Anda di halaman 1dari 11

PAPER HUKUM BISNIS

ASPEK HUKUM PERJANJIAN KREDIT BANK

Disusun oleh :

Nabilah Rifa Adira (20210310200009)


Reni Oktaviani (20210310200011)
Bulan Eprila (20210310200013)
Devina Clara Dewanti (20210310200033)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


ABSTRAK

Abstrak Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak,
dimana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal. Supaya
perjanjian mempunyai kekuatan hukum, haruslah memenuhi syarat sahnya perjanjian yang
terdapat dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Salah satu hal yang sangat
penting dalam perjanjian kredit bank adalah mengenai jaminan bagi pihak yang
meminjamkan atau pihak bank (Kreditur) jaminan dalam kaitannya dengan kredit merupakan
salah satu syarat untuk dapat dikabulkannya permohonan kredit. Jaminan disini tidak hanya
barang tetap milik debitur, tetapi juga dapat berupa jaminan immaterial. Dalam membentuk
kredit perlu ada jaminan, sehingga ada kepastian bahwa kredit yang diberikan kepada debitur
dapat diterima kembali sesuai dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Jaminan yang
biasa digunakan oleh BPR “Latunru Latinro” Makassar adalah jaminan yang berupa Fidusia
yaitu kendaraan motor, mobil juga hak tanggungan yang berupa tanah dengan menggunakan
akta notaris. Dalam menyelesaikan kredit bermasalah BPR “Latunru Latinro” sedapat
mungkin menghindari penyelesaian melalui jalur hukum dan mengusahakan penyelesaian
secara kekeluargaan. Kata Kunci; Perjanjian, Kredit, Bank
I. LATAR BELAKANG

Dewasa ini pemerintah sedang giat-giatnya melakukan pembangunan diberbagai


bidang sosial, ekonomi. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan kehidupan
masyarakat akan lebih meningkat sehingga terwujud cita-citabangsa yaitu masyarakat adil
dan makmur di berbagai bidang sesuai dengan asaspancasila. Pembangunan tersebut
terutama di bidang ekonomi tidak hanya diharapkan dilakukan oleh pemerintah tetapi
juga oleh pihak swasta. Salah satuperanan yang mempunyai peran strategis dalam
pelaksanaan pembangunan tersebutadalah perbankan karena pembangunan dimanapun
dan apapun bentuknyamemerlukan modal yang banyak, untuk mendapatkan modal yang
cukup sektorperbankan dapat menyediakannya. Bank selain sebagai salah satu
penghimpundana dalam masyarakat juga berfungsi sebagai penyalur dana kepada pihak-
pihakyang membutuhkannya, penyalur dana tersebut bisa melalui bentuk pemberiankredit
oleh perbankan.

1 Dalam upaya mendukung kesinambungan dan peningkatan


pelaksanaanpembangunan lembaga perbankan telah menunjukkan perkembangan yang
pesat,seiring dengan kemajuan pembangunan di Indonesia serta sejalan dengan
tuntutankebutuhan masyarakat akan jasa perbankan yang tangguh dan sehat.
Sehinggakeberhasilan perbankan dalam menemukan perannya dalam pembangunan
nasionaltentu akan dapat mewujudkan kehidupan rakyat yang lebih bagus dari
sebelumnya. Salah satu bentuk dari lembaga pembiayaan adalah bank sesuai
denganketentuan pasal 1 undang-undang no 7 tahun 1992 undang-undang no 10
tahun1998 pengertian bank “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakatdalam
bentuk simpan pinjam dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentukkredit atau
dalam bentuk lainnya. Dengan demikian fungsi dan usaha pokok bank meliputi: 1.
Penghimpunan dana dari pihak ketiga. 2. Menjadi perantara untuk menyalurkan
penawaran dan permintaan kredit. 3. Memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Diantara sekian banyak bank yang memberikan kredit pada
masyarakatsalah satu diantaranya adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR), diatur
dalamperaturan pemerintah RI no 71 tahun 1992 peraturan memuat tentang segalasesuatu
yang belum tercantum dalam undang-undang perbankan menurut peraturanpemerintah
tersebut Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berfungsi sebagai badan usahayang
menghimpun dana dan penyaluran kepada masyarakat. Salah satu misi dari1Deskripsi
mengenai hal itu dapat dilihat dari berbagai literatur, misalnya H. Salim S.H, M.S,
Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Maria Darus Badruzaman, 1991.
PerjanjianKredit Bank. Ctk. Kelima. PT Citra Aditya Bhakti, Bandung. Djohari Santoso
dan Ahmad Ali, 1983. Hukum Perjanjian Indonesia Ctk Pertama. Vol. 10 No. 1, Januari
2017 Jurnal Al-‘Adl 3 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah membantu pengusaha
lemah dalam hal pendanaan sehingga hal ini cocok untuk mengatasi problem pengusaha
kecil. Dalam undang-undang perbankan yang terbaru yaitu no 10 tahun 1998 pasal 1 butir
4 menyebutkan bahwa (BPR) adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas perdagangan.

II. Pembahasan

Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam

bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Fungsi BPR

a. Penghimpun dan penyalur dana masyarakat

b. Pemberian kredit kepada masyarakat, mulai desa maupun kota.

c. Menyediakan pembiyaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah

Pengertian Kredit

Kredit berarti Kepercayaan. Kata “kredit” berasal dari bahasa latin “creditus” yang
merupakan bentuk past participle dari kata “credere”, yang berarti “kepercayaan”. Dalam
setiap kata “kredit” tetap mengandung unsur “kepercayaan”. Walaupun sebenarnya kredit itu
tidak hanya sekedar kepercyaan.

Sedangkan kredit itu sendiri ialah suatu pengertian penyediaan uang atau tagihan-
tagihan yang dapat disamakn dengan itu, berdasarkan persetujuan atau perjanjian pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.
Unsur Unsur Kredit

Dalam suatu kredit terdapat unsur-unsur yang dapat diklasifikasikan berikut berikut:

1. Kepercayaan,
yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam
bentuk uang, barang, atau jasa, akan bener-bener diterimanya kembali dalam jangka
waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Waktu,
yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi
yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung
pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainnya
dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
3. Degree of risk,
yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu
yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraksepsi yang akan di terima
kemudian hari.
4. Prestasi, atau objek kredit
Prestasi atau Objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga
dapat berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern
sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang
menyangkut uanglah sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

Pengertian Perjanjian kredit

Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de contrahendo),


sehingga perjanjian ini mendahului perjanjian hutang piutang (perjanjian pinjammeminjam).
Perjanjian kredit ini merupakan perjanjian pokok serta bersifat konsensuil (pactade
contrahendo obligatoir) disertai adanya pemufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman
mengenai hubungan hukum antara keduanya.

Peraturan perjanjian diatur dalam buku ke 3 KUPerdata dalam bab ke 2 yaitu :

1. Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian.


2. Tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian
3. Tentang akibat suatu perjanjian.
4. Tentang penafsiran suatu perjanjian.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Perjanjian Kredit pada pasal 1314
KUHPerdata menyatakan:

“suatu perjanjian dengan Cuma-Cuma adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi
dirinya sendiri. Suatu perjanjian atas beban, adalah suatu perjanjian yang mewajibkan
masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu”.
Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata Perjanjian Kredit pada pasal 1320 KUHPerdata
menyatakan: “Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian kredit diatur di dalam kitab
Undang-Undang Pasal 1754 menyatakan: “Pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana
pihak satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabiskan karena pemakian, dengan syarat bahwa pihak yang belakang ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.

Azas Hukum Perjanjian Kredit

Di dalam Perjanjian Kredit terdapat beberapa asas hukum perjanjian kredit di antaranya yaitu

a) Asas Konsensualisme (concensualisme).


Mempunyai arti yang terpenting, bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan
sepakat saja dan bahwa perjanjian itu sudah dilahirkan pada saat atau
detiktercapainnya konsesus. Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam pasal
1320 ayat (1) KUHPerdata. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat
sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak.
b) Asas Kebebasan berkontrak (freedom of contract).
Dapat dianalisis dari ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi
“semua perjanjianyang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang menbuatnya.” Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, maka orang pada
asasnya dapat membuat perjanjian dengan isi yang bagaimanapun juga, asal tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Ruang lingkup
asas kebebasan berkontrak, menurut hukum perjanjian Indonesia adalah: kebebasan
untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, kebebasan untuk memilih pihak
dengan siapa ia ingin membuat perjanjian, kebebasan untuk menentukan atau memilih
kausa dari perjanjian yang akan dibuatnya, kebebasan untuk menentukan objek
perjanjian, kebebasan untuk menerima atau menyimpang ketentuan undang-undang
yang bersifat opsional (aanvulled, optional).
c) Asas kepribadian (Personality).
Asas kepribadian tercantum dalam pasal 1340 KUHPerdata: “suatu perjanjian hanya
berlaku antara pihak-pihakyang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat membawa
rugi kepada pihak-pihak ketiga; tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat
karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317.

Fungsi Perjanjian Kredit

Menurut H. Budi Untung, bahwa perjanjian kredit umumnya mempunyai beberapa


fungsi, yaitu :
a) Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit
merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang
mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan.
b) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasanbatasan hak dan
kewajiban antara kreditur maupun debitur.
c) Perjanjian kredit sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

Jenis Kredit

Bahwa berdasarkan jangka waktu dan pengunaanya kredit dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu:

1. kredit investasi,
yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk
membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitas, modernisasi, perluasan,
ataupun pendirian proyek baru, misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk
perluasan pabrik, yang pelunasanya dari hasil usaha dengan barang-barang modal
yang dibiayai tersebut. Jadi, kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau
jangka panjang yang tujuanya untuk pembelian barang modal dan jasa yang
diperlukan untuk rehabilitas, modernisasi, perluasan, proyek penempatan kembali
dan/atau pembuatan proyek baru.
2. kredit modal kerja,
yaitu kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah atau valuta asing untuk
memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu
maksimal satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara para pihak
yang bersangkutan. Dapat juga dikatakan bahwa kredit ini diberikan untuk membiayai
modal kerja, dan modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-hari.
3. kredit konsumsi,
yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk
membiayai barang-barang kebutuhan atau konsumsi dalam skala kebutuhan rumah
tangga yang pelunasanya dari penghasilan bulanan nasabah debitur yang
bersangkutan. Dengan perkataan lain, kredit konsumsi merupakan kredit perorangan
dengan tujuan non bisnis, termasuk kredit pemilik rumah. Kredit konsumsi biayanya
digunakan untuk membiayai pembelian mobil atau barang konsumsi barang tahan
lama lainya.

Subyek dan obyek perjanjian kredit

Para pihak dalam perjanjian kredit adalah debitur dan kreditur. Kreditur dalam pasal 1
angka 4 dan 5 rancangan UndangUndang perkreditan perbankan adalah bank yang
menyediakan kredit kepada debitur berdasarkan perjanjian kredit. Debitur adalah badan
hukum atau badan lain yang menerima kredit dari kreditur berdasarkan perjanjian kredit.
Bank dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat. Obyek
dalam perjanjian kredit adalah sejumlah uang tertentu yang sistim pembayaranya dilakukan
secara mengangsur dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.

Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit

Kewajiban debitur adalah menyerahkan kredit atau uang kepada debitur dengan hak
untuk menerima pokok angsuran dan bunganya. Hak debitur adalah menerima sejumlah uang
yang dipinjamkan oleh kreditur kepada debitur. Kewajiban debitur adalah membayar pokok
angsuran dan bunga sesuai dengan yang ditentukan oleh pihak kreditur dalam jangka waktu
tertentu. Jangka waktu perjanjian kredit telah ditetapkan dalam perjanjian kredit. Penentuan
jangka waktu tersebut tergantung pada keinginan dan kemampuan debitur. Semakin lama
jangka waktu kredit maka angsuran semakin kecil sebaliknya semakin pendek jangka waktu
kredit maka semakin besar angsuran yang harus dibayar debitur.

Bentuk perjanjian kredit

Bentuk perjanjian kredit biasanya adalah secara tertulis dan dan dalam bentuk standart oleh
pihak kreditur (bank). Setiap perjanjian kredit minimal harus memuat:

a. Identitas para pihak yaitu debitur dan kreditur.


b. Tujuan penggunaan kredit.
c. Jumlah uang atau jenis mata uang tertentu.
d. Jangka waktu perjanjian.
e. Besar dan tata cara perhitungan bunga.
f. Jaminan kredit.
g. Hak dan kewajiban kreditur dan debitur.
h. Syarat-syarat penarikan kredit.
i. Hal-hal yang menimbulkan kewajiban materil bagi debitur.
j. Pernyataan debitur bahwa debitur telah mengerti danmenyetujui isi perjanjian kredit.

Dalam praktik dilembaga perbankan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit
ditentukan secara pihak oleh pihak kreditur atau bank dan debitur tinggal menyetujui atau
menolak perjanjian tersebut. Berkaitan dengan pemberian kredit, yang bertindak sebagai
krediturnya adalah bank, maka harus dilandasi atas kenyakinan kreditur atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya, dan wajib dilakukan atas dasar asas
pemberian kredit yang sehat dan prinsip kehati-hatian, agar pemberian kredit tersebut tidak
merugikan kepentingan kreditur,debitur dan masyarakat. Di dalam pemberian kredit melalui
perbankan, barang jaminan bukan merupakan hal yang mutlak, namun dalam praktek pada
umumnya unsur jaminan dalam suatu pemberian kredit merupakan faktor yang lazim
diperhatikan oleh kreditur, antara lain dengan dipersyaratkannya angunan yang dapat
digunakan sebagai pelunasan hutang dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibanya.

Berakhirnya perjanjian Kredit

Mengenai hapusnya atau berakhirnya perjanjian kredit mengacu pada ketentuan dalam pasal
1381 KUHPerdata tentang hapusnya perikatan. Pada praktek hapusnya atau berakhirnya
perjanjian kredit lebih banyak disebabkan:28
a. Pembayaran.
b. Subrogasi.
Adalah perpindahan hak kreditur kepada pihak ketiga yang membayar kepada
kreditur. Hal ini terjadi karena perjanjian atau Undang-Undang.

c. Pembaharuan utang atau Novasi.


d. Perjumpaan utang atau kompensasi.
SUMBER :

http://repository.unmuhjember.ac.id/8704/9/j.%20JURNAL.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12590/BAB%20II.pdf?sequence

=4&isAllowed=y

https://core.ac.uk/download/pdf/231141048.pdf

Anda mungkin juga menyukai