Anda di halaman 1dari 14

AUDIT MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

“RMK PERTEMUAN 6”

Dosen Pengampu : Dr.M. Rasuli, S.E., M.Si., Ak., CA

Disusun oleh :

Andre Wiranto NIM 1602110005

Yehezkiel Wan Rihata Garingging NIM 1602110427

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Riau

T.P. 2018/2019
POKOK PEMBAHASAN

Audit Keuangan: Biaya Dibayar Dimuka

Audit Keuangan: Persediaan

Mata Kuliah : Audit Sektor Publik

Jam : 10.15 WIB

Kelas : B

Dosen Pembimbing : Dr.M. Rasuli, S.E., M.Si., Ak., CA

Nama Kelompok : Andre Wiranto NIM 1602110005

Yehezkiel Wan Rihata Garingging NIM 1602110427


Audit Keuangan: Pemeriksaan Beban Dibayar di Muka

1. Pemeriksaan Beban Dibayar di Muka


Untuk memulai pemeriksaan beban dibayar di muka, para auditor yang akan melakukan
pemeriksaan harus terlebih dahulu mempelajari kertas kerja pemeriksaan tahun lalu. Pihak klien
biasanya memiliki beragam jenis beban dibayar di muka seperti asuransi, sewa pajak dan biaya
lain-lain yang dibayar di muka, Contoh beban dibayar dimuka yaitu:
a) Asuransi dibayar di muka
Bagian dari premi asuransi yang telah dibayar tetapi belum berlaku pada saat pelaporan
Neraca. Pengeluaran tersebut dilaporkan dalam bagian Aktiva Lancar yaitu dalam perkiraan
asuransi dibayar di muka.
b) Sewa dibayar di muka
Beban sewa yang sebenarnya belum menjadi kewajiban yang harus dibayarkan dalam
periode yang bersangkutan, tetapi telah dibayarkan lebih dulu.
c) Pajak dibayar di muka
Pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut oleh pihak ketiga
dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau
di akhir bulan (untuk PPN).
2. Tujuan Pemeriksaan Beban Dibayar di Muka
Pemeriksaan terhadap beban dibayar di muka perlu dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:
a) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas Beban. Jika

akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas Beban berjalan efektif

maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test dapat dipersempit.

Beberapa ciri internal control yang baik atas Beban adalah :

o Setiap pengeluaran untuk Beban diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang

berwenang.

o Setiap pengeluaran untuk Beban didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap.

Misalnya : polis asuransi,perjanjian sewa menyewa (lease agreement).


b) Untuk memeriksa apakah Beban yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah

dicatat sebagai Beban dibayar di muka.Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah

bagian yang belum expired (mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak

dibebankan sebagai Beban, tetapi dicatat sebagai Beban dibayar di muka.

c) Untuk memeriksa apakah Beban dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun

berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai Beban tahun berjalan.Maksudnya adalah auditor

harus memeriksa apakah bagian yang expired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah

dibebankan sebagai Beban tahun berjalan.

d) Untuk memeriksa apakah penyajian Beban dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/ PSAK.Biasanya Beban

dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun

disajikan sebagai harta lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari sat tahun

disajikan sebagai aktiva tak lancer.

e) Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan

pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir

periode. Auditor perlu melakukan pemeriksaan atas bukti-bukti pendukung pembayaran

pajak, memeriksa keabsahan dari bukti tersebut.

3. Prosedur Audit Beban Dibayar di Muka


Agar audit dapat berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan, para auditor harus melakukan pemeriksaan atas akun-akun sesuai dengan
prosedur.
Berikut prosedur audit yang perlu dijalankan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya :

a) Asuransi Dibayar di Muka


1) Minta daftar asuransi yang dibayar di muka, dan cocokkan dengan saldo buku besar
2) Periksa polis asuransi dan bukti pembayaran premi asuransi, bila polis tersebut disimpan
oleh bank, lakukan konfirmasi kepada bank yang bersangkutan
3) Periksa kebenaran perhitungan premi asuransi yang dibayar di muka dan biaya asuransi
untuk tahun berjalan dengan memerhatikan periode berlakunya polis asuransi tersebut
4) Pisahkan antara biaya yang mempunyai masa manfaat jangka pendek dengan yang
jangka panjang
5) Perhatikan kecukupan jumlah asuransi atas segala macam kerugian yang timbul.

b) Sewa Dibayar di Muka


1) Minta daftar-daftar sewa dibayar di muka dan cocokkan dengan saldo menurut buku
besar
2) Periksa surat kontrak sewa untuk perjanjian baru, sedangkan untuk perjanjian lama
dapat dilihat pada kertas kerja tahun sebelumnya
3) Periksa kebenaran perhitungan sewa dibayar di muka untuk tahun berjalan dengan
memerhatikan periode berlakunya masa sewa tersebut (lakukan rekonsiliasi dengan
biaya sewa di pos laba rugi)
4) Periksa bukti pembayaran atas penambahan sewa dibayar di muka dan pastikan bahwa
penambahan tersebut disetujui oleh pejabat yang berwenang
5) Pisahkan antara biaya kontrak jangka pendek dengan jangka panjang
6) Untuk kontrak sewa jangka panjang lakukan konfirmasi atas jumlah yang masih berlaku
7) Yakinkan bahwa peraturan perpajakan yang berlaku untuk biaya sewa telah ditaati.

c) Pajak Dibayar di Muka


1) Minta daftar rincian pajak dibayar di muka yang meliputi jenis pajak PPh Pasal 22, PPh
Pasal 23, dan PPh Pasal 25
2) Periksa bukti pemotongan dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP), serta tanggal penyetoran
dan pelaporan
3) Cocokkan atas bukti pemotongan dan bukti surat setoran pajak dengan saldo di buku
besar serta lakukan vouching terhadap bukti tersebut
4) Lakukan rekonsiliasi antara total objek dengan tarif pajaknya (misalnya, uang muka
pajak PPh Pasal 23 = total pendapatan sewa tahun berjalan x tarif pajaknya)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Masukan
1) Minta daftar Pajak Pertambahan Nilai Masukan yang meliputi informasi tanggal faktur
pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor Pengusaha Kena Pajak (NPKP),
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan besarnya PPN yang dipungut
2) Yakinkan bahwa semua pajak sesuai pajak masukan telah didukung dengan bukti pajak,
yang semuanya merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan sesuai dengan
peraturan perpajakan
3) Pastikan bahwa pajak masukan telah dilaporkan / dikreditkan secara teratur dalam SPT
Masa, dan dikompensasikan dengan pajak pengeluaran
4) Apabila pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan, pastikan bahwa kekurangan
pembayaran tersebut telah dilunasi sesuai batas waktunya
5) Apabila ada perbedaan saldo bersih (pajak masukan dikurangi pajak keluaran) antara
buku besar dengan SPT Masa, pelajarilah sebab-sebabnya (terutama untuk saldo per
tanggal neraca)
6) Pelajari semua surat koresponden dengan kantor pajak, terutama untuk permohonan
restitusi karena kelebihan pembayaran pajak masukan.
7) Pastikan apakah semua permohonan tersebut disetujui, dan bila ada faktur pajak yang
tidak disetujui oleh kantor pajak, pelajari sebab-sebabnya.
4. Contoh kasus Beban Dibayar di Muka

Mula-mulanya transaksi yang terjadi di dalam kasus beban dibayar di muka ini dianggap

sebagai harta. Tetapi seiring waktu berjalan harta ini akan menjadi beban. Disini kami akan

memberikan contoh agar semuanya tidak terlihat terlalu rumit.

Contoh: Sewa dibayar di muka adalah salah satu contoh beban dibayar di muka. Misalnya

ada jasa penyewaan ruko. Saat salah satu ruko laku tersewa, sewa itu akan tercatat sebagai harta.

Tetapi seiring waktu berjalan menuju akhir periode sewa, harta ini akan tercatat sebagai beban.

Beban ini akan dibukukan di akhir periode akuntansi.


Beban dibayar di muka dapat dicatat dalam bentuk harta (sewa dibayar di muka)

atau beban (beban sewa).

Contohnya pada tanggal 1 Agustus 2011, dibayar sewa ruko untuk masa 1 tahun seharga

Rp.60.000.000. Ketika dibukukan sebagai harta akan terlihat seperti ini:

Sewa ruko dibayar di muka Rp.60.000.000

Kas Rp.60.000.000

Sedangkan untuk jurnal penyesuaiannya, kita harus melihat periode akuntansi sang

perusahaan sendiri. Misalkan akhir periodenya adalah 31 Desember 2011, maka sewa ruko yang

menjadi beban pada 31 Desember 2011 adalah 5/12 x Rp.60.000.000 = Rp.25.000.000. Inilah

jurnal penyesuaiannya:

Beban sewa ruko Rp.25.000.000

Sewa ruko dibayar di muka Rp.25.000.000

Bila transaksi sewa dibayar di muka dicatat sebagai beban, maka jurnalnya akan terlihat

seperti ini:

Beban sewa ruko Rp.60.000.000

Kas Rp.60.000.000

Lalu, untuk membuat jurnal penyesuaiannya kita harus menghitung bagian dari sewa itu

yang masih menjadi sewa dibayar di muka pada akhir periode akuntansi. Atau dengan kata lain,

sisa nilai dari waktu penyewaan ruko. Yaitu, 7/12 x Rp.60.000.000 = Rp.35.000.000. Inilah

jurnal penyesuaiannya:

Sewa ruko dibayar di muka Rp.35.000.000

Beban sewa Rp.35.000.000


Audit Keuangan: Persediaan

1. Audit Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya
cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu,
biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas
laporan keuangan perusahaan.

Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :

o Persediaan secara fisik benar-benar ada


o Prosedur pisah batas (cut-off) persediaan telah dilakukan dengan memuaskan
o Persediaan telah dinilai sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PSAK) yang
diterapkan secara konsisten
o Persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang, rusak, dapat diidentifikasika dengan
tepat dan dicadangkan dalam jumlah yang memadai
o Penghitungan matematis dalam daftar persediaan telah dibuat dengan cermat · Persediaan
yang dijaminkan telah diidentifikasikan dan diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas
laporan keuangan

Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas eksistensi dan
valuasi persediaan dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit terhadap akun
persediaan yang dilakukannya harus berhubungan dengan harga pokok penjualan dan akun-akun
terkait lainnya dalam laporan laba rugi.

Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaan
atas akun persediaan diantaranya adalah :

i. Pemahaman Bisnis Klien – kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan dasar
terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui
Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor pemahaman
mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti faktor musiman dan siklus,
sifat dari keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan
baku dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan kebijaksanaan
operasi perusahaan serta karakteristik sistim informasi termasuk metode costing.
Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek
laporan keuangan sehubungan dengan persediaan.
ii. Penilaian Pengendalian Intern – tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk
meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan, (b)
semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan tepat, (c) penghitungan
fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, (d) harga
perolehan persediaan telah ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian atas persediaan yang
bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan dengan tepat.
iii. Pengujian Substantif – tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah untuk
memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini meliputi
observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan dan
pengujian harga.

2. Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan

Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan umum. Keikutsertaan


auditor pemeriksa dalam penghitungan fisik dan observasinya akan memberikan kepuasan dalam
menilai metode penghitungan fisik yang dilakukan dan ketaatan perusahaan atas penyajian
kuantitas serta kondisi fisik persediaan.

Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atas penghitungan fisik persediaan karena
adanya pembatasan pemeriksaan, maka auditor dapat memberikan pendapat dengan kualifikasi
atau tidak memberikan pendapat sama sekali atas laporan keuangan perusahaan yang
diperiksanya.

Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :

 Penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal
neraca atau pada tanggal tertentu yang dihadiri auditor.
 Penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun
 Penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan menghitung sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun untuk seksi-seksi lainnya.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam penghitungan fisik persediaan,
diantaranya adalah :

 Selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan bahwa pengendalian atas
prosedur pemasukan dan pengeluaran barang atau pergerakan intern barang selama
penghitungan berlangsung telah diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai kecermatan
pisah batas (cut-off) yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya proses produksi
dihentikan sementara selama berlangsungnya penghitungan fisik persediaan ataupun
penghitungan fisik dilakukan pada saat tidak adanya kegiatan penerimaan maupun
pengeluaran barang di gudang.
 Auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi (titipan) yang bukan
menjadi milik perusahaan, barang jaminan dan lainnya
 Kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan perusahaan,
misalnya barang yang berada di lokasi gudang umum, barang yang dipegang oleh penjual,
barang konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun dengan
penghitungan fisik.
 Auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-benar belum diterima
sampai pada saat penghitungan fisik persediaan berlangsung.

Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca, auditor harus
melakukan tarik mundur (draw back) hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal
neraca. Prosedur ini terutama diperlukan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik persediaan yang ada di
gudang.

3. Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan

Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-rata, FIFO ataupun
LIFO. Dalam meakukan pemeriksaan atas akun persediaan, auditor harus melakukan pengujian
untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa metode yang digunakan dalam menilai persediaan
telah sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan.

Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan

Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang yang biasanya ditanyakan
oleh auditor selama berlangsungnya pemeriksaan diantaranya adalah :

- apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku, barang dalam proses,
bahan pembantu maupun barang jadi
- apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian, kerusakan, kebakaran, banjir
maupun risiko lainnya
- apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang
- apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh petugas gudang
- apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti permintaan dan
bukti pengeluaran barang yang telah disetujui oleh pejabat berwenang
- apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang, seperti penjaga pintu,
pengecekan ulang antara barang di truk dengan dokumen bersangkutan dan lainnya
- jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah pencatatan di kartu
persediaan dibuat terpisah untuk masing-masing kelompok persediaan
- apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan bukan orang yang
berfungsi sebagai penjaga gudang
- apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan dicocokkan dengan
buku besar
- apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya setahun sekali dan
dicocokkan dengan kartu persediaan.

4. PEMERIKSAAN SIKLUS PERSEDIAAN

Persediaan terdiri dari berbagai bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat kegiatan usaha. Audit
atas persedian sering kali merupakan bagian audit yang rumit dan memakan banyak waktu,
karena:

o Pada umunya persediaan merupakan jenis perkiraan yang besar di dalam neraca, dan sering
merupakan unsur terbesar dari keseluruhan modal kerja (working capital account)
o Persediaan berada pada lokasi yang berbeda, yang menyulitkan pengendalian secara fisik
serta penghitungannya
o Keanekaragaman jenis persediaan menyebabkan berbagai kesulitan bagi auditor
o Penilaian atas persediaan juga selalu menyulitkan karena adanya faktor keuangan dan
kebutuhan untuk mengalokasikan biaya-biaya pabrik ke dalam persediaan
o Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan, tapi setiap klien tertentu
harus menggunakan satu metode secara konsisten dari tahun ke tahun

5. Fungsi Bisnis Dalam Siklus Persediaan Dan Dokumen Terkait

1) Mengolah Order Pembelian

Setiap permintaan pembelian (purchase requisition) digunakan untuk meminta bagian


pembelian membuat order atas persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh karyawan
bagian gudang penyimpanan jika persediaan telah dalam jumlah untuk memesan kembali
atau untuk memenuhi pesanan khusus.

2) Menerima Bahan yang Baru

Setiap bahan yang diterima harus diperiksa jumlah dan kualitasnya. Bagian penerimaan
barang membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian dari dokumen penting
sebelum pelunasan dilakukan.

3) Menyimpan Bahan Baku

Bahan-bahan yang disimpan di gudang dikeluarkan dari gudang ke bagian produksisetelah


adanya penyerahan permintaan bahan yang disetujuisebagaimana mestinya, order
pekerjaan, atau dokumen sejenisnya yang menunjukkan jenis dan jumlah unit bahan yang
dibutuhkan.

4) Mengolah Barang

Penentuan jenis dan jumlah barang yang akan diproduksi pada umumnya didasarkan pada
order-order spesifik dari langganan, ramalan penjualan (sales forecast), tingkat persediaan
barang jadi yang telah ditetapkan sebelumnya, dan pelaksanaan kegiatan produksi yang
ekonomis.

5) Menyimpan Barang Jadi

Dalam perusahaan dengan pengendalian intern yang baik, barang jadi disimpan di tempat
terpisah dengan akses yang terbatas, di bawah pengendalian secara fisik. Pengendalian
barang jadi sering dipandang sebagai bagian dari siklus penjualan dan penagihan.

6) Mengirim Barang jadi

Sebagai bagian integral dari siklus penjualan dan penagihan, setiap pengiriman atau
transfer harus diotorisasi melalui dokumen pengiriman.
6. Tahap-Tahap Audit Persediaan

Tujuan menyeluruh dari audit atas persediaan adalah untuk menetapakan bahwa bahan baku,
barang dalam proses, barang jadi, dan harga poko penjualan telah dinyatakan secara wajar di
dalam laporan keuangan. Ada 4 aspek yang menjadi perhatian auditor dalam menetapkan jenis
pengujian yang akan dilakukan yaitu :

1) Pengendalian fisik terhadap persediaan

Pengujian auditor mengenai kecukupan pengendalian fisik terhadap bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi harus terbatas pada pengamatan dan penyelidikan.

2) Dokumen-dokumen dan catatan untuk transfer persediaan

Perhatian utama auditor dalam verifikasi transfer persediaan dari satu lokasi ke lokasi yang
lain adalah bahwa transfer yang dicatat adalah sah, transfer yang benar-benar terjadi telah
dicatat, dan kuantitas, uraian serta tanggal dari setiap transfer yang dicatat tersebut adalah
akurat.

3) Catatan perpetual

Terdapatnya catatan persediaan perpetual yang memadai berpengaruh terhadap waktu dan
luas pemeriksaan fisik yang dilakukan auditor atas persediaan. Jika catatan perpetual dapat
diandalkan, memungkinkan untuk menguji persediaan fisik sebelum tanggal neraca,
penghematan biaya bagi auditor maupun klien dan memungkinkan klien memperoleh laporan
keuangan yang diaudit lebih awal.

4) Catatan mengenai biaya per unit

Catatan akuntansi biaya yang memadai harus dipadukan dengan kegiatan produksi dan catatan
akuntansi lain agar dapat menghasilkan biaya yang akurat untuk semua hasil produksi. Sistem
akuntansi biaya mempunyai hubungan dengan auditor karena penilaian persediaan akhir
tergantung pada perancangan dan penggunaan sistem yang tepat.

Pengujian rincian saldo untuk persediaan terdiri dari:

o Menilai materialitas dan risiko inheren dari persediaan


o Menilai risiko pengendalian untuk beberapa sikluS
o Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi
dan prosedur analitis untuk beberapa siklus
o Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo persediaan
o Merancang pengujian rincian saldo persediaan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit yang
spesifik seperti : prosedur audit, besar sampel, item yang dipilih, dan waktu audit
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Edisi
Keduabelas Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik Pemeriksaan Pertanggungjawaban Pemerintah. Edisi
3. Jakarta : Salemba Empat.

Luthfa, Sita. 2016. Makalah Audit Keuangan Biaya Dibayar Dimuka Dan Persediaan
(https://id.scribd.com/document/333001297/Audit-Keuangan-Biaya-Dibayar-Dimuka-
Dan-Persediaan-Word/ diakses pada tanggal 03 Oktober 2019 Pukul 09.14 WIB)

http://zetzu.blogspot.com/2010/12/audit-proses-pendanaan-beban-dibayar-di.html

http://kelompokakuntansi.blogspot.com/2016/12/audit-siklus-bebean-dibayar-dimuka.html

https://www.academia.edu/29113402/AKUNTANSI_SEKTOR_PUBLIK_-_PERSEDIAAN

Anda mungkin juga menyukai