TINJAUANTENTANGPERJANJIANKREDIT, JAMINANKREDITDAN
KREDITPEMILIKANRUMAH(KPR)
2.1PerjanjianKredit
2.1.1 PengertianPerjanjianKredit
Perjanjian kredit terdiri dari 2 (dua) kata perjanjian dan kredit. Jadi, untuk
memberi pengertian perjanjian kredit harus dilihat terlebih dahulu pengertian dari
perjanjiandanpengertiandari kredit sebagaimanadikemukakansebagai berikut:
Perjanjian adalah hubungan hukum dari 2 (dua) orang atau lebih untuk
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Hubungan hukum
ini akan menimbulkan hak (right) pada salah satu pihak dan kewajiban (obligation)
padapihaklainnya.1 Definisi perjanjianberdasarkanPasal 1313KUHPerdatatersebut
sebenarnyatidaklengkap, karena hanyamengatur perjanjian sepihak danjuga sangat
luas karena istilah perbuatan yang dipakai akan mencakup juga perbuatan melawan
hukum.2 Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh para sarjana hukumperdata,
pada umumnya menganggap definisi perjanjianmenurut Pasal 1313 KUHPerdata itu
tidak lengkap dan terlalu luas. Menurut R. Wirjono Prodjodikoro mengartikan
perjanjian sebagai suatu hubungan hukummengenai harta benda antara kedua belah
pihak, dalammanasatupihakberhakuntukmenuntut pelaksanaanjanji itu.3
7 Purwahid Patrik, 2004, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, hal.46.
(selanjutnya disebut
8 Ibid.
PurwahidPatrikI).
9 Abdulkadir MuhammadI, op.cit, hal.229.
10 MuhammadDjumhana, op.cit, hal.217.
Bila dilihat pendapat para sarjana, tentang definisi dari kredit, ternyata
diantara para sarjana, memberi pengertian yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Seperti Savelberg sebagaimana dikutip oleh Edy Putra The Aman dalambukunya
Kredit PerbankanSuatuTinjauanYuridis memberi pengertiankredit, yaitu:
1. Sebagai dasar dari setiap perikatan (Verbintenis) dimana seseorang berhak
menuntut sesuatudari yanglain.
2. Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain
dengantujuanuntukmemperolehkembali apayangdiserahkanitu.11
Pendapat ini menjurus kepada pengertian kredit pada umumnya, hal ini
terlihat dari kata setiap perikatan. Kreditur percaya bahwa debitur mampu untuk
memenuhi perikatan yang disepakati baik perikatan atas uang, barang atau kedua-
duanya.
JA. LevydalamEdyPutraTheAmanmemberi pengertiankredit :
”Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara
bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan
pinjaman untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah
pinjamanitudibelakanghari.”12
Pendapat tersebut sudah menunjukkan arti yang lebih khusus, bahwa kredit
adalahperjanjianpinjamuang.
ImamSyakir memberikanpengertiankredit, yaitu:
”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan
lain pihak. Pihak peminjamberkewajiban melunasi hu13tangnya setelah jangka
waktutertentudenganjumlahbungayangditetapkan.”
14Widjanarto, 2003, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, PT. Balai Pustaka
UtamaGrafity. Jakarta, hal.119. (selanjutnyadisebut WidjanartoI).
”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
denganitu, berdasarkanpersetujuanataukesepakatanpinjammeminjamantara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjamuntuk melunasi
utangnyasetelahjangkawaktutertentudenganpemberianbunga.”
Dari kedua pengertian di atas terdapat perbedaan dalam pemberian kontra
prestasi yang akan diterima oleh bank seperti yang diatur dalam Undang-Undang
Perbankan Tahun 1992 kontra prestasi tersebut dapat berupa bunga, imbalan atau
hasil keuntungan sedangkan pada ketentuan baru, yaitu Undang-Undang Perbankan
Tahun 1998 kontra prestasi hanya berupa bunga saja. Hal yang melatarbelakangi
perubahan tersebut adalah mengingat kontra prestasi yang berupa imbalan bagi hasil
keuntungan merupakan kontra prestasi yang khusus terdapat dalam pembiayaan
berdasarkan syariah yang sangat berbeda perhitungannya dengan kontra prestasi
berupabungadalambankkonversional.
Berdasarkan pengertian perjanjian dan pengertian kredit tersebut di atas,
maka perjanjian kredit dapat diartikan sebagai perjanjian pinjam-meminjam uang
antara bank dengan pihak lain (nasabah) yang mewajibkan pihak peminjamuntuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu denganjumlah bunga, imbalan atau
pembagianhasil keuntungan.
Pengertian perjanjian kredit tidakditemukandalamUUPerbankan. Perjanjian
kredit menurut KUHPerdata adalah salah satu bentuk perjanjian pinjammeminjam
sebagaimana diatur dalamPasal 1754 sampai dengan 1769 KUHPerdata. Perjanjian
pinjamuang menurut Bab XIII buku III KUHPerdata Pasal 1754 KUHPerdata yang
berbunyi:
“Perjanjian pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak
yang satu memberikan kepada pihak yang lain, suatu jumlah tertentu barang-
barang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang
terakhir ini akan
15
mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu
yangsamapula.
Dengan demikian dari ketentuan di atas, dapat dikatakan bahwa perjanjian
pinjamuangitubersifat riil, hal ini tersimpul dari "kalimat pihakkesatumenyerahkan
uang kepada pihak lain dan bukan mengikatkan diri untuk menyerahkan uang.”16 Ini
berarti bahwa, perjanjianbaruterjadi setelah adanyapenyerahan uang. Selama belum
ada penyerahan uang, maka perjanjian dalam Bab XIII KUHPerdata belum dapat
diterapkan.
Mengenai pengertian perjanjian kredit, Mariam Darus Badrulzaman
berpendapat bahwa:
“Perjanjian kredit bank adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang.
Perjanjianpendahuluanini merupakanhasil dari permufakatanantarapemberi
dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum keduanya.
Perjanjian ini bersifat konsensual/obligatoir. Penyerahan uangnya sendiri
adalah bersifat riil, sedangkan pada saat penyerahan uang dilakukan barulah
berlakuketentuanyangmodel perjanjiankredit padakeduapihak.” 17
Mengenai pembakuan bentuk draft isi perjanjian kredit, antara bank sendiri
belum terdapat kesepakatan. Namun mengenai isi perjanjian kredit seperti
dikemukakan dalam oleh Hasanuddin, pada pokoknya selalu memuat hal-hal
berikut:22
1. Jumlahmaksimumkredit yangdiberikanolehbankkepadadebiturnya.
2. Besarnyabungakredit danbiaya-biayalainnya.
3. Jangkawaktupembayarankredit.
4. Ada dua jangka waktu pembayaran yang digunakan, yaitu jangka waktu
angsuranbiasanyasecarabulanandanjangkawaktukredit.
20 Sutarno, op.cit, hal.97.
21 Sutan Remy Sjahdeini, 2003, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang
Bagi Para22PihakDalamPerjanlianKredit di Indonesia, Tograf, Yogyakarta, hal.10-11
HasanuddinRahman, op.cit, hal.60.
5. Carapembayarankredit.
6. Klausulajatuhtempo(opeisbaar)
7. Barang jaminan kredit dan kekuasaan yang menyertainya serta persyaratan
penilaianjaminan, pembayaranpajakdanasuransi atas barangjaminan.
8. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh debitur, termasuk hak bank untuk
melakukanpengawasandanpembinaankredit.
9. Biayaaktadanbiayapenagihanhutangyangjugaharus dibayar debitur.
Perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian yang khusus baik oleh bank
sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit
mempunyai fimgsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan maupun
penatalaksanaankredit itusendiri.
Menurut Ch. Gatot Wardoyo,23 Perjanjian kredit rnempunyai beberapafungsi,
yaitudiantaranya:
1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit
merupakansesuatu yangmenentukanbatal, atautidakbatalnya perjanjian lain
yangmengikutinya, misalnyaperjanjianpengikat jaminan.
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasanbatasan dan
kewajibandi antarakreditur dandebitur.
3. Perjanjiankredit berfungsi sebagai alat untukmelakukanmonitoringkredit.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Perbankan,
perjanjian kredit dibuat secara kontraktual berdasarkan pinjammeminjamyang diatur
23 Mucdarsyah Sinungan, 1990, Kredit Seluk Beluk dan Pengelolaannya, Tograf, Yogyakarta,
hal.23.
dalam Buku III Bab 13 KUHPerdata. Oleh karena itu, ketentuan mengenai
berakhirnya perikatan dalamPasal 1381 KUHPerdata berlaku juga untuk perjanjian
kredit.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, maka perjanjian kredit bank berakhir
karenaperistiwa-peristiwaberikut:24
1. Pembayaran
Pembayaran (lunas) ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur, baik
pembayaran hutang pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya lainnya yang
wajibdi bayar lunas olehdebitur.
2. Subrogasi
Subrogasi oleh Pasal 1400 KUHPerdata disebutkan sebagai penggantian hak-
hak si berutang oleh seorang pihak ketiga yang membayar kepada si
berpiutang.
3. Novasi
Yang dimaksud pembaharuan hutang atau novasi di sini adalah dibuatnya
suatu perjanjian kredit yang baru untuk atau sebagai pengganti perjanjian
kredit yang lama. Sehingga dengan demikian yang hapus/berakhir adalah
perjanjiankredit yanglama.
4. Kompensasi
Pada dasarnya kompeusasi yang dimaksudkan oleh Pasal 1425 KUHPerdata,
adalahsuatukeadaandi manaduaorang/pihaksalingberutangsatusamalain,
yang selanjutnya para pihak sepakat untuk mengkompensasikan hutang-
piutangtersebut, sehinggaperikatanhutangtersebut menjadi hapus.25
28 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjadja, 2010, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT.
RajaGrafindo Perdasa, Jakarta, hal.14. (selanjutnyadisebut Kartini Muljadi danGunawanWidjadjaI)
29 A. QiramSyamsudinMeliala, op.cit, hal.20.
sendiri atau meminta ditetapkannya suatu perjanjian suatu janji dari pada
untukdirinyasendiri”.
30 R. Subekti, 1992, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, hal. 4. (selanjutnya
disebut R. Subekti III).
Untuk menentukan dapat atau tidak dapat seseorang sebagai
komparandalamakta PPAT-notaris dpat dilihat dari syarat kecakapan untuk
membuat perjanjian.
Pasal 1329KUHPerdatamenyebutkanbahwasetiaporangadalahcakapuntuk
membuat suatu perjanjian dengan ketentuan oleh undang-undang tidak ditentukan
lainyaituditentukansebagai orangyangtidakcakapuntukmembuat suatuperjanjian.
Selanjutnya Pasal 1330 KUHPerdata menyebutkan bahwa orang yang tidak cakap
membuat perjanjian:
1. Orangyangbelumdewasa
2. Merekayangberadadi bawahpengampuan/perwaliandan
3. Orang perempuan/isteri dalamhal telah ditetapkan oleh Undang-undang dan
semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjiantertentu.31
Mengenai orang yang belumdewasa diatur dalamPasal 1330 KUHPerdata,
dinyatakan bahwa ”belumdewasa adalah mereka yang belummencapai umur genap
21 (dua puluh satu) tahun dan sebelumnya belumkawin”. Apabila perkawinan itu
dibubarkannyasebelumumur merekagenap 21(dua puluhsatu) tahun, maka mereka
tidak kembali lagi dalamkedudukanbelumdewasa.32 Namun dalamUUJN, Pasal 39
dan 40 dinyatakan untuk penghadap dan saksi paling sedikit berumur 18 tahun atau
telah menikah. Dalam hal ini cakap bertindak untuk keperluan khusus. Selanjutnya
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya
31 MariamDarus Badrulzaman, 2001, Kompilasi HukumPerikatan, PT. Citra Adiyta Bakti,
Bandung,32hal. 78. (selanjutnyadisebut MariamDarusBadrulzamanII).
Ibid.
disebut UU Perkawinan) dinyatakan cukup umur untuk kawin adalah 18 tahun.
Sehingga apabila seseorang belum berusia genap 21 tahun tetapi telah kawin
menimbulkan konsekuensi menjadi cakap bertindak. Dengan demikian dasar usia
cakapuntukbertindak, jikatidakuntukkeperluankhusus (telahdiatur dalamundang-
undang tertentu) maka usia yang dipakai adalah dua puluh satu tahun atau telah
menikahberdasarkanPasal 1330KUHPerdata.
Mengenai pengampuan/perwalian telah diatur dalam Pasal 433 dan 345
KUHPerdata, bunyinyasebagai berikut:
Pasal 433KUHPerdata:
”Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalamkeadaan dungu, sakit otak
atau matagelapharus ditaruh di bawa pengampuan, walaupunjikaia kadang-
kadangcakapmenggunakanpikirannya. Seorangdewasabolehjugaditaruhdi
bawahpengampuankarenakeborosannya.”
Pasal 345KUHPerdata:
”Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia maka perwalian
terhadap anak-anak kawin yang belumdewasa, demi hukumdipangku oleh
orang tua yang hidup terlama, sekadar ini tidaktelah dibebaskan atau dipecat
dari kekuasaanorangtuanya.”
Selanjutnya untukmenjelaskantentang orangperempuan/istri undang-undang
telah melarang perempuan/istri untuk membuat persetujuan-persetujuan tertentu. Hal
ini diatur juga dalam Pasal 108 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa seorang
perempuanyang bersuami dilaranguntukmembuat suatuperjanjiantanpaizin(kuasa
tertulis) dari suaminya. Namun hal ini menjadi tidak berlaku dengan adanya Pasal 31
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatur hak dan
kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalammasyarakat termasuk
untukmembuat perjanjian.
Subekti menjelaskan bahwa dari sudut keadilan, perlulah bahwa orang yang
membuat suatu perjanjian dan nantinya akan terikat oleh perjanjian itu, mempunyai
cukup kemampuan untuk menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang
dipikulnya dengan perbuatannya itu. Sedangkan dari sudut ketertiban hukum, karena
seorang yang membuat suatu perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya,
maka orang tersebut haruslah seorang yang sungguh-sungguh berhak bebas berbuat
denganhartakekayaannya.33
Contohnya seoang anak yang berusia 15 tahun yang berarti belum dewasa
ataubelumcakapmembuat perjanjiantidakbisamenjual rumahnya, meskipunrumah
tersebut atas nama yang besangkutan. Masih diperlukan orang tuannya sebagai wali
yangbertanggungjawabatas perbuatanhukumanaktersebut.
Persyaratanadanyakatasepakat merupakansalahsatusebabyangmelahirkan
akta otentik PPAT-Notaris. Kata sepakat berarti persesuaian kehendak, maksudnya
memberikan persetujuan atau kesepakatan. Jadi sepakat merupakan pertemuan dua
kehendak dimana kehendak pihak yang satu saling mengisi dengan apa yang
dikehendaki pihaklaindankehendaktersebut salingbertemu.
Menurut Subekti,34 yang dimaksud dengan kata sepakat adalah persesuaian
kehendak antara dua pihak yaitu apa yang dikehendaki oleh pihak ke satu juga
dikehendaki oleh pihaklain dan kedua kehendak tersebut menghendaki sesuatu yang
sama secaratimbal balik. Dijelaskanlebih lanjut bahwa dengan hanyadisebutkannya
33 R. Subekti III, op.cit, hal.7.
34 R. Subekti III, op.cit, hal. 4.
“sepakat” saja tanpa tuntutan sesuatu bentuk cara (formalitas) apapun sepertinya
tulisan, pemberian tanda atau panjer dan lain sebagainya, dapat dikatakan bahwa
bilamana sudah tercapai sepakat itu, maka sahlah sudah perjanjian itu atau
mengikatlah perjanjian itu atau berlakulah ia sebagai Undang-undang bagi mereka
yangmembuatnya.
J. Satrio,35 menyatakan, katasepakat sebagai persesuaiankehendakantaradua
orang di mana duakehendaksaling bertemu dankehendaktersebut harus dinyatakan.
Pernyataan kehendak harus merupakan pernyataan bahwa ia menghendaki timbulnya
hubungan hukum. Dengan demikian adanya kehendak saja belummelahirkan suatu
perjanjian karena kehendaktersebut harus diutarakan, harus nyata bagi yang lain dan
harus dimengerti olehpihaklain.
Di dalamKUHPerdata tidak dijelaskan mengenai kata sepakat ini, tetapi di
dalamPasal 1321 KUHPerdata ditentukan syarat bahwa tidak ada sepakat yang sah
apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya karena dengan
paksaan atau penipuan. Dari pasal ini dapat disimpulkan bahwa terjadinya kata
sepakat antara masing-masing pihak harus diberikan secara bebas atau tidak boleh
ada paksaan, kekhilafan dan penipuan. Menurut Subekti,36 yang dimaksud paksaan
adalah paksaan rohani atau paksaan jiwa (psychis) jadi bukan paksaan badan (fisik).
Selanjutnya kekhilafan terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal yang
pokok dari apa yang diperjanjikan atau tentang sifat-sifat yang penting dari barang
yang menjadi objek perjanjian. Kekhilafan tersebut harus sedemikian rupa sehingga
seandainyaorangitutidakkhilaf mengenai hal-hal tersebut iatidakakanmemberikan
35 J. Satrio, 1993, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung,36hal. 129.
R. Subekti III, op.cit, hal. 23-24.
persetujuan. Kemudian penipuan terjadi apabila satu pihak dengan sengaja
memberikan keterangan-keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan tipu
muslihat unuk membujuk pihak lawannya memberikan perizinannya. Dengan
demikian suatu perjanjian yang kata sepakatnya didasarkan paksaan, kekhilafan,
penipuan maka perjanjianitu di kemudianhari dapat dimintakan pembatalannya oleh
salahsatupihak.37
Contohnya suatu kehendak yang melahirkan kata sepakat yang tidak sah
karena adanya ancaman. Seorang pemegang hak atas yang terpaksa menyetujui
tanahnya untuk dijual dan di jadikan mall setelah yang bersangkutan diancam-ancam
dan diteror oleh pemilik mall yang biasanya pengusaha besar yang menggunakan
berbagai caraagar kehendaknyadapat diwujudkan.
Selanjutnya syarat adanya suatu hal tertentu mensyaratkan tidak semua
barang/benda boleh dijadikan obyek perjanjian dalam akta otentik PPAT-Notaris.
Suatu hal tertentu dalam suatu perjanjian ialah objek perjanjian. Objek perjanjian
adalahprestasi yangmenjadi pokokperjanjianyangbersangkutan. Prestasi itusendiri
bisa berupa perbuatan untuk memberikan suatu, melakukan sesuatu atau tidak
melakukansesuatu.
Di dalam Pasal 1333 ayat (1) KUHPerdata menyebutkan bahwa suatu
perjanjian harus mempunyai suatu hal tertentu sebagai pokok perjanjian yaitu barang
yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Mengenai jumlahnya tidak menjadi masalah
asalkandi kemudianhari ditentukanPasal 1333ayat (2) KUHPerdata.
40 Salim H.S, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal.26.
Agunan manjadi salah satu unsur jaminan kredit, maka apabila berdasarkan
unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan nasabah debitur
mengembalikan hutangnya, agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak
tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Dalamdunia perbankan ada
limafaktor yang digunakan untukpenilaianterhadap debitur, faktor tersebut terkenal
dengansebutan, “TheFiveof Credit Analysis”atauprinsip5C’s (character, capacity,
capital, collateral danconditioneconomy).41
Cara penilaian ini bukanlah hal yang baru, karena dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan telah mengaturnya dan bank
telah mempraktekkannya selama ini. Meskipun demikian perlu dibahas satu persatu
kelimafaktor di atas. MuhammadDjumhanamenjelaskanapayangdimaksuddengan
5C, sebagai berikut:42
1. Character, sifat-sifat calondebitur seperti kejujuran, perilakudanketaatannya
guna mendapat data-data mengenai debitur tersebut maka bank dapat
rnelakukannya dengan mengumpulkan informasi dari referensi hank yang
lain).
2. Capital (pemodalan), hal yang menjadi perhatian dari segi pemodalan ini
yaitu tentang besar dan struktur modal termasuk kinerja hasil dari modal itu
sendiri dari perusahaan apabila debiturnya adalah perusahaan, dan segi
pendapatannyabiladebiturnyamerupakanperorangan.
41 Habib Adjie, 2000, Hak Tanggungan sebagai Lembaga Jaminan Atas Tanah, Mandar
Maju, Bandung, hal.1.
42 MuhammadDjumhana, op.cit, hal.236.
3. Capacity (kemampuan), perhatian yang diberikan terhadap kemampuan
debitur yaitumenyangkut kepemimpinandankinerjanyadi perusahaan.
4. Collateral (agunan), kemampuan si calon debitur memberikan agunan yang
baiksertamemiliki nilai baiksecarahukumrnaupunsecaraekonomi.
5. Condition of economi (kondisi perekonomian), yaitu segi yang cepat berubah,
yang menjadi perhatian meliputi kebijakan pemerintah, politik sosial budaya,
dansegi lainnyayangdapat mempengaruhi kondisi ekonomi itusendiri.
Condition of Economi, melihat aspek ekonomi dari lingkungan sekitar calon
debitur seperti kondisi perekonomian nasional, tingkat inflasi, dan prospek dari
industri yang digeluti. Di samping jaminan khususnya yang ada dalamUUP, bahwa
bank(kreditur), memperolehjaminanlainyangdiatur dalamPasal 1131KUHPerdata
yang menjelaskantentangjaminan umum, bahwa segala kebendaan si berutang, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, maupun yang sudah ada maupun yang
akanadakemudianhari, menjadi tanggunganuntuksegalaperikatanperseorangan.
2.2.3 TujuanJaminan
Tujuan jaminan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari bank. Jaminan ini
diserahkan oleh debitur kepada bank. Dengan demikian, pembebanan jaminan yang
dilakukan oleh debitur bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau
lembaga keuangan non-bank. Pemberian kredit merupakan pemberian uang
berdasarkan kepercayaan, dalamarti bank atau lembaga keuangan non-bank percaya
bahwadebitur sanggupuntukmengembalikanpokokpinjamandanbunganya.
Oleh karena itu pemberian jaminan atau agunan dalamkegiatan perbankan
bertujuan untuk mengamankan dana pihak ketiga yang di kelola oleh bank yang
bersangkutan, selain itu juga untuk memenuhi ketentuan perkreditan yang
dikeluarkan oleh Bank Sentral.44 Bank pemberi kredit dituntut untuk setiap waktu
memastikan bahwa jaminan yang diterima memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh aspek
yuridis yang berkaitan dengan pengikatan jaminan kredit telah memenuhi syarat dan
mampumemberikanperlindunganyangmemadai bagi bankselakukreditur.
Adapunsyarat-syarat ekonomis yangharus diperhatikanolehdebitur di dalam
melakukanpinjamankredit kepadabank, misalnyajaminanatauagunantersebut juga
mudah diperjualbelikan dan kondisi atau lokasi agunan cukup strategis serta tidak
cepat rusak. Sedangkan syarat yuridis yang harus diperhatikan, misalnya agunan
44 Abdulkadir Muhammad, 2003, Jaminan dan Fungsinya, Gema Insani Pers, Bandung, hal.
27. (selanjutnya disebut Abdulkadir MuhammadII).
tersebut lebih baik milik debitur sendiri dan dalamkekuasan debitur, agunan tidak
dalam sengketa, ada bukti kepemilikannya, dan masih berlaku serta memenuhi
persyaratan untuk dapat diikat sebagai agunan (tidak sedang dijaminkan pada pihak
lain).45
2.3TinjauantentangKredit PemilikanRumah(KPR)
2.3.1 PengertianKredit PemilikanRumah(KPR)
Pengertian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tidak ada yang baku, ada yang
mendefinisikan KPR adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan
kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah.
Adapula yang mengartikan KPR sebagai salah bentuk dari kredit consumer yang
dikenal dengan “Housing Loan” yang diberikan untuk konsumen yang memerlukan
papan, digunakan untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumah tangga dan tidak
49 Johannes Ibrahim, 2004, Mengupas Tuntas Kredit Komersial Dalam Perjanjian Kredit
Bank (Perspektif Hukum dan Ekonomi), Penerbit Mandar Maju, Bandung, hal.229. (selanjutnya
disebut Johannes IbrahimII).
50 Slamet Ristanto, 2000, Mudah Meraih Dana KPR (Kredit PemilikanRumah), ANDI,
Yogyakarta, hal.20.
51 Ibid, hal.11.
Pada dasarnya bank dalammenyalurkan dana atau kredit harus didasarkan
kepada adanya suatu jaminan. Demikian juga dengan jaminan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR), jaminan tersebut berupa rumah yang dibeli dengan kredit yang
bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan jaminan dalam pemberian kredit
menurut Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit yaitu
keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
diperjanjikan. Sedangkan memperoleh keyakinan tersebut maka bank sebelum
memberikan kreditnya harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, danprospekusahadari debitur.52
Agunan merupakan jaminan tambahan yang diperlukan dalamhal pemberian
fasilitas kredit. Hal demikiansesuai dengantermuat dalamPasal 1angka23Undang-
Undang Perbankan yaitu bahwa agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan
nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit. Dalam hal
pemberian fasilitas kredit ini pada hakekatnya agunan lebih dominan atau yang
diutamakan, sehinggasebenarnya agunanlebih dipentingkan daripadahalnya sekedar
jaminan yang berupa keyakinan atas kemampuan debitur, untukmelunasi hutangnya.
Hal demikian sangatlah mendasar karena jaminan merupakan hal yang abstrak,
dimana penilaian sangatlah subyektif, berbeda dengan agunan apabila terjadi suatu
wanprestasi dari debitur atau adanya kredit yang bermasalah maka bank dengan
segeradapat mengkonversikankepadasejumlahuang.53
58 Ibid.