Anda di halaman 1dari 5

Bab 16

Perlakuan PPN dan PPnBM Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan


Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri
Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan untuk mengatur perlakuan PPN dan PPnBM Pajak
Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar megeri yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 Jo. KMK Nomor 239?KMK.01/1996 dan SE19/Pj.53/1996 Tanggal 4 Juni 1996. Tentu saja saling berkaitan antara Pajak Penghasilan
dan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dalam rangka
pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau Dana Penjualan Luar
Negeri sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
486/KMK.04/2000 dan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep.526/Pj/2000
Tanggal 7 Desember 2000.

PENDAHULUAN
Fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut untuk proyek Pemerintah yang dibiayai dengan
hibah/dana pinjaman luar negeri, pada prinsipnya diberikan untuk :
1. Pemasukan barang/jasa dari luar Daerah Pabean oleh kontraktor utama yang meliputi:
a. Impor Barang Kena Pajak (BKP);
b. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar Daerah Pabean;
c. Pemanfaatan Barang Kena Pajak (BKP) tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.
2. Penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh kontraktor utama kepada
pemilik proyek.
Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh kontraktor utama dari subkontraktor atau pihak lain, tetap terutang PPN
yang bagi kontraktor utama merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, sepanjang
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut digunakan untuk mengerjakan proyek
tersebut.
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang
sehubungan dengan Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman
luar negeri yang sudah terlanjur dipungut atau disetor sejak tanggal 1 April 1995, dapat
diminta pengembaliannya pada Kantor Pelayanan Pajak dimana Kontraktor Utama
terdaftar.

PENGERTIAN

1. Proyek Pemerintah adalah proyek-proyek yang tercantum dalam Daftar Isian Proyek
(DIP) atau dokumen yang dipersamakan dengan DIP, termasuk proyek yang dibiayai
dengan Perjanjian Penerusan Pinjaman (PPP)/Subsidiary Loan Agreement (SLA);
2. Pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa
dan/atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan/atau dalam
bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar
kembali dengan persyaratan tertentu;
3. Hibah luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan/atau dalam bentuk jasa
termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh dari pembeli hibah luar negeri yang
tidak perlu dibayar kembali;
4. Dokumen lain yang dipersamakan dengan DIP adalah dokumen rencana anggaran
tahunan proyek, yang ditampung dalam Daftar Isian Pembiayaan Proyek (DIPP),
Surat Pengesahan Anggaran Biaya Proyek (SPABP), Rencana Pembiayaan Tahunan
(RPT), Surat Rincian Pembiayaan Proyek Perkebunan (SRP3), Rencana Anggaran
Biaya (RAB), Daftar Isian Penerusan Pinjaman Luar Negeri (DIPPLN), Surat
Keputusan Otorisasi (SKO), dan dokumen lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan;
5. Perjanjian Penerusan Pinjaman (PPP) atau Subsidiary Loan Agreement (SLA) adalah
perjanjian penerusan pinjaman antara Pemerintah RI cq. Departemen keuangan
dengan BUMN/BUMD/PEMDA sehubungan dengan proyek yang dilaksanakan oleh
BUMN/BUMD/PEMDA dan dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri yang
diteruspinjamkan (two step on);
6. Kontraktor Utama adalah kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier) yang
berdasarkan kontrak melaksanakan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah
atau dana pinjaman luar negeri, termasuk tenaga ahli dan tenaga pelatih yang dibiayai
dengan hibah luar negeri;
7. Kontrak adalah suatu perjanjian pengadaan barang dan jasa (KPBJ) atau naskah
lainnya yang dapat disamakan, yang ditandatangani oleh pemimpin proyek atau
pejabat yang berwenang dan kontraktor utama.

PELAKSANAAN PROYEK PEMERINTAH YANG SELURUH DANANYA DIBIAYAI


DARI HIBAH/DANA PINJAMAN LUAR NEGERI
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
yang terutang sehubungan dengan pelaksanaan Proyek Pemerintah yang seluruh
dananya dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri atas impor Barang
Kena Pajak (BKP), Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar Daerah Pabean,
pemanfaatan BKP dari tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, penyerahan BKP
dan/atau JKP oleh kontraktor utama kepada pemilik proyek, tidak dipungut.
2. Atas Impor Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1, tidak perlu
dibuatkan Surat Setoran Pajak (SSP). Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD)
atas impor barang tersebut yang telah dibubuhi cap Bebas bea masuk dan Bea Masuk

Tambahan, tidak dipungut PPN daPPnBM, PPH ditanggung oleh Pemerintah,


diberlakukan sebagai bukti pemungutan pajak-pajak yang terutang.
3. Atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang tidak dipungut
PPN dan PPnBm sebagaimana dimaksud pada angka 1, kontraktor utama wajib
membuat Faktur Pajak yang dibubuhi cap PPN dan PPnBM tidak dipungut.

PELAKSANAAN PROYEK PEMERINTAH YANG SEBAGIAN DANANYA


DIBIAYAI DARI HIBAH/DANA PINJAMAN LUARA NEGERI
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang
terutang atas impor Barang Kena Pajak (BKP), pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari
luara Daerah Pabean, pemanfaatan BKP dari tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
penyerahan BKP dan/atau JKP oleh kontraktor utama sehubungan dengan pelaksanaan
Proyek Pemerintah yang sebagian dananya dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar
negeri, tidak dipungut hanya atas bagian dari proyek Pemerintah yang dananya dibiayai
dengan hibah atau pinjaman luar negeri tersebut.
Kontraktor utama yang melaksanakan proyek pemerintah yang sebagian dananya dibiayai
dari hiabah atau dana pinjaman luar negeri, wajib menyetor Pajak Pertamabahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dari pembiayaan yang berasal dari sumber dana
selain hibah atau dana pinjaman luar negeri, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Bila kontraktor utama melaksanakan proyek Pemerintah yang sebagian dananya dibiayai
dari hibah/dana pinjaman luar negeri dan sebagian lainnya dari APBN/APBD/dana lain
selain hibah/dana pinjaman luar negeri, maka berlaku ketentuan:
1. Atas penyerahan/penerimaan termijn proyek yang dibiayai dari hibah/dana pinjaman
luar negeri:
a. Tidak dipungut PPN dan PPnBM;
b. Faktur Pajak tetap dibuat denga diberi cap PPN dan PPnBM tidak dipungut;
c. Surat Setoran Pajak tidak perlu dibuat.
2. Atas penyerahan/penerimaan termijn proyek yang dibiayai dengan dana dari
APBN/APBD/dana lain selain hibah/dana pinjaman luar negeri:
a. Terutang PPN;
b. Faktur Pajak harus dibuat;
c. Surat Setoran Pajak harus dibuat.

KONTRAK DAN MASTERLIST


Ketentuan Kontrak dengan Masterlist meliputi:

1. Daftar barang yang akan diimpor (masterlist) dibuat oleh Pemimpin Proyek (Pimpro)
sesuai dengan kontrak dan disahkan oleh Pejabat Eselon I atau pejabat yang ditunjuk
yang membawahi proyek bersangkutan;
2. Satu eksemplar kontrak beserta masterlist sebagaimana dimaksud pada butir 1
disampaikan oleh Pimpro kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Bea dan
Cukai;
3. Satu eksemplar kontrak harus disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat
di mana kontraktor utama terdaftar sebagai Wajib Pajak, apabila belum memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, maka kontrak tersebut disampaikan kepada Kantor
Pelayanan Pajak Badan atau Orang Asing.

PERLAKUAN ATAS PAJAK MASUKAN


Masalah Perlakuan atas Pajak Masukan:
1. Atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh kontraktor utama
yang melaksanakan Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana
pinjaman luar negeri tetap dikenakan PPN dan PPnBM oleh Pengusaha Kena Pajak
yang menyerahakan Barang Kena Pajak tersebut.
2. PPN yang telah dibayar oleh kontraktor utama sehubungan dengan perolehan BKP
dan/atau JKP sebagaimana dimaksud pada butir 1 merupakan Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran.

KONTRAKTOR UTAMA ADALAH JOINT OPERATION


Jika proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah/dana pinjaman luar negeri dikerjakan
oleh kontraktor utama yang merupakan kerja sama operasi (Joint Operation-JO), maka
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. JO dan anggota JO harus terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dari JO kepada pemilik
proyek tidak dipungut PPN, namun Faktur Pajak tetap harus dibuat oleh JO dengan
diberi cap PPN dan PPnBM Tidak Dipungut.
3. Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dari anggota JO kepada JO,
terutang PPN dan anggota JO harus membuat Faktur Pajak kepada JO. Bagi anggota
JO, PPN dalam Faktur Pajak itu merupakan Pajak Keluaran dan bagi JO, PPN tersebut
merupakan Pajak Masukan.
4. Atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh anggota JO tetap
terutang PPN yang dapat merupakan Pajak Masukan bagi anggota JO tersebut.

KONTRAKTOR UTAMA MELAKSANAKAN PROYEK ATAS DASAR TURN KEY


Dalam hal kontraktor utama melaksanakan proyek atas dasar turn key, tetapi barangbarang yang tercantum dalam daftar barang yang akan diimpor (masterlist), diimpor oleh

dan atas nama pemilik proyek. Maka Dasar Pengenaan Pajak yang tercantum dalam
Faktur Pajak dibuat atas dasar nilai kontrak dikurangi dengan nilai impor atas barangbarang yang Pemberitahuan Impor untuk Dijual (PIUD)-nya atas nama pemilik proyek
tersebut.

PPN/PPnBM YANG TERLANJUR DIPUNGUT


Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang
sehubungan dengan Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman
luar negeri yang dituangkan dalam Daftar Isian Proyek (DIP) atau dokumen yang
dipersamakan dengan Daftar Isian Proyek, maupun yang diteruspinjamkan (Subsidiary
Loan Agreement) yang sudah terlanjur dipungut atau disetor, dapat diminta
pengembaliannya pada Kantor Pelayanan Pajak di tempat kontraktor utama terdaftar
sebagai Pengusaha Kena Pajak, dengan dilampiri:
1. Faktur Pajak;
2. Surat Setoran Pajak (SSP);
3. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa (KPBJ);
4. Surat pernyataan bahwa PPN tersebut belum dikreditkan sebagai Pajak Masukan atau
dibebankan sebagai biaya.

Anda mungkin juga menyukai