Anda di halaman 1dari 3

pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa

dijadikan jaminan.

5. Condition (analisa kondisi atau keadaan)

Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi

yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat

tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi

ekonomi dengan usaha calon debitur.7

2.1.6 Perjanjian Kredit

Dalam sebuah proses pemberian kredit, dibuat dokumen perjanjian kredit

yang berisi segala hal terkait hak dan kewajiban dari kreditur dan debitur.

Pembuatan perjanjian kredit didasarkan pada ketentuan Pasal 1754 KUH Perdata,

yang berbunyi:

”Pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu


memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang
yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan
keadaan yang sama pula”.

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil

sedangkan perjanjian jaminan adalah tambahan (assesoir). Ada atau berakhirnya

perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah bahwa

perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah

kreditur.8

7
Harun Badriyah, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, (Jakarta: Suka Buku, 2010),
halaman 34.
8
Ibid., halaman 36.

21
Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pemberi kredit dan

penerima kredit wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Pasal 1313 KUH

Perdata menyebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Perjanjian kredit dapat diartikan sebagai suatu kesepakatan atau persetujuan

antara kreditur dan debitur dalam hal penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, yang mewajibkan pihak lain (khususnya debitur) untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga kepada

kreditur (sesuai kesepakatan) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.9

Perjanjian kredit seperti bentuk perjanjian pada umumnya, juga harus dapat

memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya perjanjian,

yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;


b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. Suatu hak tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.

2.1.7 Hapusnya Perjanjian Kredit

Berdasarkan ketentuan Pasal 1381 KUHPerdata suatu perjanjian dapat hapus

karena:

1) Pembayaran atau pelunasan;


2) Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyipanan atau penitipan;
3) Novasi atau pembaruan utang;
4) Kompensasi atau penjumpaan utang;
5) Pencampuran utang;
6) Pembebasan utangnya;

9
Raharjo, op.cit., halaman 6.

22
7) Musnahnya barang yang terutang;
8) Kebatalan atau pembatalan;
9) Berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab ke suatu buku ini;
10) Lewatnya waktu, hal mana akan diatur dalam suatu bab tersendiri.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Bank

2.2.1 Pengertian Bank

Bank menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan adalah badan usaha yang menghimnpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Secara sederhana dapat dikatakan bank adalah suatu badan usaha yang

berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan. Bank juga merupakan

badan usaha yang berbentuk badan hukum sehingga secara yuridis adalah

merupakan subyek hukum yang dapat mengikatkan diri dengan pihak ketiga.10

2.2.2 Jenis-jenis Bank

Dari segi fungsi dibedakan menjadi 4 jenis bank yaitu:11

a. Bank Sentral, yaitu bank yang memperoleh hak untuk mengedarkan uang

logam ataupun uang kertas.

b. Bank Umum yaitu bank yang didalam usahanya mengumpulkan dana

terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito. Didalam

usahanya bank umum terutama memberikan kredit berjangka pendek.

10
Sembiring Sentosa, Hukum Perbankan, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm 2.
11
Usman Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hlm 64.

23

Anda mungkin juga menyukai