Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMERIKSAAN PAJAK

UNTUK JENIS USAHA MANUFAKTUR


Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Pajak

Dosen Pengajar : Rosalita Rachma Agusti, SE., MSA., Ak

Disusun Oleh
Kelompok 5

Leni Marlina 175030400111002


Jelita Ayu Syah Putri 175030401111003
Lailatul Nur Rohmawati 175030401111010
Reza Muliasari 175030401111013
Nisrina Rafian 175030401111019
Laila Mailani 175030401111028

PERPAJAKAN
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
PEMBAHASAN

A. Kegiatan-kegiatan Dalam Menjalankan Usaha Manufaktur


Perusahaan Manufaktur adalah sebuah badan usaha yang mengoperasikan mesin,
peralatan dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah bahan-bahan mentah
menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual. Industri manufaktur terbagi menjadi beberapa
jenis perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang seperti, Industri dasar dan kimia,
aneka industri dan aneka barang konsumsi. Perusahaan yang tergolong jenis Industri dasar
dan kimia adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi semen,
keramik, porselen, logam, kimia, plastik, pakan ternak, kayu dan pengolahannya, kertas dan
sebagainya. Perusahaan yang tergolong aneka industri adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang mesin dan alat berat, otomotif dan komponennya, tekstil dan garment, alas kaki,
kabel dan elektronika. Dan yang termasuk ke dalam Industri barang konsumsi diantaranya
adalah perusahaan- perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman,
rokok, farmasi, kosmetik dan alat rumah tangga.

Secara umum kegiatan pada perusahaan manufaktur terbagi terdiri dari:


 Aktivitas Material:
Menunjukkan aliran bahan baku. Produsen biasanya memulai periode dengan beberapa
persediaan bahan baku awal yang tersisa dari periode sebelumnya.
 Aktivitas Produksi:
Menggambarkan aktivitas produksi yang didalamnya terdapat proses inventaris, bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan overhead. Pekerjaan awal dalam proses inventaris terdiri dari
sebagian produk lengkap dari periode sebelumnya
 Aktivitas Penjualan:
Menunjukkan apa yang terjadi pada barang jadi: Perusahaan menggabungkan persediaan awal
barang jadi dengan unit yang baru selesai (barang yang diproduksi). Bersama-sama, mereka
membuat total barang jadi yang tersedia untuk dijual pada periode saat ini.

Secara rincinya kegiatan-kegiatan yang terdapat pada perusahaan manufaktur meliputi:


1. Perencanaan Produksi
Dalam suatu industri pasti dibutuhkan sebuah proses perencanaan produksi supaya segala
kegiatan produksi yang dijalankan dapat berjalan dan terorganisir dengan baik. Perencanaan
produksi merupakan suatu proses penetapan tingkat output manufacturing secara keseluruhan
guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan dan pengadaan barang yang diinginkan
yang sesuai dengan forecast dari planner. Rencana produksi sendiri biasanya dinyatakan
dalam bulanan untuk peoride satu tahun atau lebih untuk setiap jenis produknya. Dalam suatu
industri, departmen perencanaan produksi biasa disebut dengan department PPIC. PPIC
merupakan singkatan dari Production Planning Inventori Control yang artinya segala
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan produksi, pengadaan bahan, dan produksi
dikontrol langsung oleh PPIC.
2. Penyimpanan Raw Material & Packaging Material
Bahan baku merupakan komponen dasar yang terpenting dalam sistem manufaktur karena
dari bahan baku inilah segala kegiatan produksi dapat dilakukan hingga menghasilkan produk
jadi Bahan baku yang digunakan dapat menjadi faktor penentu utama dalam suatu produksi,
apabila bahan baku yang digunakan memiliki kualitas yang baik maka produk jadi yang
dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang baik. Selain baik secara fisik, bahan baku yang
akan digunakan untuk produksi juga harus dalam kondisi penanganan yang baik. Di samping
bahan baku, terdapat juga bahan kemas yang berguna untuk menunjang hasil produk jadi.
Bahan kemas makanan merupakan suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat
yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya
kemasan pada sebuah produk dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan,
memperpanjang umur simpan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran,
memberikan informasi kepada konsumen serta melindungi produk dari gangguan fisik seperti
gesekan, benturan dan getaran.
3. Warehouse
Warehouse memiliki fungsi untuk menerima barang dari supplier, menyimpan barang sampai
barang tersebut dibutuhkan untuk proses produksi, melakukan pengiriman barang ke
distributor, dan sebagai tempat untuk melindungi seluruh material dan produk jadi dari
pengaruh kontaminan luar, binatang pengerat, serangga, serta melindungi produk jadi dari
segala kerusakan yang bisa merugikan. Warehouse dibagi menjadi 2 yaitu warehouse RMPM
(Raw Material & Packaging Material) dan warehouse FG (Fisnih Good). Warehouse RMPM
digunakan sebagi tempat menyimpan seluruh material yaitu bahan baku dan bahan kemas
serta bahan pelengkap kemasan. Sedangkan warehouse FG digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan produk jadi yang sudah siap untuk didistribusikan maupun produk jadi yang
masih menunggu status releasedari bagian QC.
4. Persiapan Material
Proses persiapan material atau biasa disebut dengan proses preparasi merupakan bagian dari
proses produksi yang dilakukan di awal proses. Proses preparasi dilakukan untuk membantu
meminimalisir adanya kesalahan dalam proses produksi nantinya sehingga kualitas produk
akhir yang dihasilkan dapat tetap terjaga baik. Prosedur kegiatan yang dilakukan oleh bagian
preparasi dimulai dari tim preparasi menerima dokumen DO (Delivery Order) dari
warehouse. Lalu dilakukan pengecekan pada material yang akan diserahterimakan.
Pengecekan ini berfungsi untuk menghindari adanya kesalahan pada personil atau human
error ketika melakukan pengecekan pertama.
5. Proses Produksi
Proses produksi (manufacture) adalah kegiatan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan melibatkan bahan baku, bahan kemas,
tenaga kerja, mesin serta alat-alat perlengkapan lainnya sehingga produk tersebut memiliki
nilai tambah lebih tinggi.
6. Pengendalian Mutu
Produk Pengendalian mutu produk merupakan serangkaian kegiatan pengujian untuk
memastikan bahwa produk yang diproduksi sudah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.proses pengendalian mutu produk dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian QC in
Line dan bagian QC Sentral. QC in Line berperan untuk melakukan pengujian ketika proses
produksi berlangsung. Jika produk yang belum di kemas sudah mengalami serangkaian
pengujian pada QC in Line hingga produk tersebut menjadi finish good, maka finish good
inilah yang akan mengalami pengujian pada QC Sentral berkaitan dengan analisis kimia dan
mikrobiologisnya.
7. Penyimpanan Produk Jadi (Finish Goods)
Warehouse finish good merupakan tempat penyimpanan yang khusus digunakan untuk
menyimpan produk jadi yang sudah siap didistribusikan atau untuk menyimpan produk jadi
yang sedang menunggu status release dari bagian QC.produk jadi atau finish goods yang
sudah dikelompokkan dalam satu palet sesuai dengan jenis produknya akan langsung
dipindahkan ke warehouse finish good. Produk tersebut diserahkan kepada tim warehouse
finish good dengan menggunakan dokumen pengantar bernama GIN (Goods Issue Note).
8. Shipping
Shipping merupakan proses secara fisik dari pengiriman barang atau muatan via darat, laut
atau udara. Tapi bisa juga diartikan proses pemindahan fisik barang dari satu titik ke titik
lainnya, seperti pemindahan barang dagangan dari gudang ke pelanggan. Saat barang sudah
melalui semua tahapan produksi maka selanjutnya bagian pengiriman warehouse finish good
melakukan cek pada barang tersebut, setelah statusnya OK maka delivery order akan
dikeluarkan untuk diberikan kepada bagian distributor dan barang tersebut sudah dapat
dikirim ke konsumen.
B. Pajak-Pajak Yang Terkait Dalam Jenis Usaha Manufaktur
1. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan
tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.
Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa pajak
dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang tepat
waktu dan pertimbangan lainnya. Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2. Pajak Penghasilan Pasal 21


Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015, pajak penghasilan pasal
21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lainnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri.
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri wajib dilakukan oleh:
a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai;
b. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan
nama apa pun dalam rangka pensiun;
d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas;
e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu
kegiatan.

3. Pajak Penghasilan Pasal 22


Menurut UU Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah
bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak
dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang. Melalui penerbitan Peraturan Menteri
Keuangan RI No. 92/PMK.03/2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Tertentu Sebagai Pemungut Pajak
Penghasilan dari Pemberi atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah, pemerintah
melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak
badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
a. Pemungut PPh Pasal 22
Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari pembelian
adalah:
1) Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22
impor barang;
2) Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
3) Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
4) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS);
5) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan.
6) Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk
keperluan industrinya atau ekspornya.
7) Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara,
mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin
usaha pertambangan.

Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22 saat
penjualan adalah:

1) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri
baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada
distributor di dalam negeri;
2) Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
3) Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
4) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri
hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.
5) Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya.
6) Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah
menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

b. Objek PPh Pasal 22


Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2016, lihat lampiran berikut ini
mengenai objek PPh Pasal 22 berupa impor barang-barang mewah tertentu.
c. Tarif PPh Pasal 22
1) Atas impor:
yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
non-API = 7,5% x nilai impor;
yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
2) Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final).
3) Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak, yaitu:
Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
4) Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan
bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut: Pungutan PPh Pasal 22 kepada
penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final
5) Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
6) Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API =
0,5% x nilai impor
7) Atas penjualan
Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih
dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan,
jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya
dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan
PPnBM.
8) Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.

4. Pajak Penghasilan Pasal 25


Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara angsuran.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang
harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa
diwakilkan.
a. Perhitungan PPh Pasal 25
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah tahun
yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu,
yang dikurangi dengan:
1) Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi
pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal 23 (15%
berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah – serta 2% berdasarkan sewa dan
penghasilan lain serta imbalan jasa) – serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);
2) Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.
b. Tarif PPh Pasal 25
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
1) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, yaitu yang melakukan usaha penjualan
barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh
25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
2) Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu, yaitu pekerja bebas atau
karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena
Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).

Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak
(PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).

5. Pajak Penghasilan Pasal 29


Menurut UU No.36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh 29) adalah PPh Kurang
Bayar (KB) yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh, yaitu sisa dari PPh yang terutang dalam
tahun pajak yang bersangkutan dikurangi dengan kredit PPh (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24)
dan PPh Pasal 25. Dalam hal ini, Wajib Pajak (WP) wajib memiliki kewajiban melunasi
kekurangan pembayaran pajak yang terutang sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan disampaikan.
- Tarif PPh Pasal 29
a. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WPOP-PT) :
1) PPh 25 yang sudah dilunasi = 0.75 x jumlah penghasilan / omzet per bulan.
2) PPh 29 yang harus dilunasi = PPh yang masih terutang – PPh 25 yang sudah dilunasi.
b. Wajib Pajak Badan (WPB) :
1) Angsuran PPh 25 = PPh terutang tahun lalu x 12.
2) PPh 29 yang harus dilunasi = PPh yang terutang – angsuran PPh 25.

6. Pajak Pertambahan Nilai


Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli
barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). PPN atau Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan
disetorkan oleh pengusaha atau perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Namun beban PPN tersebut ditanggung oleh konsumen akhir. Sejak 1 Juli 2016,
PKP se-Indonesia wajib membuat faktur pajak elektronik atau e-Faktur untuk menghindari
penerbitan faktur pajak fiktif untuk pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.
a. Objek PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
Yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau biasa disebut dengan Objek PPN adalah:
1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2) Impor Barang Kena Pajak
3) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
4) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
5) Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

b. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai)


Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang No.42 tahun 2009 pasal 7:
1) Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 10% (sepuluh persen).
2) Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: Ekspor
Barang Kena Pajak Berwujud; Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan Ekspor
Jasa Kena Pajak.
3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah
5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur
oleh Peraturan Pemerintah.
C. Biaya-Biaya Yang Terkait Dengan Pendapatan Jenis Usaha Manufaktur
Perusahaan manufaktur berkaitan erat dengan proses produksi yang mengolah bahan
baku menjadi barang jadi yang siap dijual. Proses produksi yang dilakukan adalah pembelian
bahan baku, memperkerjakan buruh secara langsung dengan memakai biaya pabrikasi.
Setelah proses produksi selesai barulah tercipta barang jadi yang siap dijual. Biaya - biaya
yang umum digunakan pada perusahaan manufaktur:

1. Biaya Produksi
Biaya yang mengacu pada proses terjadinya suatu produk yang diproduksi. Seperti
biaya listrik yang digunakan untuk mengoperasikan peralatan pabrik, penyusutan peralatan
pabrik dan bangunan, bahan pembantu dan pegawai pabrik (selain tenaga kerja langsung).
Biaya produksi dibagi atas:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) adalah semua bahan yang secara langsung telah
membentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu produk. Contoh bahan baku
perusahaan rokok adalah tembakau.
b. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) adalah upah yang diberikan kepada tenaga
kerja yang secara langsung menangani proses produksi. Contoh tenaga kerja langsung pada
perusahaan rokok adalah pelinting rokok.
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung yang ikut membentuk suatu barang jadi. Biaya overhead pabrik
tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan. Biaya Overhead
Pabrik harus dimasukkan dalam biaya persediaan barang jadi pada neraca, serta dalam harga
pokok penjualan pada laporan laba rugi perusahaan. Biaya overhead terdiri atas bahan
penolong, tenaga kerja tidak langsung, biaya produksi tidak langsung lainnya misalnya biaya
perlengkapan pabrik, biaya penerangan pabrik, biaya penyusutan mesin dan gedung pabrik,
dll.

2. Biaya Non Produksi (Biaya Administrasi)


Biaya yang meliputi kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran, administrasi dan
umum, dan beban bunga. Karena prinsip akuntansi tidak menganggap biaya ini sebagai biaya
produksi, maka bukan termasuk dalam persediaan atau biaya pokok penjualan. Sebaliknya,
biaya non produksi hanya dilaporkan sebagai beban pada laporan laba rugi.
a. Biaya Pemasaran meliputi semua biaya dalam rangka melaksanakan kegiatan pemasaran atau
kegiatan untuk menjual barang dan jasa perusahaan kepada para pembeli sampai dengan
pengumpulan piutang menjadi kas.
b. Biaya Administrasi dan Umum meliputi semua biaya dalam rangka melaksanakan fungsi
administrasi dan umum yaitu biaya perencanaan, penentuan strategi dan kebijaksanaan,
pengarahan, dan pengendalian kegiatan agar berdaya guna dan berhasil guna.

Beban yang dikeluarkan perusahaan manufaktur tersebut akan dicatat dalam laporan
laba rugi utuk memperhitungkan besar laba yang diperoleh. Namun, dalam perhitungan pajak
terutang, beban yang dilaporkan pada laporan laba rugi perusahaan akan diakui sebagai
pengurang penghasilan kena pajak jika memenuhi ketentuan dalam perpajakan. Berdasarkan
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, beban yang dapat
diakui sebagai pengurang penghasilan kena pajak meliputi Biaya untuk biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
1) Biaya pembelian bahan;
2) Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
3) Bunga, sewa, dan royalty
4) Biaya perjalanan
5) Biaya pengolahan limbah
6) Premi asuransi
7) Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
8) Biaya administrasi
9) Pajak kecuali Pajak Penghasilan

b. Penyusutan atas pengeluran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran
untuk masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

e. Kerugian selisih kurs mata uang asing

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia

g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:


 Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
 Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak
 Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan
dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu
 Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagih debitur kecil

i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Apabila penghasilan bruto setelah dikurangi dengan pengurang - pengurang yang diperkenankan
sebagaimana dimaksud di atas didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun. Kepada orang
pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena
Pajak.

KESIMPULAN

Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan. Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa jenis usaha, salah
satunya usaha manufaktur. Perusahaan Manufaktur adalah sebuah badan usaha yang mengoperasikan
mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah bahan-bahan mentah
menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual. Secara umum kegiatan pada perusahaan manufaktur
terbagi terdiri dari aktifitas material, produksi, dan penjualan. Aspek pajak yang terkait dalam jenis
usaha manufaktur adalah PPh 4 (2), 21, 22, 25, 29, dan PPN. Biaya yang terkait dengan pendapatan
jenis usaha manufaktur adalah biaya produksi dan biaya non produksi (biaya administrasi).
Pemeriksaan pajak penting untuk dilakukan dikarenakan apabila tanpa pengawasan, Wajib Pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya cenderung menghindari bayar pajak dengan cara yang
tidak benar seperti menurunkan omset, atau menambah biaya yang pada akhirnya menghilangkan
keuntungan fiskal atau meminimalkan penghasilan kena pajak.
DAFTAR PUSTAKA

 Peralta, Nelydeth. 2017. Explain Manufacturing activities and the flow of manufactury.
https://prezi.com/l6plkjogzzmh/explain-manufacturing-activities-and-the-flow-of-
manufacturi/
 Pradita, Aneliananda Dian. 2018. Proses Perencanaan Produksi Hingga Menjadi Produk
Akhir (Finish Goods) Di Pt X, Karawang, Jawa Barat. Jawa Barat.
 http://repository.unika.ac.id/18443/1/KP%2015.I1.0091%20ANELIANANDA%20DIAN.pdf
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Anda mungkin juga menyukai