Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

MATA KULIAH HUKUM PERIKATAN DAN KONTRAK

Dosen: Dr. Felicitas Sri Marniati, S.H., SpN., M.Kn.

OLEH:
ALDA AULIA HIDAYATI ARSYAD
2021010461033

Program Studi Magister Kenotariatan


UNIVERSITAS JAYABAYA

Jl. Pulomas Selatan Kav. 23 Jakarta Timur


2021
Soal:

Berikanlah contoh terjadinya Subrogasi karena Undang Undang sebagaimana


dimaksud Pasal 1402 KUH Perdata.untuk masing-masing ayat dari Pasal tersebut.

Jawab:

Subrogasi terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada


kreditur (si berpiutang) baik secara langsung maupun secara tidak langsung yaitu
melalui debitur (si berutang) yang meminjam uang dari pihak ketiga. Pihak ketiga ini
menggantikan kedudukan kreditur lama, sebagai kreditur yang baru terhadap
debitur. Subrogasi yang timbul karena undang-undang, terjadi disebabkan adanya
pembayaran yang dilakukan pihak ketiga untuk kepentingannya sendiri dan seorang
kreditur melunasi utang kepada kreditur lain yang sifat utangnya mendahului. Oleh
karena itu Subrogasi menurut undang-undang terjadi tanpa perlu persetujuan antara
pihak ketiga dengan kreditur lama, maupun antara pihak ketiga dengan debitur  dan
persyaratannya ditentukan dari jenis peristiwa hukum yang telah ditentukan dalam
Pasal 1402 KUH Perdata:

a. Pasal 1402 ayat (1):


“Untuk seseorang yang, sedang ia sendiri orang berpiutang,melunasi seorang
berpiutang lain,yang berdasarkan hak-hak istimewa atau hipotik, mempunyai
suatu hak yang lebih tinggi.”

Contoh:
Suatu waktu terdapat seseorang bernama Yoga berhutang kepada teman-
temannya, yaitu: Yusri, Amin, Maulana, Zaki, Yoshua berjumlah masing-
masing Rp 2 juta rupiah. Yoga berhutang Rp 2 Juta rupiah kepada Yusri,
Amin, Maulana, Zaki, dan Yoshua. Kemudian Yusri melunasi hutang Yoga
kepada Amin sebesar Rp 2 juta, sehingga hutang Yoga kepada Amin telah
lunas. Lalu Yusri disebut menjadi kreditur preferen yaitu kreditur yang
memiliki hak pengambilan pelunasan terlebih dahulu dari pada kreditur lain
dan kreditur preferen itu tagihannya diistimewakan atau didahulukan daripada
tagihan-tagihan kreditur lain. Maka, jumlah hutang Yoga menjadi Yusri
sebesar Rp 4 Juta /Kreditur Preferen, Amin sebesar Rp. 2 juta, Maulana
sebesar Rp. 2 juta, Zaki sebesar Rp. 2 juta, dan Yoshua sebesar Rp. 2 juta.

b. Pasal 1402 Ayat (2):


“Untuk seseorang pembeli benda tak bergerak,yang telah memakai uang
harga benda tersebut untuk menulasi orang-orang berpiutang,kepada siapa
benda itu diperikatkan dalam hipotik.”
Adapun pengertian hipotik adalah penyerahan secara tertulis mengenai hak
atas harta benda tak bergerak untuk menjamin pembayaran suatu hutang
piutang dengan ketentuan bahwa penyerahan itu akan dibatalkan pada waktu
pembayaran.

Contoh:
Indra meminjam uang ke Bank Bukopin cabang Bogor sebesar 5 milyar
rupiah. Dengan jangka waktu 5 tahun Angsurannya sebesar 600 ratus juta
perbulan sudah termasuk dengan jaminan hutangnya Indra menjaminkan
SHM (sertifikat hak milik) No. 77 berikut rumahnya yg terletak di jalan Perintis
Kemerdekaan no 69 Ciomas, Bogor. Dengan sertifikat hak tanggungan dalam
bentuk hipotik dengan nilainya di taksir 7 milyar. Lalu dengan jaminan yang
sama Indra berhutang ke Bank BCA sebesar 1 milyar dan dibuatkan pula
sertifikat hak tanggungan berupa hipotik ke 2 di Bank BCA. Apabila semua
hutang Indra macet, baik di Bank Bukopin maupun di Bank BCA maka
jaminan tersebut berupa tanah dan rumah dalam sertifikat hal milik no 77 atas
nama Indra akan di lelangkan, maka Bank Bukopin adalah sebagai kreditur
preferen, dengan keistimewaannya yaitu mendapat pelunasan terlebih
dahulu. Dan Bank BCA adalah kreditur konkuren yang akan mendapat
pelunasan berikutnya setelah hutang Indra ke Bank Bukopin dibayar dengan
pelelangan jaminan tersebut. Kelebihannya adalah untuk pelunasan hutang
Indra (debitur) ke Bank BCA, jika terdapat sisa maka akan dikembalikan
kepada Indra sebagai si debitur.
c. Pasal 1402 ayat (3):
“Untuk seseorang yang bersama-sama dengan orang lain, diwajibkan
membayar suatu hutang, berkepentingan untuk membayar suatu
hutang,berkepentingan untuk melunasi hutang itu.”

Contoh:
Dimas adalah guru honorer daerah yang sedang membutuhkan uang untuk
membiayai pengobatan anaknya sebesar Rp 100 Juta dan ingin berniat untuk
meminjam uang kepada Pak Jamal sang Ketua RT terkaya di daerahnya.
Melihat hal tersebut, Edo sebagai kakaknya Dimas tergugah untuk membantu
Dimas melunasi hutangnya terhadap Pak Jamal dan pada akhirnya Edo dan
Dimas sama-sama memiliki kepentingan untuk melunasi utang sebesar Rp
100 Juta.

d. Pasal 1402 Ayat (4):


“Untuk seorang ahli waris yang, sedang ia menerima suatu warisan dengan
hak istimewa untuk mengadakan pencatatan tentang keadaan harta
peninggalan, telah membayar utang-utang warisan dengan uangnya sendiri.”

Contoh:
Suatu waktu terdapat seseorang yang bernama Nina yaitu anak tunggal dari
Pak Andrian dan kebetulan menjadi satu-satunya ahli waris dalam
keluarganya. Selang beberapa lama kemudian ayahnya, Pak Andrian,
meninggal dan Nina mendapatkan harta warisan Pak Andrian sebesar Rp 5
Milyar Rupiah. Namun setelah diadakan pembagian perhitungan harta gono-
gini, ternyata Pak Andrian memiliki utang sebesar Rp 1 Milyar. Pada akhirnya,
Nina yaitu sebagai ahli warisnya menjadi Debitur dan akan menggantikan
utang yang di miliki oleh Pak Andrian.

Anda mungkin juga menyukai