Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI DEBITUR

DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BPD SIDENRENG

RAPPANG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

HARIYANTO

2003090

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN BISNIS ANDI SAPADA

PAREPARE

2023

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................5
D. Kegunaan Penelitian............................................................................................5

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mencapai tujuan kemerdekaan seperti yang tercantum dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yakni Memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, maka bank sebagai inti

perekonomian negara terus berusaha untuk membangun seluruh infrastruktur

perekonomian bangsa. Tanpa kita sadari, pembangunan bidang ekonomi lebih

diutamakan dengan mengabaikan pembangunan hukumnya. Akibatnya, dalam

pembangunan bidang ekonomi tersebut muncullah berbagai isu dan persoalan

hukum berskala nasional. Untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam

bentuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang mengalami perubahan enam

tahun kemudian.

Rachmadi Usman (2001:2) mengemukakan bawa

Perubahan tersebut merupakan salah satu program pelaksanaan


reformasi perbankan, yakni menyempurnakan perangkat hukum dibidang
perbankan dan pendirian lembaga dana penyangga simpanan, yang akan
memulihkan kepercayaan masyarakat domestik maupun internasional terhadap
sistem perbankan kita. Perubahan tersebut dituangkan di dalam Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Lembaga Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan di setiap negara.

Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan,

badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga

lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Bank berfungsi

sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan

menyaluran dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus

kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam. Melalui
1
kegiatan perkreditan dana berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan

pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor

perekonomian. Berkaitan dengan pengertian bank, Pasal 1 butir 2 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan bahwa

Bank adalah badan usaha yang menghimun dana dari masyarakat dalam

bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak

Pengertian bank sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut

diketahui bahwa bank sebagai penyalur dana yang berperan melayani kebutuhan

masyarakat dalam kegiatan usahanya yang berbentuk pinjaman (kredit). Dalam

Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari rumusan tersebut dapat diketahui, bahwa kredit itu merupakan

perjanjian pinjam meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah

sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit percaya terhadap

nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakati akan dikembalikannya (dibayar)

lunas.Tenggang waktu pemberian dan penerimaan kembali prestasi ini merupakan

hal yang abstrak, sukar diraba, karena masa antara pemberian dan penerimaan

prestasi tersebut dapat berjalan dalam beberapa bulan, tetapi dapat pula berjalan

beberapa tahun. Dalam prakteknya banyak terjadi nasabah tidak menepati waktu

yang diperjanjikan dalam mengembalikan pinjamannya dalam berbagai alasan

(wanprestasi). Karena itu dalam rumusan pengertian kredit ditegaskan mengenai

2
kewajiban nasabah untuk melunasi utangnya sesuai dengan jangka waktu dan

disertai dengan kewajiban yang lain yaitu dapat berupa bunga, imbalan atau

pembagian hasil keuntungan.

Peraturan yang berlaku bagi perjanjian diatur dalam buku III KUH Perdata

yang berjudul Tentang Perikatan. Dalam buku tersebut, ketentuan-ketentuan

mengenai perjanjian terdapat dalam Bab Kedua. Hal ini karena kredit merupakan

salah satu perjanjian yang bersumber dari perikatan. Pengertian perjanjian dalam

pasal 1313 KUH Perdata disebutkan

Suatu perjanjian adalah perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih. Gatot Supramono. (2001:36),

mengemukakan bahwa

Rumusan diatas tampaknya kurang lengkap, karena yang mengikatkan


dirinya dalam perjanjian hanya salah satu pihak saja. Padahal sering kali
dijumpai perjanjian dimana kedua belah pihak saling mengikatkan diri satu
sama lain yang mana kedua belah pihak sama- sama mempunyai hak dan
kewajiban yang bertimbal balik.

Dalam pemberian kredit, debitur wajib memenuhi perjanjian yang diberikan

oleh pihak bank. Pemberian istilah “perjanjian kredit” memang tidak tegas

dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan. Namun, berdasarkan surat Bank

Indonesia No. 03/1093/UPK/KPD tanggal 29 Desember 1970 yang ditujukan kepada

segenap Bank Devisa saat itu, pemberian kredit diinstruksikan harus dibuat dengan

surat perjanjian kredit sehingga perjanjian pemberian kredit tersebut sampai saat ini

disebut Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara Debitur dengan

Kreditur dalam hal ini bank yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana

Debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kreditur,

dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh para pihak.

3
Perjanjian kredit ini berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit

merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang

mengikutinya, misal perjanjian pengikatan jaminan. Fungsi lain perjanjian kredit

adalah sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara

kreditur dan debitur serta monitoring kredit.

Dalam Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan khusus yang mengatur

perihal Perjanjian Kredit, namun dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak,

para pihak bebas untuk menentukan isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak

bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepatutan.

Dengan disepakati dan ditandatanganinya perjanjian kredit tersebut oleh para

pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir dan mengikat para pihak yang

membuatnya sebagai undang-undang.

Perjanjian kredit telah menentukan mengenai jangka waktu, jaminan, dan

jenis kredit yang diberikan oelh bank. Seringkali nasabah-nasabah yang memperoleh

kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan dengan baik tepat pada waktu

yang diperjanjikan. Kenyataannya selalu ada nasabah yang lalai dan tidak dapat

membayar lunas hutangnya karena isi perjanjian terasa memberatkan debitur,

sehingga tidak dapat menepati prestasinya sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati oleh kedua pihak. Pada keadaan ini nasabah telah cidera janji, tidak

memenuhi kewajibannya sebagai debitur terhadap kreditur. Keadaan yang demikian

dalam hukum perdata disebut wanprestasi atau ingkar janji.

Wanprestasi disebabkan karena kurangnya kesadaran debitur akan

kewajibannya yang mengikat. Dengan adanya wanprestasi yang dilakukan oleh

debitur, mengakibatkan terjadinya suatu kerugian yang sangat tidak diharapkan oleh

pihak kreditur. Wanprestasi pihak debitur ini harus dinyatakan dulu secara resmi,

4
yaitu memperingatkan debitur, bahwa kreditur menghendaki pembayaran seketika

atau dalam jangka waktu yang pendek. Sebagai akibat hukum dari terjadinya

wanprestasi, dapat saja dikenakan sanksi atau hukuman.

Bank BPD Sidenreg Rappang merupakan bank yang turut berperan dalam

menunjang pembangunan perekonomian daerah Sideneng Rappang . Salah satu

usaha Bank BPD Sidenreng Rappang yakni dengan memberikan fasilitas kredit yang

diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi baik secra umum maupun

khusus untuk sektor tertentu. Pada praktiknya kredit yang disediakan oleh Bank BPD

Sidenreng Rappang telah memiliki Standart Operasional Prosedur (SOP) dan

menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit. Bank BPD Sidenreng Rappang juga

menerapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengawasan kredit yang bersifat

menyeluruh yang diharapkan dapat mencegah permasalahan kredit di kemudian hari.

Walaupun demikian risiko wanprestasi debitur tidak dapat dihindari oleh bank

penyedia kredit.

Wanprestasi debitur pada Bank BPD Sidenreng Rappang dapat dijumpai

dalam berbagai jenis kredit. Banyaknya debitur yang memiliki kesadaran rendah

terhadap kewajiban sering mengeluarkan berbagai alasan dalam menunda

prestasinya. Berbagai faktor penurunan keuangan dan kurangnya itikad baik debitur

kerap menjadi latar belakang terjadinya wanprestasi bahkan tak jarang bank harus

menempuh jalur hukum dan melelang objek hak tanggungan agar kesehtan bank tetap

terjaga.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Yuridis terhadap Wanprestasi

Debitur Dalam Perjanjian Kredit Pada Bank Pembangunan Daerah Sidereng

Rappang..

5
B. Rumusan Masalah

Berdasar pada uraian dalamlatar belakang masalah diatas, penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor Faktor apa yang menyebabkan terjadinya Wanprestasi Debitur

terhadap kreditur pada Bank Pembangunan Daerah di Sidenreng Rappang ?

2. Bagaimana Proses penyelesaian Wanprestasi Debitur terhadap kreditur pada

Bank Pembangunan Daerah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya Wanprestasi

Debitur terhadap kreditur pada Bank Pembangunan Daerah di Sidenreng

Rappang

2. Untuk mengetahui Proses penyelesaian Wanprestasi Debitur terhadap kreditur

pada Bank Pembangunan Daerah

D. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sarana

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang tanggungjawab

penyelesaian Wanprestasi Debitur terhadap kredit pada Bank Pembangunan

Daerah dan agar dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan bagi

penelitian serupa.

2. Manfaat Praktis

6
Hasil Penelitian juga diharapkan dapat memberikan masukan dan

sebagai referensi bagi para Pengelola perbankan ataupun masyarakat umum

tentang penyelesaian Wanprestasi Debitur terhadap kredit pada Bank

Pembangunan Daerah.

7
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrahman. 1993. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan. Yagrat.


Jakarta

Adrian Sutedi, 2012, Hu.


kum hak tanggungan, Sinar grafika, Jakarta.

Djoni Gazali dan Rahmadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika,
Jakarta,

Gatot Wardoyo, 1992,klausul perjanjian kredit bank, Gramedia, Jakarta.

Gunarto Suhardi. 2003. Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum.: Kanisius


Yogyakarta.

Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. kencana. Jakarta

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008.: PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta

Kariyoto. 2017. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. UB Press.


Malang

Marhainis Abdul Hay,1979, Hukum Perbankan Di Indonesia, Pradya Para


Mita. Jakarta.

Mariam Darus Badrulzaman. 1983. Perjanjian Kredit Bank. Alumni. Bandung

Maryanto Supriyono, 2011, Buku Pintar Perbankan, Yogyakarta, Andi


Yogyakarta.

Muhammad Sabir, 2019, Saksi denda akibat wanprestasi pada Kntrak Kerja
Knsturuksi dalam Prespektif Keadilan, Disertasi, UMI , Makassar

Muhamad Djumhana, 1993. Hukum Perbankan Indonesia. Citra Aditya Bakti.


Bandung

Munir Fuady, 2001 Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung,

R. Tjiptonugroho, 1999,Perbankan Masalah Kredit, Pradya Pramita, Jakarta

Salim H.S. 2014 . Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Konirak. Sinar
Grafika . Jakarta :

8
Simorangkir, 1998, Seluk Beluk Bank Komersial Aksara Persada Indonesia,
Jakarta.

Sentosa Sembiring. 2000. Hukum Perbankan. Mandar Maju. Bandung

Teguh Mudjono, 2007,Perkreditan bagi bank komersil, Gramedia, Jakarta.

Thomas Suyatno, 1999.dasar-dasar perkreditan, Gramedia, Jakarta,

Wiryono Projodikoro. 2000. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Sumur. Bandung

NON BUKU

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Peraturan Bank Indonesia No. 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset


Bank Umum

Surat Edaran Bank Indonesia, No. 14/26/DKBU Tanggal 19 September


2012, Perihal Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan Bagi
Bank Perkreditan Rakyat

Internet

http://.cib.evitran.ac.IA.http://repository.dharmawangsa.ac.id/372/8/BAB

%20II_15110024.pdf.

Anda mungkin juga menyukai