Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagai lembaga keuangan, peranan bank dalam perekonomian sangatlah dominan.
Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan fasilitas
kreditnya. Oleh karena bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah
menarik dana dari masyarakat dan menghimpunnya dalam bentuk simpanan, maka bank
kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit atau pinjaman kepada masyarakat
guna meningkatkan perkembangan ekonomi usahanya. Menurut Undang-Undang No.7 tahun
1992 tentang perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 tahun
1998, disebutkan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Suatu kredit dikatakan mencapai fungsinya jika secara sosial ekonomis, baik dengan
debitur, kreditur, maupun masyarakat membawa pengaruh baik. Namun, berdasarkan data
Bank Indonesia target pertumbuhan kredit bank sebesar 10 persen - 12 persen tidak akan
tercapai tahun ini. Sebab, berbagai sentimen perlambatan ekonomi global mempengaruhi
perekonomian nasional. Retno mengatakan proyeksi ini dipengaruhi oleh kondisi
perlambatan ekonomi global. Bahkan, sejumlah lembaga keuangan internasional terus
menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, ada pengaruh dari jeda waktu
(time lag) antara penurunan tingkat bunga acuan dari BI ke tingkat bunga kredit bank. Hal ini
membuat penurunan bunga acuan yang sudah dilakukan bank sentral nasional tidak bisa
langsung diikuti oleh bank.
Hasilnya, tingkat bunga kredit yang lebih murah tidak cepat dirasakan oleh
masyarakat, sehingga permintaan akan kredit pun tidak bisa langsung meningkat. Belum lagi,
ada pengaruh dari kebijakan masing-masing bank yang berbeda-beda. Kendati begitu, Retno
menegaskan bahwa BI terus memantau perkembangan kondisi ekonomi dan meracik
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Sebelumnya, BI sudah mengeluarkan
beberapa kebijakan dalam rangka merangsang pertumbuhan ekonomi, kredit, dan stabilitas.
Mulai dari penurunan tingkat bunga acuan, penyesuaian Rasio Intermediasi Perbankan
(RIM), perubahan rasio pinjaman (Loan to Value/LTV) bagi sektor perumahan, dan
ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM). Tak ketinggalan, bank sentral nasional juga
melakukan penguatan aspek sumber pendanaan bank untuk peningkatan kredit dengan
memasukan pinjaman bank sebagai sumber dana selain Dana Pihak Ketiga (DPK).
Adanya kredit yang tidak sesuai target bertolak belakang dengan tujuan utama
berdirinya suatu badan usaha. Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas
dari tujuan mencari keuntungan, demikian juga dalam hal pemberian kredit yang berorientasi
pada pencapaian profitabilitas yang maksimal. Oleh karena fungsi utama bank sebagai
perantara antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka
usaha pokok yang dilaksanakan bank adalah kegiatan-kegiatan pada sektor perkreditan atau
penyaluran dana. Sehingga secara otomatis pendapatan bank yang terbesar diperoleh dari
sektor perkreditannya. Semakin tinggi volume perkreditannya, maka semakin besar pula
kemungkinan suatu bank untuk memperoleh laba/profit.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah “Apakah kredit yang tidak mencapai target berpengaruh terhadap
pereekobomian Indonesia?”
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk meemenuhi tugas matakuliah Bank dan Lembaga Keuangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perbankan
Prof. G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya, Bank politik, berpendapat bahwa Bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alt
pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan
jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
Berkaitan dengan pengertian Bank, pasal 1 butir 2, Undang-undang No. 10 tahun
1998 tentang perbankan merumuskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan tarap hidup rakyat
banyak.
Asas perbankan yang dianut di indonesia dapat kita ketahui dari ketentuan ppasal 2
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang mengemukakan bahwa,
“Perbankan indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi yang
menggunakan prinsip kehati-hatian”. Menurut penjelasan resminya yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Perbankan di indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata
berorientasi kepada hal-hal yang nonekonomis seperti masalah menyangkut stabilitas
nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan stabilitas sosial. Secara lengkap
mengenai hal ini diatur dalam ketentuan pasal 4 Undang-Undang perbankan yang
berbunyi,”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.
2.2 Pengkreditan
Secara etimologis Kredit berasal dari bahasa latin yaitu Credere, yang berarti
kepercayaan. Misalkan seorang nasabah yang memperoleh Kredit dari Bank adalah tentu
seorang yang mendapatkan Kepercayaan dari Bank. Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi
dasar pemberian Kredit oleh Bank kepada nasabah debitur adalah Kepercayaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian Kredit adalah
pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengansur atau pinjaman sampai
batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh Bank atau Badan lain. Dalam pasal 1 butir 11 UU
No. Tahun 1998 dirumuskan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar
Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminkam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2.2.1 Unsur-unsur Kredit
Menurut Drs. Thomas Suyatno dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar
perkreditan (1993) mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas :
Kepercayaan, yaitu kepercayaan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang
ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima di masa yang akan
datang.
Degree of risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan
semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh-jauh kemampuan manusia untuk
menerobos masa depan itu, maka masih selalu terdapat ketidaktentuan yang tidak
dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan
adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam penberian kredit.
Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tapi juga
dalam bentu barang, atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang
ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut
uanglah yang setiap kali kita jumpai dalam praktik perkreditan.
2.2.2 Tujuan Pemberian Kredit
Tujuan pemberian kredit menurut Martono (2004) adalah untuk mendapat
keuntungan (profit) yang tinggi dari jasa pemberian kredit dan keamanan Bank, yaitu
keamanan untuk nasabah yang menyimpan danahnya di Bank tersebut. Kredit yang
aman akan memberikan dampak yang positif bagi bank sehingga kepercayaan
masyarakat akan bertambah. Dengan demikian, profitabiliy dan safety akan berjalan
beriringan.
Menurut Kasmir (1998) adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara
lain :
Mencari Keuntungan, yaitu untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yng dibebankan kepada nasabah. Kemudian
hasil lainnya bahwa nasabah yang memperoleh kreditpun bertambah maju dalam
usahanya.
Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik investasi maupun dana
modal kerja. Dengan dana tersebut maka pihak debitur akan dapat mengembangkan
dan memperluas usahanya. Sedangkan bagi pemerintah semakin banyak Kredit yang
disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat banyak kredit berarti
adanya peningkatan di berbagai sektor. Dan pemerintah mendapat keuntungan dari
sektor pajak.
2.2.3 Fungsi Kredit
Fungsi kredit menurut H. Rachmat Firdaus dalam bukunya Manajemen
Perkreditan (2004:5) adalah pemenuhan jasa melayani kebutuhan masyarakat (to
serve the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi,
jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk
menaikkan taraf hidup rakyat banyak.
2.3 Penyebab Kredit Tidak Mencapai Target
Dalam praktitknya penyebab kredit tidak mencapai target tahun ini dikarenakan
perlambatan ekonomi global mempengaruhi perekonomian nasional selain itu jeda waktu
(time lag) antara penurunan tingkat bunga acuan dari BI ke tingkat bunga kredit bank. Hal ini
membuat penurunan bunga acuan yang sudah dilakukan bank sentral nasional tidak bisa
langsung diikuti oleh bank, serta pengaruh dari kebijakan masing-masing bank yang berbeda-
beda.
2.4 Dampak Kredit Tidak Mencapai Target
Dampak yang diakibatkan oleh kredit yang tidak mencapai target nya adalah tingkat
bunga kredit yang lebih murah tidak cepat dirasakan oleh masyarakat, sehingga permintaan
akan kredit pun tidak bisa langsung meningkat. Ketika peemintaan kredit yang tidak
meningkat dan tidak sesuai target membuat profitabilitas perbankan serta sektor lain tidak
maksimal.
BAB III
Sumber : https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20191017173111-78-440450/ekonomi-lesu-
bi-sebut-pertumbuhan-kredit-tak-capai-target
Waktu : 18 Oktober 2019
Hal : Penyebab serta dampak dari tidak tercapainya target kredit.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/amp.kontan.co.id/news/penyaluran-kredit-lesu-
bankir-kerja-keras-untuk-memenuhi-target
Waktu : 21 Oktober 2019
Hal : Kerja keras perbankan untuk memenuhi target penyaluran kredit.
Sumber : https://m.detik.com/finance/moneter/d-4758512/ekonomi-lesu-penyaluran-kredit-
bank-melambat
Waktu : 24 Oktober 2019
Hal : terbatasa nya permintaan kredit sehingga ekonomi lesu.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kredit
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih
merupakan kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-bank di
Indonesia maupun kebanyakan bank-bank di dunia. Berdasarkan statistik Bank Indonesia
bulan Juni 1992, 80% dari total aset perbankan Indonesia adalah berupa kredit yang
disalurkan baik kepada sektor perdagangan maupun industri. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu bank. Di lain pihak,
penyaluran kredit mengandung resiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan. Oleh karena
itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh
setiap bank.
4.1.1 Jenis-jenis Kredit
4.1.1.1 Segi Kegunaan
Kredit investasi, merupakan kredit jangka panjang yang biasanya
digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik
baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Kredit modal kerja, merupakan kredit
yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya.
4.1.1.2 Segi Tujuan Kredit
Kredit produktif, adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan
usaha atau produksi atau investasi. Kredit konsumtif, adalah kredit yang
digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Kredit perdagangan, adalah kredit
yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas
perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
4.1.1.3 Segi Jangka Waktu
Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun, dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang
memiliki jangka waktu kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Kredit jangka
panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang.
Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun.
4.1.1.4 Segi Jaminan
Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan. Jaminan tersebut tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap
kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau jaminan
tersebut harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur. Kredit
tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau
orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan
dengan bank atau pihak lain.
4.1.1.5 Segi Penarikan
Kredit dengan penarikan sekaligus, yaitu kredit yang ditarik nasabah
sesuai dengan permohonan kredit yang diajukan secara keseluruhan tanpa ada
penundaan pencairan dana pinjaman. Kredit dengan penarikan bertahap, yaitu
kredit yang ditarik nasabah, dimana pencairan dananya dilakukan secara
berkala oleh pihak bank.
4.1.1.6 Segi Sifat Pelunasan
Kredit yang pelunasannya dengan angsuran, yaitu kredit yang
diperoleh debitur dapat dicicil dalam pelunasannya sesuai dengan ketentuan
dan ikatan kerjasama yang telah disepakati oleh bank dengan debitur. Kredit
yang pelunasannya tanpa angsuran, yaitu pembayaran secara keseluruhan
terhadap kredit yang diperoleh debitur tanpa adanya cicilan, dimana dalam
pelunasan kredit tersebut harus terdapat bunga pinjaman sesuai dengan
kesepakatan.
4.1.1.7 Segi Sektor Usaha
Dalam segi sektor usaha teedapat banyak kredit seeperti kredit
pertanian, peteenakan, industri, pertambangan, pendidikan, profeai,
perumahan dan sektor lain nya.
4.1.2 Tujuan Pemberian Kredit
Tujuan pemberian kredit menurut Martono (2004) adalah untuk mendapat
keuntungan (profit) yang tinggi dari jasa pemberian kredit dan keamanan Bank, yaitu
keamanan untuk nasabah yang menyimpan danahnya di Bank tersebut. Kredit yang
aman akan memberikan dampak yang positif bagi bank sehingga kepercayaan
masyarakat akan bertambah. Dengan demikian, profitabiliy dan safety akan berjalan
beriringan.
Menurut Kasmir (1998) adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara
lain :
Mencari Keuntungan, yaitu untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yng dibebankan kepada nasabah. Kemudian
hasil lainnya bahwa nasabah yang memperoleh kreditpun bertambah maju dalam
usahanya.
Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik investasi maupun dana
modal kerja. Dengan dana tersebut maka pihak debitur akan dapat mengembangkan
dan memperluas usahanya. Sedangkan bagi pemerintah semakin banyak Kredit yang
disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat banyak kredit berarti
adanya peningkatan di berbagai sektor. Dan pemerintah mendapat keuntungan dari
sektor pajak.
4.1.3 Fungsi Kredit
Fungsi kredit menurut H. Rachmat Firdaus dalam bukunya Manajemen
Perkreditan (2004:5) adalah pemenuhan jasa melayani kebutuhan masyarakat (to
serve the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi,
jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk
menaikkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan fungsi lain nya seperti untuk meningkatkan daya guna uang,
adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, dengan di berikannya kredit
tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima
kredit. Selain itu untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, suatu daerah
yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tesebut akan
memperoleh tambahan uang dari daerah lainya.
Fungsi kredit untuk meningkatka daya guan uang, kredit yang di berikan oleh
bank dapat di gunakan oleh debitur untuk menglah barang yang semula tidak berguna
menjadi berguna atau bermanfaat dan meningkatkan peredaran uang.
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah
kewilayah lainnya, sehingga jumlah barang beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya bertambah.

4.2 Peran Kredit Terhadap Perekonomian Indonesia


Pertumbuhan kredit perbankan diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi nasional. Sebab, industri ini punya peranan penting dalam perekonomian sebagai
lembaga intermediasi yang menyalurkan dana masyarakat ke dalam investasi aset produktif
yang bisa mendorong produktivitas sektor riil, akumulasi kapital, dan pertumbuhan output
agregat. Apalagi tahun ini adalah momentum tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi Indonesia di tengah kondisi makroekonomi dan sektor jasa keuangan yang kondusif.
Industri perbankan memiliki kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.
Setidaknya lebih dari 50% roda ekonomi digerakkan perbankan. Menteri Keuangan Sri
Mulyani bahkan memberikan asumsi untuk kredit perbankan tahun ini harus growth sampai
Rp 483 triliun menjadi Rp 5.286 triliun agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
mencapai 5,4% (APBN). Tak heran bila pertumbuhan penyaluran kredit perbankan melemah
maka bisa menjadi salah satu indikasi pertumbuhan ekonomi tidak terakselerasi secara
maksimal.
Naik turunnya permintaan kredit perbankan salah satunya dipengaruhi oleh variabel
tinggi rendahnya suku bunga perbankan. Apabila suku bunga turun, permintaan terhadap
kredit akan meningkat, berlaku hukum ceteris paribus dan sebaliknya.

Kenaikan permintaan kredit perbankan tersebut akan mendorong investasi, khususnya


investasi langsung, dan pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka
menengah dan panjang. Adanya investasi langsung tersebut, misalnya pembelian atau
konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan; atau konstruksi
peralatan atau bangunan yang baru, dapat menimbulkan efek pengganda berupa penyerapan
tenaga kerja, permintaan bahan baku, hasil produksi, dan pembayaran pajak. Mekanisme
tersebut akan mengakibatkan efek domino yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi baik
di daerah maupun pusat.

terdapat dua kemungkinan hubungan antara variabel keuangan dan variabel riil.
Hubungan pertama adalah bahwa perkembangan sektor keuangan mengikuti pertumbuhan
ekonomi. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan kenaikan permintaan
terhadap produk keuangan, sehingga menghasilkan kenaikan aktivitas pasar keuangan dan
kredit. Dengan demikian, perkembangan sektor keuangan merupakan demand following.

Hubungan kedua adalah perkembangan sektor keuangan merupakan determinan


perkembangan ekonomi atau supply leading. Hipotesis ini menunjukkan kausalitas berasal
dari perkembangan keuangan ke arah pertumbuhan riil, dimana perkembangan sektor
keuangan merupakan necessary condition but not sufficient untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi yang sustainable.
4.3 Penyebab Kredit Tidak Mencapai Target
Dalam praktitknya penyebab kredit tidak mencapai target tahun ini dikarenakan
perlambatan ekonomi global mempengaruhi perekonomian nasional selain itu jeda waktu
(time lag) antara penurunan tingkat bunga acuan dari BI ke tingkat bunga kredit bank. Hal ini
membuat penurunan bunga acuan yang sudah dilakukan bank sentral nasional tidak bisa
langsung diikuti oleh bank, serta pengaruh dari kebijakan masing-masing bank yang berbeda-
beda.
4.4 Dampak Kredit Tidak Mencapai Target
Dampak yang diakibatkan oleh kredit yang tidak mencapai target nya adalah tingkat
bunga kredit yang lebih murah tidak cepat dirasakan oleh masyarakat, sehingga permintaan
akan kredit pun tidak bisa langsung meningkat. Ketika peemintaan kredit yang tidak
meningkat dan tidak sesuai target membuat profitabilitas perbankan serta sektor lain tidak
maksimal.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar Bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminkam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Fungsi kredit menurut H. Rachmat Firdaus dalam bukunya
Manajemen Perkreditan (2004:5) adalah pemenuhan jasa melayani kebutuhan masyarakat (to
serve the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-
jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan
taraf hidup rakyat banyak.
Dalam praktitknya penyebab kredit tidak mencapai target tahun ini dikarenakan
perlambatan ekonomi global mempengaruhi perekonomian nasional selain itu jeda waktu
(time lag) antara penurunan tingkat bunga acuan dari BI ke tingkat bunga kredit bank. Hal ini
membuat penurunan bunga acuan yang sudah dilakukan bank sentral nasional tidak bisa
langsung diikuti oleh bank, serta pengaruh dari kebijakan masing-masing bank yang berbeda-
beda.
5.2 Saran
Agar perbankan dapat memenuhi target kredit sehingga dapat meningkatkan
perekonomian Indonesia BI terus memantau perkembangan kondisi ekonomi dan meracik
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Selain itu penurunan tingkat bunga acuan, penyesuaian Rasio Intermediasi Perbankan
(RIM), perubahan rasio pinjaman (Loan to Value/LTV) bagi sektor perumahan, dan
ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM). Tak ketinggalan, bank sentral nasional juga
melakukan penguatan aspek sumber pendanaan bank untuk peningkatan kredit dengan
memasukan pinjaman bank sebagai sumber dana selain Dana Pihak Ketiga (DPK).

Anda mungkin juga menyukai