Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN


KREDIT

NURMAN HIDAYAT / D101 07 022

ABSTRAK
Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam pemberian kredit. Tanpa perjanjian kredit yang ditanda tangani oleh
bank dan debitur, maka tidak ada perjanjian kredit tersebut. Perjanjian kredit
merupakan ikatan atau hubungan hukum antara debitur (berhutang) dan
kreditur (pemberi hutang) yang isi mengatur tentang hak dan kewajiaban
kedua belah pihak, perjanjian ini biasanya diikuti dengan perjanjian “jaminan
penanggungan” (perorangan). Setiap perjanjian kreditur dan debitur,
memberikan kepastian hukum untuk pengajuan dan pemberian kredit, maka
dalam pemberian kredit tersebut bank selalu meminta jaminan perorangan dan
kepada debitur, jaminan yang diminta oleh pihak bank sesuai dengan kredit
yang diajukan dan pihak bank juga meminta jaminan penanggungan terhadap
utang tersebut, jaminan ini biasanya disebut jaminan perorangan atau
melakukan perjanjian dengan pihak ketiga guna demi kepentingan debitur
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya. Jaminan ini timbul dari
perjanjian antara kreditur dan pihak ketiga, jaminan penanggung kredit
merupakan hak relatif yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap
orang tertentu yang terkait dalam perjanjian tersebut dan bertindak sebagai
penjamin dalam pemenuhan kewajiban debitur apabila debitur cidera janji
(wanprestasi). Tujuan memberikan jaminan penanggungan (perorangan) untuk
melindungi kreditur pada resiko kerugian diakibatkan debitur wanprestasi.
Dalam hal ini, kedudukan penanggung sama dengan debitur, oleh sebab itu
penanggung bisa ditagih untuk membayar utang debitur, akan tetapi tanggung
jawab penanggung dalam perjanjian kredit hanya menanggung sebagian utang
debitur dari perutangan pokok, artinya bahwa, penanggung tidak mengikatkan
diri untuk menanggung atau membayar utang pokok debitur yang wanprestasi.
Pihak ketiga atau Penanggung hutang debitur ini dilakukan karena ada
hubungan keluarga, hubungan bisnis, atau hubungan pertemanan baik dan
saling mempercayai satu sama lain.

Kata Kunci : Perjanjian Kreditur dan Debitur, Wanprestasi, Penanggung


Hutang

I. PENDAHULUAN kebutuhan jasa perbankan masyarakat.1


A. Latar Belakang Lembaga tersebut sebagai perantara pihak-
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan
Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah pihak-pihak yang kekurangan dana atau
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun memerlukan dana. Dengan demikian fungsi
1998 Tentang Perbankan mengatur tentang
kelembagaan operasional bank komersial di
Indonesia, yaitu bank berfungsi melayani 1
M. Bahsan, Hukum Jaminan Dan Jaminan
Kredit Perbankan Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, Hlm 73
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

utama bank yaitu menerima dan menyalurkan Jaminan yang diminta oleh bank sesuai
kredit dari dan untuk masyarakat.2 dengan kredit yang diajukan, kadangkala bank
Pemberian kredit adalah kegiatan yang juga meminta jaminan penanggngan terhadap
sah bagi Bank Umum dan Bank Prekreditan hutang tersebut. Salim HS,4 membedakan
Rakyat. Kedua bank tersebut merupakan jaminan menjadi dua yaitu; yang pertama
badan usaha penyalur dana kepada masyarakat jaminan kebendaan (jaminan materil) dan
dalam bentuk pemberian kredit.3 Dalam Pasal kedua jaminan perorangan (Jaminan
1 angka II Undang-undang Perbankan inmateril). Jaminan perorangan adalah
dirumuskan pengertian kredit sebagai berikut : jaminan yang menimbulkan hubungan
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan langsung pada orang tertentu, hanya dapat
yang dapat dipersamakan dengan itu, dipertahankan terhadap debitur tertentu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan terhadap harta kekayaan debitur umum.5
pinjam meminjam antara bank dengan pihak Jaminan perorangan (penanggung)
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk merupakan suatu perjanjian dengan mana
melunasi hutangnya setelah jangka waktu seorang pihak ketiga, guna kepentingan si
tertentu dengan pemberian bunga”. berhutang mengikatkan diri untuk memenuhi
Perjanjian kredit merupakan salah satu perikatan debitur. Jaminan ini timbul dari
aspek yang sangat penting dalam pemberian perjanjian antara kreditur dan pihak ketiga, hal
kredit. Tanpa perjanjian kredit yang ditanda tersebut dilakukan untuk menjaga atau
tangani oleh pihak kreditur dan debitur, maka mengantisipasi kemungkinan debitur cidera
tidak ada perjanjian debitur tersebut. janji (wanprestasi), maka dalam hal ini
Perjanjian ini merupakan ikatan atau jaminan perorangan atau pihak ketiga
hubungan hukum yang didalamnya ada bertindak sebagai penjamin dalam pemenuhan
kesepakatan-kesepakatan mengenai hak dan kewajiban debitur. Istilah jaminan perorang
kewajiban kedua pihak sehubungan dengan berasal dari kata borgtocht (penanggungan)
pemberian kredit, dan biasanya perjanjian dan ada juga yang menyebut dengan jaminan
kredit, selain jaminan berupa barang ataupun inmateri.
benda yang dapat di nilai dengan uang, B. Rumusan Masalah
biasanya perjanjian kredit diikuti dengan 1. Bagaimana tanggung jawab penanggung
perjanjian jaminan perorang (penanggungan), dalam perjanjian kredit apabila kredit
setiap perjanjian kredit antara bank dengan macet?
debitur, memberikan kepastian hukum untuk 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi
pengajuan dan pemberian kredit, maka dalam dalam merealisasikan tanggung jawab
pemberian kredit tersebut pihak bank meminta penanggung sebagai akibat tidak dilunasi
jaminan terebut. hutang debitur?
Kredit yang diberikan oleh bank,
mengandung resiko, dalam pemberian kredit II. PEMBAHASAN
bank harus memperhatikan atau menilai Ketentuan Pasal 1820 Kitab Undang-
terlebih dahulu tentang kesanggupan dan Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang
kemampuan debitur untuk melunasi menyebutkan bahwa “Penanggungan
kewajibannya sesuai dengan perjanjian, selain merupakan suatu persetujuan dengan mana
itu bank juga harus melakukan penilaian seorang pihak ketiga guna kepentingan si
watak, modal, kemampuan, agunan, dan pemberi hutang (kreditur) mengikatkan diri
prospek usaha dari debitur. untuk memenuhi perikatannya si berhutang
(debitur) manakala orang ini sendiri tiidak
2 4
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, Salim Hs, Perkembangan Hukum Jaminan Di
Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, Indonesia, Pt. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2004,
Hlm 1 Hlm 23
3 5
Ibid, Hlm 75 Ibid,Hlm 217
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

memenuhinnya”. Dari ketentuan Pasal Hukum Dagang (KUHD) mengatur


tersebut, jelas bahwa penanggung hutang sepenuhnya atau yang berkaitan dengan
adalah suatu perjanjian untuk mengikatkan diri penjaminan hutang. Disamping itu diatur
untuk suatu pemenuhan perjanjian, dengan Tersendiri dalam Undang-undang Nomor 4
demikian perjanjian penanggungan merupakan Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dan
perjanjian yang sifatnya accesoir yaitu Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999
perjanjian yang mengikuti perjanjian pokok, Tentang Jaminan Fidusia, yang masing-
sehingga perjanjian penanggungan dianggap masing Peraturan Perundang-undangan
tidak pernah ada jika terdapat perjanjian tersebut lembaga jaminan dalam rangka
pokok yang tidak sah. Hal ini merupakan atau jaminan hutang.
mengandung cacat hukum sehingga secara Beberapa prinsip hukum jaminan
yuridis batal demi hukum. sebagaimana yang diatur oleh ketentuan-
Pihak ketiga harus ditafsirkan sebagai ketentuan KUHPerdata adalah sebagai berikut:
subjek hukum, dalam hal ini berupa 1. Kedudukan harta pihak penjamin
perorangan (person) atau badan hukum Pasal 1131 KUHPerdata mengatur
(rechtperson). Sesuai dengan Pasal 1320 tentang kedudukan harta pihak peminjam,
KUHPerdata, perorangan merupakan subjek yaitu bahwa harta peminjam adalah
hukum harus memenuhi syarat dewasa, dan sepenuhnya merupakan jaminan
tidak berada dalam suatu pengampuan. (tanggungan) atas hutangnya. Di dalam
Sementara itu yang termasuk badan hukum Pasal tersebut ditetapkan bahwa semua
diantaranya Perseroan Terbatas (PT) yang harta pihak peminjam, baik berupa harta
didirikan sesuai dengan Undang-undang bergerak maupun harta tidak bergerak, baik
Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan yang sudah ada maupun yang belum ada di
Terbatas. Apabila penanggung meninggal kemudian hari merupakan jaminan atas
dunia, maka kewajiban beralih kepada para perikatan hutang peminjam. Ketentuan
ahli warisnya.6 Untuk membuktikan bahwa Pasal 1131 KUHPerdata ini merupakan
pihak penanggung telah memberikan salah satu ketentuan pokok dalam hukum
pernyataan secara tegas dan tidak jaminan, yang mengatur tentang kedudukan
dipersangkakan, maka kesepakatan untuk harta pihak peminjam atas perikatan
memberikan jaminan dibuat secara tertulis hutangnya. Berdasarkan ketentuan Pasal
dalam akta perjanjian yang ditanda tangani tersebut pihak pemberi jaminan akan
oleh para pihak terkait. menuntut pelunasan hutang pihak
Menurut M. Bahsan, ruang lingkup peminjam dari semua harta yang
hukum jaminan di Indonesia mencakup bersangkutan, termasuk harta yang masih
berbagai ketentuan yang mengatur hal-hal akan dimilikinya di kemudian hari. Pihak
yang berkaitan dengan penjaminan hutang pemberi peminjaman mempunyai hak
yang terdapat dalam hukum positif di untuk menuntut pelunasan hutang dari harta
Indonesia.7 Peraturan Perundang-undangan yang akan diperoleh dari pihak peminjam
tersebut memuat yang berkaitan dengan di kemudian hari.
penjaminan hutang, antara lain mengenai 2. Kedudukan pihak pemberi pinjaman
prinsip-prinsip hukum jaminan, lembaga- Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut
lembaga jaminan, objek jaminan hutang, dapat disimpulkan bahwa kedudukan pihak
penanggung hutang, dan lain sebagainya. pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua
Beberapa ketentuan yang terdapat dalam golongan yaitu; pertama, kedudukan yang
KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang berimbang sesuai dengan piutang masing-
masing; kedua, kedudukan yang
6
didahulukan oleh pihak pemberi pinjaman
Pasal 1826, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
7
M. Bahsan, Op.Cit Hlm 8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

yang lain berdasarkan suatu peraturan perbankan untuk penyelesaian masalah


perundang-undangan.8 diposisikan ke divisi yang ditunjuk, seperti
Kredit yang membutuhkan jaminan divisi kredit untuk penyelesaian pelunasan
perorangan (penanggung) adalah kredit yang pelunasan kredit macet. Alasan pihak bank
merupakan pinjaman yang besar, kredit ini menyelesaiakan melalui internal perbankan
rata-rata nasbahnya meminjam diatas seratus karena untuk mempermudah penyelesaian
juta (Rp. 100.000.000), oleh sebab itu pihak masalah, efisien dari segi waktu dan hemat
bank merasa butuh jaminan yang bisa biaya, dan setiap penyelesaian dengan
mengembalikan kredit tersebut sesuai dengan menggunakan pihak ketiga akan
perjanjian. Dalam pemberian kredit ini mempengaruhi reputasi bank.
jaminan yang dimintaoleh bank bukan jaminan Sehubungan dengan itu, yang
perorangan saja, tetapi ada jaminan yang merupakan kredit macet ialah memenuhi
pokok yaitu berupa tanah dengan hak milik. beberapa syarat yaitu, terdapat tunggakan
Disamping jaminan ini maka jaminan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
perorangan adalah jaminan tambahan dalam melampaui 365 hari (tiga ratus enam puluh
perikatan atau perjanjian pokok. Dalam setiap lima) macet, dan penyelesaian masalah yang
pemberian kredit, jaminan perorangan dilakukan adalah dengan musyawarah atau
(penanggung) yang paling sedikit, karena negosiasi. Penyelesaian melalui musyawarah
jaminan ini dianggap jaminan yang lemah ini bisa dilakukan berkali-kali asalkan debitur
karena tidak memberikan kepastian dalam masih mempunyai usaha.
pelunasan hutang yang ditanggung oleh Penyelesaian melalui musyawarah yang
penanggung. dilakukan adalah dengan cara negosiasi oleh
Surat perjanjian yang isinya mengatur pihak bank secara langsung kepada debitur
tentang hak dan kewajiban para pihak yang dan dilakukan oleh para pihak atau kuasa
ada dalam perjanjian tersebut. Perjanjian ini hukum bank. Jika dengan jalan musyawarah
dibuat atas kesepakatan kedua belah pihak, ini belum juga menyelesaikan masalah, maka
mengenai hak dan kewajiban para pihak upaya yang ditempuh oleh bank adalah
menyepakati bahwa debitur mempunyai melalui lembaga yang ditunjuk untuk
hutang seperti yang tercantum dalam surat menyelesaikan masalah oleh Undang-undang
perjanjian kepada bank yang nominalnya Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
sebanyak dengan jaminan sebidang tanah yang Pasal 41 A dalam Undang-undang tersebut
terdaftar sebagai pemegang sertifikat hak menyatakan bahwa;
milik debitur. (1) Untuk menyelesaiakan piutang bank yang
Perjanjian kredit tersebut dibuat dengan sudah diserahkan kepada badan urusan
akta notaris, sedangkan perjanjian perorangan piutang Negara, pimpinan bank Indonesia
(penanggungan) dibuat dengan akta dibawah memberikan izin kepada pejabat urusan
tangan, yang blankonya sudah disediakan oleh piutang Negara untuk memperoleh
bank, dengan demikian perjanjian tersebut keterangan dari bank mengenai simpanan
telah disepakati oleh para pihak yang ada nasabah debitur.
dalam perjanjian tersebut. Apabila terjadi (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat
kredit macet, maka langkah awal yang (1) diberikan secara tertulis atas
ditempuh dalam penyelesaian masalah permintaan tertulis dari Kepala Badan
tersebut adalah melalui internal perbankan Urusan Piutang dan Lelang Negara /
yaitu dengan musyawarah mufakat. Jika Ketua Panitia Urusan Piutang Negara.
secara musyawarah mufakat ini tidak (3) Permintaan sebagaimana yang dimaksud
ditemukan kesepakatan dalam penyelesaian dalam ayat (2) harus dan menyebutkan
masalah secara bertingkat. Di dalam internal nama dan jabatan Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara / Panitia Urusan
8
Ibid, Hlm 10 Piutang Negara, nama nasabah, debitur
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

yang bersangkutan dan alasan memberikan surat peringatan kepada debitur,


diperlukannya keterangan. berkaitan dengan hal ini Penanggung atau
Dalam masalah piutang Negara ini pihak ketiga dalam perjanjian kredit ini
selain penanganan secara interdepartemental menyetujui kesepakatan-kesepakatan antara
oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), debitur dengan pihak bank. Dalam perjanjian
juga dilakukan oleh badan suatu khusus di ini penanggung ikut serta dalam pemenuhan
bawah Departemen Keuangan yaitu Badan hutang debitur apabila debitur mengalami
Urusan Piutang Negara (BUPN) yang diganti kredit macet untuk kedua kalinya.
dengan Badan Urusan Piutang dan Lelang Tanggung jawab penanggung dalam
Negara (BUPLN) sebagaimana diatur dalam perjanjian kredit hanya sebatas hutang yang
Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 ditanggungnya, dalam hal ini kedudukan
Tentang Badan Urusan Piutang Dan Lelang penanggung sama dengan debitur. Oleh sebab
Negara. itu, penanggung bisa ditagih untuk membayar
Tugasnya adalah sebagai pelaksana hutang si debitur. Menurut Hendermin
teknis operasional dari keputusan yang Djarab,10 untuk penyelesaian kredit macet
diambil oleh PUPN sebagaimana ditentukan tergantung pada budaya masyarakat dalam
oleh Pasal 2 ayat (5) Keputusan Menteri beperkara, seperti saat ini upaya-upaya yang
Keuangan Nomor 294/KMK.9/1993 Tentang sangat efektif untuk menyelesaikan kredit
Panitia Urusan Piutang Negara. macet adalah agar para pihak mencoba dengan
Kredit bermasalah merupakan bagian cara sungguh-sungguh untuk untuk
dari pengelolaan kredit bank, karena hal ini menyelesaikan perkara tersebut. Dalam
merupakan resiko yang dihadapi oleh pihak penelitian lapangan lazimnya yang dilakukan
bank dalam hal bisnis perbankan. Hampir dalam penyelesaian kredit macet adalah
semua perbankan memiliki kredit bermasalah, negosiasi yang dilakukan oleh para pihak.
bahkan dalam beberapa kasus kredit Penyelesaian dengan negosiasi atau
bermasalah di Indonesia berakhir dengan musyawarah untuk mufakat, menghasilkan
penutupan beberapa bank. Sebagai lembaga kesepakatan dalam bentuk win-win solition,
bisnis dalam lingkup makro, perbankan harus maksudnya kedua belah pihak menerima
dapat meminimalsasi kredit bermaalah kemanfaatan yang sebanding.
tersebut sehingga kepercayaan masyarakat Untuk pengamanan hutang yang
keperbankan akan tetap terjaga.9 ditanggung oleh penanggung yang diminta
Kasus yang sekarang terjadi di Bank, adalah surat kuasa kepada penanggung untuk
cara penyelesaiannya dengan negosiasi, pihak menagih hutang kepada ahli warisnya jika
perbankan memberikan perpanjangan jangka penanggung lari dari tanggung jawabnya.
waktu pengembalian kredit kepada debitur. Apabila penanggung lari dari tanggung
Pihak bank akan membuat perjanjian kredit jawabnya maka penagihan dilakukan kepada
yang baru, langkah ini dimaksudkan untuk ahli warisnya yang ditunjuk dalam surat kuasa.
menyelamatkan usaha debitur karena dilihat Setelah jalan ini dilakukan maka
dari usaha dari debitur masih mampu kreditur akan mudah untuk menagih
melanjutkan usahanya tersebut. Isi dari penanggung untuk melunasi tanggung
perjanjian kredit tersebut, apabila debitur tidak jawabnya. Oleh sebab itu, apabila ahli waris
beri’tikad baik untuk membayar hutangnya tidak bertanggung jawab juga, maka harta
tersebut, maka pihak bank akan menyita penanggung akan disita untuk melunasi hutang
barang jaminan debitur tersebut, sebelum yang ditanggungnya, tetapi sebelum harta
jaminan disita terlebih dahulu pihak bank penanggung disita terlebihdahulu barang

9 10
Ade Erthesa Dan Edia Handiman, Bank Dan Hendermin Djarab, Prospek Dan Pelaksanaan
Lembaga Keuangan Bukan Bank, Pt. Indek Kelompok Arbitrase Di Indonesia, Citra Abadi Bakti, Bandung,
Gramedia, Jakarta, 2006, Hlm 181 2001, Hlm 96
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

jaminan debitur disita untuk memenuhi hutang bagaimana penanggung supaya bisa melunasi
debitur, apabila tidak terpenuhi maka harta kewajibannya sesuai dengan perjanjian.
penanggung yang disita untuk memenuhi Penanggung ditagih setiap bulannya
hutang tersebut. Dengan adanya perjanjian sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati,
penanggungan antara kreditur dan penagihan hutang kepada penaggung lebih
penanggung, maka lahirlah akibat hukum yang sulit daripada menagih hutang ke debitur,
berupa hak dan kewajiban antara penanggung karena penanggung kadangkala merasa tidak
dan kreditur, kewajiban dari penangung adalah bertanggung jawab terhadap hutang tersebut.
untuk memenuhi prestasi atau melunasi hutang Dalam menagih hutang, kreditur juga tidak
yang ditanggungkannya demi kepentingan melupakan hak-hak penanggung, karena hak-
kreditur. Namun, dalam hubungan hukum hak ini sudah diatur dalam Undang-undang,
tersebut ada hak-hak bagi penanggung. jadi pihak bank jangan menyalahi aturan
Berdasarkan hal tersebut diatas, hak-hak tersebut. Pada dasarnya antara penanggung
dari penanggung yang diberikan oleh Undang- dan kreditur sudah menyepakati hal-hal yang
undang adalah : kemungkinan terjadi di kemudian hari, jadi
1. hak untuk menutup terlebih dahulu harta kesepakatan ini tergantung dari penanggung
debitur disita (Pasal 1831), maksudnya bila dan kreditur, dengan merealisasikan tanggung
debitur lalai memenuhi prestasi, maka jawab tersebut, agar penaggung tidaklari dari
penanggung wajib mwmbayar hutang tanggung jawabnya.
kepada kreditur setelah menuntut agar harta Kendala-kendala yang dihadapi pada
debitur terlebih dahulu disita dan dilelang saat menagih hutang kepada penanggung
atau dijual untuk melunasi hutang debitur. memang banyak terjadi, karena penanggung
2. hak untuk membagi hutang (Pasal 1836) memang tidak merasa bertanggung jawab
maksudnya, jika terdapat ada beberap orang terhadap apa yang sudah disepakati anatara
yang mengikatkan diri sebagai penanggung dan kreditur, dan tata cara
penanggung, maka masing-masing mengeksekusinya tidak diatur dalam Undang-
penanggung terikat dengan hutang. undang dan ini belum sesuai dengan apa yang
3. hak untuk mengajukan tagkisan gugatan di maksud dalam Undang-undang yang
(Pasal 1849, 1850 KUHPerdata), hak ini mengatur tentang jaminan perorangan yaitu
merupakan salah satu hak penanggung Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850
untuk mengajukantangkisan-tangkisanyang KUHPerdata.
dipakai debitur terhadap kreditur yang Jaminan ini belum terlaksana dengan
lahhir dariperjanjian pokok. baik atau belum sesuai Undang-undang, dalam
4. Hak untuk diberhentikan dari penanggung praktek perbankan yang menggunakan
(Pasal 1848 KUHPerdata), karena terhalang jaminan perorangan selama ini
melakukan atau tidak dapat lagi bertindak mengeksekusina berdasarkan Undang-undang
terhadap hak-haknya. Perbankan. Kadangkala pihak bbank kesulitan
Dalam praktek perbankan hak-hak untuk mengeksekusinya, kecuali jaminan
penanggung juga diberikan oleh bank seperti perorangan memberikan jaminan lain untuk
yang diberikan oleh Undang-undang, dieksekusi atas hutang yang ditanggungnya.
penanggung berhak atas apa yang menurut Bank atau kreditur hanya mengeksekusi
penanggunng terhalang untuk melakukan jamian yang dijaminkan oleh penjamin untuk
prestasi. Oleh sebab itu, hak-hak dari hutang yang ditanggungnya, karena setiap ada
penanggung tidak bisa dihapuskan, karena hak jaminan perorangan yang diterima oleh bank
tersebut lahir dari perjanjian. Tetapi pada selalu meminta barang jaminan penjamin
umumnya kadangkala sering mengabaikan apa berupa yang mudah dieksekusi nantinta
yangmenjadi haknyapenanggung. Karena apabila penanggung tidak bisa melunasi
pihak bank atau kreditur hanya memikirkan hutang yang ditanggungnya. Untuk
merealisasikan tanggung jawab penanggung
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

dalam penagihan hutang sangat sulit karena Tentang Perubahan Atas Undang-undang
terkendala cara pengeksekusinya belum diatur Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,
Undang-undang, cara lain merealisasikan dalam hal ini melalui BUPLN
tanggung jawab penanggung dengan cara 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam
membuat surat kuasa untuk menagih ahli penagihan hutang kepada penanggung
warisnya, hal ini memungkinkan penanggung karena penanggung merasa tidak punya
tidak bisa lari dari tanggung jawabnya sebagai hutang atau tidak wajib membayar hutang
penanggung hutang. debitur. Mengenai tata cara mengeksekusi
Setelah dibuatkan surat kuasa untuk jaminan perorangan ini belum diatur dalam
penagihan untuk ahli warisnya tersebut maka Peraturan Perundang-undangan, jaminan ini
pihak kreditur merasa aman, hal tersebut belum terlaksana dengan baik atau belum
dilakukan agar para pihak tidakmelupakan sesuai dengan Undang-undang.
hakdan keawajiban masing-masing yaitu B. Saran
antara penanggung dan kreditur. Akan tetapi Berdasarkan hasil pembahasan, maka
biasanya penanggung bertanggung jawab atas penulis dapat memberikan saran sebagai
hutang yang ditanggungnya, karena berikut:
penanggung sendiri mempunyai kepentingan 1. Apabila seseorang menjadi penanggung
dalam pinjaman hutang tersebut. Apabila sebaiknya terlebih dahulu harus mengetahui
terjadi permasalahan tentang penanggungan lembaga jaminan penanggung agar supaya
ini maka jalan awal yang ditempuh sama penanggung bukan saja menjadi
dengan debitur, yaitu dengan cara negosiasi penanggung atau orang yang bertanggung
terlebih dahulu. Jika dengan jalan ini jawab terhadap apa yang diperjanjikan,
memberikan kemanfaatan antara kedua belah akan tetapi penanggung mengtahui dan
pihak maka perjanjian akan diteruskan dan paham tentang hukum penanggugan.
pembayaran hutang terpenuhi. 2. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut,
sebaiknya antara kreditur dan penanggung
III. PENUTUP menyepakati terlebih dahulu menyepakati
A. Kesimpulan kesepakatan-kesepakatan atau perjanjian
Berdasarkan pembahasan yang telah bahwa penanggung melunasi dan
diuraikan, penulis dapat menarik kesimpulan bertanggung jawab sebaik mungkin.
bahwa:
1. Tanggung jawab penanggung dalam
perjanjian kredit apabila kredit macet,
penanggung hanya bertanggung jawab
sebatas hutang yang ditanggungkannya
yaitu sebanyak yang diperjanjikan dalam
surat perjanjian tersebut. Pada dasarnya
penanggung tidak wajib membayar hutang
debitur kepada kreditur (Pasal 1831
KUHPerdata). Untuk penyelesaian kredit
macet apabila debitur wanprestasi, jalan
yang ditempuh adalah negosiasi yang
dilakukan oleh kedua belah pihak. Apabila
dengan jalan musyawarah tidak
mendapatkan solusi atau mufakat, kedua
belah pihak menyelesaiakan masalah
tersebut di lembaga yang sesuai dengan
peraturan Perundang-undangan yakni
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Ade Erthesa dan Edia Handiman, Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT. Indek
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006
Hendermin Djarab, Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase Di Indonesia, Citra Abadi Bakti,
Bandung, 2001
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta, 2004
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, Edisi kedua, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1993

B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 4, Volume 2, Tahun 2014

NURMAN HIDAYAT, Lahir di Uekuli, 26 Maret 1989, Alamat Rumah


Jalan R.E. Martadinatha Palu Sul-Teng, Nomor Telepon +62.................,
Alamat Email ........................................

Anda mungkin juga menyukai