keberatan atas validitas data hasil plotting
menciptakan efektifitas hukum yang lebih yang dapat membuktian sebaliknya, akan
baik dan memedai dengan menyelaraskan tetapi setidaknya plotting dapat
perkembangan teknologi dalam menunjang meminimalisir potensi sengketa tanah yang
perbaikan sistem administrasi pertanahan dapat timbul di kemudian hari diantaranya
sebagai respon pencegahan pelanggaran sertipikat ganda atau tumpang-tindih.
hukum yang sering terjadi dalam bidang
E. DAFTAR PUSTAKA
pertanahan di indonesia.
Buku :
D. KESIMPULAN
Limbong, B. (2012). Hukum Agraria
Implementasi pemetaan sertipikat secara Nasional, Jakarta : Margaretha
digital (plotting) dilakukan dengan Pustaka.
menginput data manual sertipikat tanah Sutedi, A. (2008). Peralihan Hak Atas
(baik sertipikat lama maupun sertipikat Tanah dan Pendaftarannya,
yang baru diterbitkan) ke dalam dalam Jakarta: Sinar Grafika.

13
Hermit, H. (2004). Cara Memperoleh Patawari, P., Bakhri, S., & Mery, L.
Sertipikat Tanah Hak Milik, (2020). Implementasi Penyediaan
Tanah Negara dan Tanah Pemda, Fasilitas Umum Fasislitas Sosial
Teori dan Praktek Pendaftaran Dalam Rangka Pembangunan
Tanah di Indonesia. Penerbit Perumahan Di Kawasan
Mandar Maju: Bandung. Pemukiman. Petitum.
Nurdewata, M.F. (2010). Penelitian Utami, R. A. (2018). Tumpang Tindih
Hukum Normatif Dan Empiris, Antara Izin Usaha Pertambangan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. dengan Hak Guna Usaha
Ali, A & Heryani, W. (2012). Menjelajahi Perkebunan. Justitia Jurnal
Kajian Empiris Tehadap Hukum, Hukum, 2(2).
Prenadamedia Group, Jakarta. Maryana, R. (2016). Penerapan Nilai
Irwansyah. (2020). Penelitian Hukum, Kearifan Lokal Dalam
Pilihan Metode dan Praktik Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Penulisan Artikel, Yogyakarta: PETITUM, 4(2 Oktober.
Mirra Buana Media. Peraturan Perundang-Undang :
Soekanto, S. (2008). Faktor – Faktor yang Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Mempengaruhi Penegakan Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Hukum, Jakarta: PT. Raja Nasional Nomor 33 Tahun 2016
Grafindo Persada. Peraturan Pemerintah Nomor 10
Jurnal dan Makalah : Tahun 1961 Tentang Pendaftaran
Ariandayu, A., & Karjoko, L. (2019). Tanah,
Implementasi Asas Terjangkau https://www.atrbpn.go.id/Publikas
Pendaftaran Tanah Di Kabupaten i/Peraturan-Perundangan/Peratura
Sukoharjo Untuk Mempercepat nPemerintah/peraturan-
Pensertifikatan Tanah. Jurnal pemerintah-nomor-10-tahun-
Repertorium, 6(1), 13. 1961-1021 Diakses tanggal 17
Artika, I. G. K., & Utami, W. (2020). Maret 2020
Percepatan Pembenahan Data Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Bidang Tanah Kluster 4 melalui Nomor 71 Tahun 1951 Tentang
Survei Data Pertanahan. BHUMI: Pembubaran "Raad En
Jurnal Agraria dan Pertanahan, Directorium Voor Het Meeten
6(1). Kaarteerrwezen" dan
Pembentukan "Dewan

14
Pengukuran dan Penggambaran Directorium Voor Het Meeten
Peta" dan "Direktorium untuk Kaarteerrwezen" dan
Pengukuran dan Penggambaran Pembentukan "Dewan
Peta Pengukuran dan Penggambaran
https://peraturan.bpk.go.id/Home/ Peta" dan "Direktorium untuk
Details/77836/pp-no-71-tahun- Pengukuran dan Penggambaran
1951 Diakses tanggal 17 Maret Peta
2020 https://peraturan.bpk.go.id/Home/
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 Details/77836/pp-no-71-tahun-
tentang Badan Pertanahan 1951 Diakses tanggal 17 Maret
Nasional. 2020
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 1951 Tentang
Pembubaran "Raad En

15

Anda mungkin juga menyukai