Anda di halaman 1dari 39

A.

Judul : Efektivitas Pemberian Kredit Modal Kerja Untuk Mencegah Kredit

Bermasalah Pada PT. BPD Bali cabang Denpasar


B. Latar Belakang

Peran lembaga keuangan saat ini sangat vital bagi masyarakat untuk mendanai

berbagai kebutuhan yang diperlukan. Salah satu lembaga yang sering dirujuk oleh

masyarakat untuk mendapatkan dana instant yaitu bank. Berdasarkan pada Undang

undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah

dengan Undang Undang No. 10 Tahun 1998 mendefinisikan bank sebagai badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

yang lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Pengertian

tersebut juga sejalan dengan fungsi dari bank yaitu sebagai financial intermediary

intitutions yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali untuk

berbagai tujuan.

Berdasarkan data terakhir kementerian dan usaha kecil dan menengah terjadi

peningkatan jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2012-2013. Awalnya jumlah

UMKM sebanyak 56.539.560 unit pada tahun 2012 menjadi 57.900.787 unit pada

tahun2013. Terjadi peningktan jumlah UMKM sebanyak 1.361.227 unit atau sekitar

2.41%. Ini berarti bahwa angka tersebut terus meningkat bersamaan dengan

meningkatnya jumlah penduduk saat ini. Di Bali tingkat UMKM terbanyak berada di

kota Denpasar. Hal tersebut dikarenakan Denpasar menjadi ibu kota provinsi dan juga
menjadi pusat pemerintahan di Bali sehingga mempermudah dalam mengurus

perijinan usaha. Peningkatan jumlah UMKM di Kota Denpasar tidak hanya di

dominasi oleh masyarakat asli Denpasar, akan tetapi masyarakat dari luar Kota

Denpasar juga ikut mengembangkan UMKM di Kota Denpasar. Peningkatan tersebut

tentu juga akan meningkatkan angka permintaan kredit untuk kecukupan modal

usaha. Sebagai UMKM awal kredit jangka pendek biasanya sering diminati untuk

mendukung usaha seperti pembelian persediaan, pembelian bahan baku, dan

pembelian bahan-bahan yang habis dalam satu siklus usaha.

PT Bank Pembangunan Daerah Bali, selanjutnya disebut Bank BPD Bali atau

Perseroan, adalah sebuah perseroan terbatas yang menyelenggarakan kegiatan usaha

di bidang perbankan. Bank BPD Bali didirikan berdasarkan akta No.131 tanggal 5

Juni 1962 yang dibuat di hadapan Ida Bagus Ketut Rurus, Sekretaris Daerah Tingkat I

Bali merangkap Notaris. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan

tujuan pendirian usaha Bank adalah berusaha di bidang perbankan. Untuk

mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, ruang lingkup kegiatan Bank BPD Bali

meliputi: a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,

deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu, b) Memberikan kredit, c) Menerbitkan surat pengakuan

hutang, d) Menempatkan dana, meminjam dana dari/atau meminjamkan dana kepada

bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan

wesel unjuk, cek atau sarana lainnya, e) Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh
bank sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang

berlaku.

PT. BPD Bali merupakan bank daerah terbesar yang dimiliki oleh masyarakat

Bali. BPD Bali memiliki visi yaitu Menjadi Bank yang Kuat, Berdaya Saing Tinggi,

dan Terkemuka dalam Melayani UMKM serta Berkontribusi bagi Pertumbuhan

Perekonomian Daerah. Dalam visi tersebut BPD Bali berambisi untuk menjadikan

perusahaannya sebagai pusat penyedia layanan keuangan untuk UMKM sehingga

mampu membantu terbangunnya perekenomian Bali. Untuk mendukung hal tersebut

BPD Bali menyediakan berbagai jenis kredit untuk keperluan pengembangan

UMKM. Layanan kredit yang diberikan oleh BPD Bali diantaranya yaitu Kredit

Konsumtif, Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, Kredit Konstruksi, KPB/J Bali

Dwipa, KKLK Bali Dwipa, Kredit Pasar Bali Dwipa, KUPP, DPM UMKM & KOP

LPD dan KUEP, DPM UPP/Subak Abian, Pundi Sejahtera, KAG, dan Pundi Bali

Dwipa.

Berdasarkan skala penyaluran kredit, pada tahun 2016 kredit produktif dengan

klasifikasi mikro, kecil dan menengah (UMKM) tercatat sebesar Rp5.864 miliar atau

mencapai 37,53% dari total kredit Bank. Dari total kredit kepada UMKM tersebut

8,81% disalurkan kepada usaha mikro 56,86% ke usaha kecil dan sisanya 34,33%

diperuntukkan bagi usaha menengah. Pertumbuhan kredit UMKM tercatat 9,97%,

terutama didorong oleh penyaluran kredit pada kelompok kecil yang meningkat dari

56,21% menjadi 56,86%. Dari hasil laporan keuangan tahun 2016 pertumbuhan
kredit modal kerja BPD Bali mengalami perlambatan sebesar 1.93% akan tetapi

pemberian kredit secara keseluruhan mengalami pertumbuhan sebesar 6.66% dari

tahun sebelumnya.

Jumlah kredit yang dikategorikan sebagai kredit lancar sesuai ketentuan Bank

Indonesia menurun jika dibandingkan tahun 2015, yaitu menjadi Rp15.189 miliar dari

Rp15.713 miliar di tahun 2015. Porsi kredit lancer mencapai 97,21% terhadap total

kredit yang diberikan. Kemudian pada tahun ini, kredit yang dikategorikan dalam

perhatian khusus meningkat signifikan hingga 447,37% menjadi Rp208 miliar dari

sebelumnya Rp38 miliar di tahun 2015. Kredit macet juga meningkat dari Rp56

miliar di tahun 2015 menjadi Rp189 miliar di tahun 2016.

Kredit modal kerja yang memiliki turn over relatif pendek terkadang membuat

bank tidak menerapkan prosedur-prosedur kredit yang telah ditetapkan. Prosedur-

prosedur kredit yang dilanggar akan berakibat pada pemberian kredit yang salah

sasaran. Kredit jangka pendek yang tidak tepat sasaran secara terus menerus

dilakukan akan meningkatkan rasio non performing loan pada bank.

Berdasarkan hasil dari penjelasan latar belakang tersebut maka peneliti

bermaksud untuk melakuakan penelitian dengan judul Efektivitas Pemberian

Kredit Modal Kerja Untuk Mencegah Kredit Bermasalah Pada PT. BPD Bali

Cabang Denpasar
C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarakan latar belakang penelitian di atas, dapat ditarik rumusan masalahnya

yaitu Bagaimana Efektivitas Pemberian Kredit Modal Kerja Untuk Mencegah Kredit

Bermasalah Pada PT. BPD Bali cabang Denpasar.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui efektivitas dari penyaluran kredit modal kerja yang dilakukan

oleh PT. BPD Bali cabang Denpasar guna untuk mencegah terjadinya kredit

bermasalah.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan

memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan

pengetahuan dalam bidang ilmu akuntansi yang berkaitan dengan perbankan

khususnya terkait dengan pemberian kredit. Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat menjadi tambahan refrensi untuk penelitian-penelitian

selanjutnya yang terkait.


2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui tingkat

efektivitas penyaluran kredit modal yang dilakukan oleh PT. BPD Bali cabang
Denpasar sehingga hasil penelitian ini mampu menambah wawasan dan dapat

digunakan sebagai pertimbangan oleh bank khususnya BPD Bali dalam

pemberian kredit modal kerja sehingga mampu mencegah adanya kredit yang

bermasalah.
F. Kajian Pustaka
F.1 Kredit
F.1.1 Pengertian Kredit

UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan

pemberian bunga.

Menurut Rivai et al (2007:4) kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari

satu pihak (kreditor) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau

pengutang) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada

tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.

F.1.2 Unsur-Unsur Kredit

Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan adalah hal yang sangat mendasar

yang menciptakan kesepakatan antara pihak yang memberikan kredit dan pihak yang

menerima kredit untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban yang telah disepakati,

baik dari jangka waktu peminjaman sampai masa pengembalian kredit serta balas jasa

yang diperoleh.
Menurut, Moh.Toejekam (1998:2-3) unsur-unsur yang terkandung dalam

pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

a. Waktu

Waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka

waktu tersebut menyatakan bahwa ada jarak antara saat pesetujuan pemberian kredit

dan pelunasannya.

b. Kepercayaan

Kepercayaan ini yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada

debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikannya sesuai

kesepakatan yang disetujui oleh pihak kedua.

c. Penyerahan

Penyerahan ini merupakan pernyataan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai

ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikannya setelah jatuh tempo.

d. Risiko

Risiko yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak

antara saat memberikan dan perlunasannya. Semakin panjang suatu kredit semakin

besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik

yang disengaja oleh nasabah maupun yang tidak di sengaja.


e. Persetujuan/ Perjanjian

Persetujuan/Perjanjian merupakan suatu hal yang menyatakan bahwa antara

kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu

perjanjian.

F.1.3 Tujuan Kredit

Misi bank dalam memberikan kredit tidak lepas dari tujuannya melakukan

pemberian kredit adapun tujuan utama bank dalam memberikan kredit kepada para

debitur atau nasabahnya adalah sebagai berikut :

a. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil

tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan

biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Kemudian hasil lainnya

bahwa nasabah yang memperoleh kredit pun bertambah maju dalam usahanya.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-

menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan

dilikuidasi.

b. Membawa Usaha Nasabah


Dengan adanya kredit membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik

dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak

debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

c. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,

maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan

pembangunan diberbagai sektor.

F.1.4 Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2008:105) pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu

fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut antara lain :

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan

barang atau jasa oleh penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah

ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang akan memperoleh

tambahan uang dari lainnya.


3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk

mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke

wilayah lainnya, sehingga barang yang beredar dapat bertambah atau kredit dapat

pula meningkatkan jumlah yang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena

dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan

oleh masyarakat.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan usahanya dan nasabah yang

memang modalnya pas-pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, dalam hal

meningkatkan pendapatan.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional


Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan

antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberi kredit oleh negara lain akan

meningkatkan kerjasama di bidang lainnya.

F.1.5 Jenis-jenis Kredit

Ada beberapa jenis kredit yang dikemukakan oleh menurut Kasmir, 2010:76

diantaranya:

1. Dilihat Dari Segi Kegunaan

a) Kredit Investasi

Merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan

perluasan usaha.

b) Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasionalnya.

2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit

a) Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi dan investasi. kredit ini

diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

b) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

c) Kredit Perdagangan
Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membeli aktivitas

perdagangan.

3. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu

a) Kredit Jangka Pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu

tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b) Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan

biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.

c) Kredit Jangka Panjang

Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu tiga sampai lima tahun.

4. Dilihat Dari Segi Jaminan

a) Kredit Dengan Jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan.

b) Kredit Tanpa Jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a) Kredit Pertanian

Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian.

b) Kredit Peternakan
Kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

c) Kredit Industri

Kredit yang diberikan untuk membiayai industri kecil, industri menengah dan

industri besar.

d) Kredit Pertambangan

Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai

biasanya dalam jangka panjang.

e) Kredit Pendidikan

Kredit yang diberikan untuk membangun sarana pendidikan atau dapat pula

berupa kredit untuk para mahasiswa.

f) Kredit Profesi

Kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional.

g) Kredit Perumahan

Kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya

berjangka waktu panjang.

F.1.6 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Sebelum fasilitas kredit diberikan, maka bank harus yakin bahwa kredit yang

diberikan akan kembali, keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit

sebelum kredit tersebut disalurkan, untuk mendapatkan nasabah yang benar - benar
layak untuk diberikan pinjaman, dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P, penilaian

dengan analisis 5 C menurut Kasmir (2008:117) adalah sebagai berikut :

1. Watak (character)

Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus

dapat dipercaya.

2. Kapasitas (capacity)

Analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit, dari

penilaian dapat terlihat kemampuan nasabah atau kreditur dalam mengelola bisnis,

kemampuan ini dihubungkan dengan pendidikan dan pengalamannya selama ini

dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam

mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Modal (capital)

Digunakan untuk melihat penggunaan modal, apakah etektif atau dapat dilihat

dari laporan keuangan (nearaca dan laporan laba-rugi) yang disajikan dengan

melakukan pengukuran dari segi likuditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran

lainnya.

4. Kondisi (condition)

Menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang

ada sekarang dan predikasi untuk di masa yang akan datang, penilaian kondisis atau
prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik sehingga

kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5. Jaminan (collateral)

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun non fisik, jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.

Sedangkan penilaian kredit dengan analisis 7 P antara lain:

1. Kepribadian (personality)

Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari

maupun kepribadiannya masa lalu.

2. Kelompok (party)

Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan

tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3. Maksud atau tujuan (purpose)

Mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang

diinginkan nasabah.

4. Kemungkinan atau harapan (prospect)

Untuk menilai usaha calon nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan

atau tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.


5. Pembayaran (payment)

Merupakan ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil

atau dari sumber mana kredit dikembalikan.

6. Profitabilitas (profitability)

Untuk menganalisi bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba,

profitability diukur dari periode akan tetap sama atau semakin meningkat, dengan

tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Perlindungan (potection)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang diberikan mendapat jaminan

perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.

Menurut Ismail (2010:118) ada satu asas lagi yang harus dianalisis sebelum

memberikan kredit yaitu asas 3R.

1. Hasil (returns)

Penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah

memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar

pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon debitur

bersangkutan maka kredit diberikan dan begitu pula sebaliknya.


2. Pembayaran kembali (repayment)

Memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh

calon debitur, tetapi perusahaanya tetap berjalan.

3. Risiko bantalan kemampuan (Risk Bearing Ability)

Memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk

menghadapi risiko, apakah risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan

menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang

usaha dan manajemen perusahaan bersangkutan. Jika risk bearing ability perusahaan

besar maka kredit tidak diberikan dan sebaliknya.

F.1.7 Prosedur Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2009:115) prosedur pemberian kredit secara umum oleh badan

hukum adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan berkas-berkas

Pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu

proposal yang dilampiri berkas-berkas antara lain latar belakang perusahaan, maksud

dan tujuan, besarnya kredit dan jangka waktu dan cara pemohon mengembalikan

kredit hingga jaminan kredit.

2. Penyelidikan berkas pinjaman


Tujuannya mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai

persyaratan dan sudah benar agar permohonan kredit dapat segera diproses.

3. Wawancara I

Wawancara bertujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang

sebenarnya.

4. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek

yang akan dijadikan usaha atau jaminan, kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil

wawancara I.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas bila masih ada kekurangan-kekurangan

pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

6. Keputusan kredit

Yakni menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka

dipersiapkan administrasinya. Bila ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan

sesuai dengan alasannya masing-masing.

7. Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya


Sebelum kredit dicairkan, maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangi akad

kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang

dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara

langsung, atau dengan melalui notaris.

8. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan

dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran atau penarikan dana

Penyaluran atau penarikan dana adalah pencairan atau pengambilan uang dari

rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan

dan tujuan kredit.

F.2 Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk

membiayai keperluan modal kerja debitur (BI, 2009). Berdasarkan jenisnya kredit

modal kerja untuk UMKM dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu kredit modal

kerja mikro, kredit modal kerja kecil, dan kredit modal kerja menengah (BI, 2009).

Dalam memberikan kredit modal kerja adan beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan. Faktor utama pertimbangan kredit modal kerja mikro adalah

kondisi usaha/ kemampuan membayar debitur dan karakter debitur, sedangkan pada
kredit modal kerja kecil dan menengah yang diutamakan adalah agunan, karakter

debitur dan kondisi usaha/kemampuan membayar (BI, 2009).

F.3 Efektivitas Pemberian Kredit

Menurut Ulum (2005:272), efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil

program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan

perbandingan outcome dengan output. Untuk mencari tingkat efektivitas dapat

digunakan rumus sebagai berikut (Halim, 2002:129):

output aktual
Efektifitas= X 100
Output t arg et

Artinya, pemberian kredit dikatakan efektif apabila jumlah output aktual lebih

besar atau sama dengan output target. Standart efektivitas menurut Keputusan Menteri

Dalam Negeri No. 690.900-327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja

keuangan dapat diketahui efektif atau tidak dengan memnuhi kriteria sebagai berikut

Tabel 1. Kriteria tingkat efektivitas:.

Efektivitas Kriteria
>100% Sangat efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup efektif
60-80% Kurang efektif

60% Tidak efektif

Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900-327 tahun 1996


Dalam menilai efektivitas program, Tayibnafis (2000:23-36) dalam Ali

Muhidin (2009) menjelaskan berbagai pendekatan evaluasi. Pendekatan-pendekatan

tersebut yaitu:

a. Pendekatan eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini berasal dari

kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik.

Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak

suatu program tertentu dengan mengontrol sabanyak-banyaknya faktor dan

mengisolasi pengaruh program.


b. Pendekaatan yang berorientasi pada tujuan (goal oriented approach). Pendekatan

ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan.

Pendekatan ini amat wajar dan praktis untuk desain pengembangan program.

Pendekatan ini memberi petunjuk kepada pengembang program, menjelaskan

hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dengan hasil yang akan

dicapai.
c. Pendekatan yang berfokus pada keputusan (the decision focused approach).

Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk

pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini

informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program

membuat keputusan. Oleh sebab itu, evaluasi harus direncanakan sesuai dengan

kebutuhan untuk keputusan program.


d. Pendekatan yang berorientasi pada pemakai (the user oriented approach).

Pendekatan ini memfokuskan pada masalah utilisasi evaluasi dengan penekanan

pada perluasan pemakaian informasi. Tujuan utamanya adalah pemakaian


informasi yang potensial. Evaluator dalam hal ini menyadari sejumlah elemen

yang cenderung akan mempengaruhi kegunaan evaluasi, seperti cara-cara

pendekatan dengan klien, kepekaan, faktor kondisi, situasi seperti kondisi yang

telah ada (pre-existing condition), keadaan organisasi dengan pengaruh

masyarakat, serta situasi dimana evaluasi dilakukan dan dilaporkan. Dalam

pendekatan ini, teknik analisis data, atau penjelasan tentang tujuan evaluasi

memang penting, tetapi tidak sepenting usaha pemakai dan cara pemakaian

informasi.
e. Pendekatan yang responsif (the responsive approach). Pendekatan responsif

menekankan bahwa evaluasi yang berarti adalah evaluasi yang mencari

pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat,

berminat, dan berkepentingan dengan program (stakeholder program). Evaluator

menghindari satu jawaban untuk suatu evaluasi program yang diperoleh dengan

memakai tes, kuesioner, atau analisis statistik, sebab setiap orang yang

dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik. Evaluator mencoba

menjembatani pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskan atau

menguraikan kenyataan melalui pandangan orang-orang tersebut. Tujuan evaluasi

adalah untuk memahami ihwal program melalui berbagai sudut pandang yang

berbeda.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas adalah

menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil

guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana
tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya

suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai targettargetnya. Hal ini berarti,

bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan

yang dikehendaki.

F.4 Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)


F.4.1 Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup

membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah

diperjanjikannya. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan

kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D),

dan Macet (M).

NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan

oleh bank. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang

bermasalah dibandingkan dengan total kredit. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010):

Rasio Non Performing Loan (NPL) ini dapat diformulasikan sebagai berikut :

kredit bermasalah
NPL= X 100
kredit yang disalurkan
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL (Non Performing Loan) dapatdilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL
Rasio Predikat

NPL 5% Sehat

NPL > 5% Tidak sehat

Sumber : Bank Indonesia

Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL (Non Performing Loan)

Berdasarkan tabel di atas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah

sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut

dikatakan tidak sehat.

F.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Resiko Kredit Macet


1. Error Omission

Timbulnya kredit macet yang ditimbulkan oleh adanya unsur kesengajaan untuk

melanggar kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

2. Error Commusion

Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan lemahnya peraturan atau ketentuan

yaitu memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas. Kredit-kredit yang

disalurkannya jika banyak yang macet akan menimbulkan kerugian yang besar.
Dengan pedekatan term of reference, biasanya akan diketahui apakah kredit macet itu

karena error omission atau error commission. Jadi kesalahannya bisa saja bukan pada

dasar keputusannya, tetapi karena masalah monitoring dan pembinaan bank terhadap

nasabahnya. Sama-sama salah, tetapi esensinya menjadi lebih jelas dan memudahkan

menemukan siapa yang bertanggung jawab, bukan siapa yang dipersalahkan.

F.4.3 Penyelesaian dan Pencegahan Kredit Macet

Untuk menyelesaikan dan menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet,

dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Rescheduling (Penjadwalan Ulang)

Perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu

termasuk masa tenggang dan perubahan angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua

debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh koperasi, melainkan hanya kepada debitur

yang menunjukan itikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk

membayar atau melunasi kredit (willingness to pay). Disamping itu, usaha debitur

juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas.

2. Reconditioning (Persyaratan Ulang)

Perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada

perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan

pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan syarat
kredit tersebut tidak termasuk penambahan dana atau injeksi dan konversi sebagian

atau seluruh kredit menjadi equity perusahaan. Debitur yang bersifat jujur, terbuka

dan kooperatif yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan dan

diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang.

3. Restructuring (Penataan Ulang)

Perubahan syarat kredit yang menyangkut penambahan dana koperasi atau

konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan

konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan koperasi atau

mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan.

4. Liquidation (Likuidasi)

Penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang.

Pelakasanaan likuidasi ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-

benar menurut koperasi sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau

usaha anggota yang sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. Proses

likuidasi ini dapat dilakukan dengan menyerahkan penjualan barang tersebut kepada

anggota yang bersangkutan.

G. Metode Penelitian
G.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana statistik

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014:206). Berdasarkan hal tersebut

penulis menggunakan metode deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan

mengolah data yang diperoleh selama pengumpulan data yang kemudian dilanjutkan

dengan perhitungan statistik dan juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, dan

mendapatkan pengertian dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam hal ini

aktivitas yang dilakukan penulis adalah mempelajari hubungan antara efektivitas

pemberian kredit modal kerja dengan upaya pencegahan kredit bermasalah, dengan

tujuan mendapatkan gambaran rinci tentang masalah tersebut.

G.2 Lokasi Atau Ruang Lingkup Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah PT. Bank BPD Bali Cabang Denpasar. Terdapat 7

Kantor Cabang Pembantu dan 1 kantor cabang utama Bank Pembangunan Daerah

Bali di Kota Denpasar Bali. Berikut alamatnya.

1. Cabang Utama Denpasar, Jl. Gajah Mada No. 6 Denpasar 80111, Telp. : (0361)

224981, 224028, Telex : 35710, Fax. : (0361) 234865


2. Capem Gatot Subroto, Jl. Gatot Subroto No. 268 Blok E-F, Desa Tonja,

Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar (80239), Telp. : (0361) 430337, Fax :

(0361) 430378
3. Capem Teuku Umar, Jl. Teuku Umar No. 246, Denpasar 80113, Telp. : (0361)

245766, Fax : (0361) 226108


4. Capem Fak. Ekonomi UNUD, Jl. Ir. Ida Bagus Oka, Denpasar 80232, Telp. :

(0361) 241932
5. Capem Kamboja, Jl. Kamboja No. 23 Denpasar 80233, Telp. : (0361) 261359,

264288, Fax. : (0361) 261327, 261601


6. Capem Monang-Maning, Jl. Gunung Batukaru No. 49 A Denpasar, Telp. : (0361)

481247
7. Capem Sesetan, Jl. Raya Sesetan No.644, 646 Denpasar, Telp. : (0361) 728356,

Fax : (0361) 429057


8. Capem Ubung, Jl. Cokroaminoto No. 96 Ubung Denpasar 80116, Telp. : (0361)

434263, Fax. : (0361) 429057


G.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pegawai dan laporan keuangan PT. BPD

Bali Cabang Denpasar.

G.4 Identifikasi Variabel


Menurut Sugiyono (2012 :59), variable penelitian merupakan atribut sifat atau

nilai dari orang, objek, maupun kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti agar dapat dipelajari dan ditarik kesimpulan.

G.5 Definisi Operasional Variabel


G.5.1 Efektivitas Pemberian Kredit Kerja

Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan

(Mardiasmo, 2005:4). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektivitas selalu berhubungan dengan tingkat pencapaian tujuan atau hasil program

dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari pengertian efektivitas tersebut

maka dapat dapat disimpulkan efektivitas pemberian kredit modal kerja berkaitan

dengan tingkat kesesuaian pelaksanaan pemberiaan kredit modal kerja dengan

prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk mengukur tingkat efektivitas

maka perlu diketahui bagaimana prosedur dan penilaian dalam pemberian kredit yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

Adapun indikator-indikator dalam variable mengukur efektivitas pemberian

kredit modal kerja yaitu :

Tabel 3
Indikator Efektivitas Pemberian Kredit Modal Kerja

Variable Indikator Skala Pengukuran Instrumen


Efektivitas 1. Ditaatinya prinsip- Ordinal Kuisioner

Pemberian Kredit prinsip perkreditan


Modal Kerja 5C + 7P + 3R
2. Ditaatinya prosedur
Ordinal Kuisioner
pemberian kredit

yang meliputi :
a. Persiapan kredit
b. Penyelidikan

dan analisis

kredit
c. Keputusan kredit
d. Pelaksanaan

kredit
e. Suvervisi kredit
Sumber : Rachmat Firdaus (2004:91)

G.5.2 Kredit Bermasalah

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.12/11/DPNP/2010 bahwa kredit

bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet.

Jumlah kredit bermasalah dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

kredit bermasalah
NPL= X 100
kredit yang disalurkan

G.6 Jenis dan Sumber Data


G.6.1 Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.

a. Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam

bentuk angka, yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran
umum obyek penelitian, meliputi: Sejarah singkat berdirinya, letak geografis

obyek, Visi dan Misi, struktur organisasi.


b. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka. Dalam hal ini data kuantitatif adalah pengolahan

data dari hasil angket.


G.6.2 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana

data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data

yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian

ini adalah pegawai PT. Bank BPD Bali Cabang Denpasar.


b. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai

penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam

bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder yang dipakai

adalah laporan keuangan dan laporan lainnya yang terkait dengan perencanaan

dan realisasi kredit PT. Bank BPD Bali Cabang Denpasar.


G.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
G.7.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80)


Berdasarkan pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

karyawan PT. BPD Bali Cabang Denpasar.

G.7.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2013:116). Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah manajemen

dan pegawai yang terlibat langsung dalam pemberian kredit modal kerja pada PT.

BPD Bali Cabang Denpasar.

G.7.3 Metode Penentuan Sampel

Pemilihan sampel pada penelitian ini didasarkan pada teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau

kriteria tertentu (Sugiyono, 2013:122). Kriteria yang dipertimbangkan dalam

penelitian ini adalah :

a) Pegawai PT. BPD Bali Cabang Denpasar yang bekerja dibagian kredit.
b) Manajemen PT. BPD Bali Cabang Denpasar yang terlibat dalam otorisasi

pemberian kredit.
c) Bagian pengelola risiko kredit PT. BPD Bali Cabang Denpasar.

G.8 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis

adalah sebagai berikut :

1. Field Research
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data primer. Hal ini berguna untuk

mengetahui secara langsung proses aktivitas yang sebenarnya. Adapun caranya-

caranya adalah sebagai berikut :

a) Wawancara

Mengadakan Tanya jawab dengan pimpinan dan karyawan bagian pemberian

kredit pada PT. BPD Bali Cabang Denpasar untuk mendapatkan informasi atau data

yang berkepentingan dengan bidang penelitian.

b) Kuisioner

Dilakukan dengan cara memberikan seperangkat daftar pertanyaan yang tertulis

kepada responden.

2. Studi Pustaka

Teknik ini dipergunakan untuk memeroleh data sekunder dengan cara mempelajari

buku-buku literature dan sumber data lain yang ada kaitannya dengan masalah yang

akan dilaporkan penulis. Dalam hal ini mencari relevansi antara teori dan

implementasinya.

G.9 Skala Pengukuran Data


G.10 Pengujian Instrumen

Instrumen penelitian merupakan cara-cara untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan. Untuk menerangkan masalah yang diteliti mengenai hubungan


pelaksanaan efektivitas pemberian kredit modal kerja dengan pencegahan kredit

bermaslah maka penulis menggunakan angket/kuisioner yaitu menyebarkan

pertanyaan kepada karyawan dan pimpinan pada PT. BPD Bali Cabang Denpasar.

Pengumpulan data menggunakan kuisioner sehingga perlu dilakukan uji

validitas dan uji reliabilitas.

1) Uji Validitas

Uji validitas instrumen dilakukan untuk menguji validitas tiap bulir/item

instrumen. Formula yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment dari

Karl Pearson, yaitu :

N X i Y i X i Y i
r xy =
[ N X ( X ) ][ N Y ( Y ) ]
2
i i
2 2
i i
2

2) Uji Reliabilitas

Formula yang digunakan dalam menguji reliabilitas instrument dalam penelitian

ini adalah Koefisien Alfa () dari Cronbach (1951), yaitu :

2
r=[
k
][1 2 i ]
k 1 t

Dimana :
2
( X )
X 2 N
2=
N

r = reliabilitas instrument

k = banyaknya bulir soal

2i = jumlah variansi bulir

2
i = variansi total

N = jumlah responden

(Saeffudin Azwar, 1992 dalam Ating Somantri (2006:48))

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka menguji reliabilitas instrument menurut

Ating Somantri (2006:48) adalah sebagai berikut :

a. Memberikan skor terhadap instrument yang telah diisi oleh setiap responden.
b. Untuk mempermudah pengolahan data, buat table pembantu untuk menempatkan

skor-skor item yang diperoleh.


c. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh masing-masing responden.
d. Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh masing-masing responden.
e. Menghitung variansi masing-masing item.
f. Menghitung variansi total.
g. Menghitung nilai koefisien alfa.
h. Membandingkan nilai koefisien alfa dengan nilai koefisien korelasi product momet

yang terdapat dalam tabel.


i. Membuat kesimpulan. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka

instrument dinyatakan reliabel.


G.11 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi

sedehana.
Daftar Rujukan

Bank Indonesia. 2009. Hasil Kajian Kredit Konsumsi Mikro, Kecil, dan Menengah
Untuk Kegiatan Produktif. Jakarta.

Barus, Caroline Andriani dan Erick. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Non Performing Loan Pada Bank Umum Di Indonesia. Jurnal
Wira Ekonomi Mikroskil, 06(02): h:113-122.

Clarita, Putu Yemima Clay., Darminto dan Zahroh Z.A. 2014. Analisis Efektivitas
Pemberian Kredit Dalam Rangka Mengoptimalkan Alokasi Dana Bank (Studi
pada PT. Bank Jatim Cabang Batu periode 2011-2013). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB), 15(02): h:1-7.

Desy, Prapti Osiani I GAN., dkk. 2016. Analisis Efektivitas Pemberian Kredit Modal
Kerja Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Dan Menengah.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 04.

Firdaus, Putri Parlistya., Topowijono dan Zahroh.Z.A. 2016. Analisis Pengendalian


Manajemen Kredit Modal Kerja Guna Meminimalisir Kredit Bermasalah
(Studi pada PD. BPR Bank Daerah Lamongan). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB). 33(01): h: 79-88.

Fitria, Nurul dan Raina Linda Sari. 2012. Analisis Kebijakan Pemberian Kredit Dan
Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Loan To Deposit Ratio Pada Pt.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Rantau, Aceh Tamiang
( Periode 2007-2011). Jurnal Ekonomi dan Keuangan. 01(01): h:88-101.
Ginting, Ramlan. 2005. Pengelolaan Dana Dan Likuiditas Bank. Disampaikan dalam
Diskusi Hukum Aspek Hukum Perbankan, Perdata, dan Pidana Terhadap
Pemberian Fasilitas Kredit Dalam Praktek Perbankan di Indonesia

Hadi, Pemi Rosalina dan Yuliastuti Rahayu. 2014. Sistem Pengendalian Internal
Pemberian Kredit Pada Bank Danamon Cabang Kembang Jepun Surabaya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. 03(11): h: 1-16.

Hamdani, dkk. 2015. Analisis Pemberian Kredit Modal Kerja Sebagai Upaya
Mengantisipasi Terjadinya Kredit Bermasalah. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB). 24(02): h: 1-6.

Jumhur. 2009. Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Di Kota
Pontianak (Studi Kasus Permintaan Modal Kerja Usaha Kecil Sektor
Perdagangan dari BMT). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 16(02): h:85 96.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor


/Pojk.05/2014. Jakarta.

Pratiwi, Yaniar Wineta., Dwiatmanto dan Maria Goretti Wi Endang NP. 2016.
Analisis Manajemen Risiko Kredit Untuk Meminimalisir Kredit Modal Kerja
Bermasalah (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang
Ponorogo). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 38(01): h: 157-163.

Satria, Dias dan Rangga Bagus Subegti. 2010. Determinasi Penyaluran Kredit Bank
Umum Di Indonesia Periode 2006-2009. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
14(03): h:415424.

Wenie., Darminto dan Achmad Husaini. 2015. Evaluasi Sistem Dan Prosedur
Pemberian Kredit Modal Kerja Dalam Upaya Mengatasi Kredit Bermasalah
(Studi pada PD BPR Tugu Artha Malang Periode Tahun 2009-2011). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB).Vol. 22 No. 2.

Wuryandani, Gantiah., dkk. 2014. Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan

Yunitasari, Ira., Dwi Atmanto dan Maria Goretti Wi Endang. 2015. Analisis Prosedur
Pemberian Kredit Modal Kerja Dalam Usaha Mengantisipasi Kredit
Bermasalah (Studi Pada Pt.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Jombang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 26(02): h:1

Anda mungkin juga menyukai