PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
1.2 Berita
Liputan6.com, Jakarta Satu lagi kasus di sektor keuangan yang menyedot perhatian
masyarakat. Perusahaan multifinance PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP
Finance) diketahui merugikan 14 bank di Indonesia hingga triliunan rupiah.SNP
Finance merupakan bagian dari Columbia, toko yang menyediakan pembelian barang
secara kredit. Dalam kegiatannya SNP Finance mendapatkan dukungan pembiayaan
pembelian barang yang bersumber dari kredit perbankan.Deputi Komisioner
Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Slamet Edy Purnomo
mengungkapkan jika permasalahan pada SNP Finance sudah tercium sejak Juli 2017.
"Jadi yang membongkar awal adalah pengawas. Jadi di 2017 sudah tertangkap ada
angka CAPS itu suatu aplikasi connecting antara SNP sebagai multifinance dengan
bank seperti Bank Mandiri yang paling besar. Jadi ada beda itu (angka)," jelas dia di
Jakarta, Rabu (26/9/2018).OJK kemudian meminta dilakukan pemeriksaan kepada
pihak perbankan secara internal dan oleh pengawas.
Pada 2018, OJK kembali melakukan evaluasi. Lembaga ini dikatakan terlebih dulu
memberi kesempatan kepada internal perbankan untuk menyelesaikan saat diketahui
terjadi masalah."Jadi dilakukan oleh investigator internal Bank Mandiri dan
ditemukan memang terrnyata tidak pernah dilakukan reconcile antara banking dan
dari situ kita dalami lagi prosesnya dan ternyata ada kesalahan di sistem yang tidak
sempurna," jelas dia.Slamet Edy menuturkan, terlepas dari kesalahan sistem yang
bisa diperbaiki, tim kemudian berkoordinasi dengan pengawas SNP di Industri
Keuangan Non Bank (IKNB)."Lalu muncul akhirnya hasil seperti itu dan akhirnya
ketemu lagi sampai masalah MTN. Semua dipanggil Pefindo, semuanya dipanggil.
Dan dari hasil pemeriksaan saya lihat semua pengawasan jalan baik dari Bank
Mandiri," tegas dia.
Dia menuturkan, jika permasalahan ada terkait data yang diberikan SNP. Adapun
mekanisme pemberian pinjaman kepada SNP Finance yang dilakukan dengan
sistem executing. Bank memberikan kredit berupa joint financing atau memberikan
langsung ke perusahaan pembiayaan tersebut. Kemudian SNP Finance yang
meneruskannya kepada pengguna. Untuk mendapatkan kredit ini, terlebih dulu
ditunjuk auditor publik yang bertugas memeriksa laporan keuangan. Auditor yang
ditunjuk adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) Deloitte yang menilai kondisi
keuangan SNP Finance.
"Kalau laporan keuangan dia bagus harus diaudit eksternal dan biasanya menunjuk
standar internasional," tutur Slamet Edy.Kemudian seiring dengan turunnya bisnis
toko Columbia, kredit perbankan tersebut mengalami permasalahan menjadi Non
Performing Loan (NPL).Kondisi tersebut telah diantisipasi perbankan dengan
melakukan pencadangan (PPAP) pada tahun yang sudah lewat, sehingga perbankan
dapat meng-absorb risiko gagal bayar.
Salah satu tindakan yang dilakukan oleh SNP Finance untuk mengatasi kredit
bermasalah tersebut adalah melalui penerbitan Medium Term Note (MTN), yang
diperingkat oleh Pefindo berdasarkan laporan keuangan SNP yang diaudit
DeLoitte.Slamet Edy mengatakan jika penerbitan MTN tidak melalui proses di OJK.
Ini mengingat MTN adalah perjanjian yang bersifat private, namun memerlukan
pemeringkatan karena dapat diperjualbelikan.Sebelumnya diketahui jika SNP Finance
mendapatkan peringkat efek periode Desember 2015-2017 idA-/stable dari
Pefindo. Kemudian pada Maret 2018, rating SNP Finance naik menjadi idA/stable.
Namun Pefindo kembali menurunkan rating SNP Finance sebanyak 2 kali. Pertama
pada bulan Mei 2018, diturunkan menjadi idCCC/credit watch negative dan pada
bulan yang sama menurunkan lagi ke peringkat idSD/selective default.Akhirnya, saat
terjadi permasalahan, SNP Finance mengajukan penundaan kewajiban pembayaran
utang (PKPU) terhadap kewajibannya sebesar kurang lebih Rp 4,07 triliun, yang
terdiri dari kredit perbankan Rp 2,22 triliun dan MTN sebesar Rp 1,85 triliun.Wakil
Dittipideksus Bareskrim Mabes Polri, Kombes Pol Daniel Tahi Monang dan Karo
Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat rilis pengungkapan
pembobolan dana nasabah di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (24/9).
(Merdeka.com/Arie Basuki)
PT Bank Mandiri Tbk angkat bicara mengenai kasus pembobolan dana di 14 bank
oleh Lembaga pembiayaan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) yang
merupakan anak usaha Columbia. Bank Mandiri termasuk salah satu bank
tersebut.Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menjelaskan, SNP Finance
adalah perusahaan pembiayaan yang menjadi debitur Bank Mandiri sejak 2004.
Selama belasan tahun menjadi debitur Bank Mandiri, SNP Finance memiliki catatan
yang baik dengan kualitas kredit yang lancar. Hal ini juga yang membuat banyak
bank kemudian ikut memberikan pembiayaan kepada SNP Finance.Atas hal tersebut,
Bank Mandiri melihat permasalahan di SNP Finance saat ini bukan semata-mata
disebabkan oleh ketidak hati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit. Apalagi saat
ini regulator telah menetapkan rambu-rambu yang sangat ketat bagi perbankan.
"Kekisruhan di SNP Finance justru disebabkan itikad tidak baik pengurus perseroan
untuk menghindari kewajiban mereka," jelas Rohan seperti dikutip dari keterangan
tertulis, Rabu (26/9/2018).Buktinya, SNP Finance langsung mengajukan PKPU
Sukarela, setelah kualitas kredit turun menjadi kol. 2. Modus ini sering dilakukan
dengan memanfaatkan celah dari ketentuan hukum terkait Kepailitan.
1.3 Kasus
Dilihat dari kasus PT. Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) yang
melakukan manipulasi laporan keuangan. Pemanipulasian laporan keuangan
tersebut tidak terdeteksi oleh Akuntan Publik (AP) Marlina dan Akuntan Publik
(AP) Merliyana Syamsul, keduanya dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio
Bing Eny dan rekan pemegang afiliasi Delloite di Indonesia. Pemanipulasian
laporan keuangan itu dilakukan pada pembuatan piutang fiktif melalui penjualan
fiktif. Piutang tersebutlah yang dijaminkan kepada para krediturnya, sebagai
alasan bahwa nanti piutang tersebut ditagih uangnya akan digunakan untuk
membayar utangnya kepada kreditur. Tetapi, Kantor Akuntan Publik (KAP)
memberikan opini “Wajar Tanpa Pengecualian” dalam hasil audit terhadap
laporan keuangan tahunan SNP Finance. Sedangkan, hasil pemeriksaan OJK
mengindikasikan SNP Finance menyajikan laporan keuangan yang tidak sesuai
dengan kondisi keuangan yang sebenarnya secara signifikan. Karena, AP tersebut
belum menerapkan perolehan bukti audit yang cukup dan tepat atas akun piutang
pembiayaan konsumen dan prosedur yang memadai terkait proses deteksi resiko
kecurangan. Hal tersebut menyebabkan 14 bank mengalami kerugian.
(http://www.liputan6.com)
BAB II
REVIEW LITERATUR
2.2 Peneliti
Dengan jasa audit, tingkat keandalan laporan keuangan meningkat. Dalam hal
ini auditor memberikan suatu asurans, bukan keyakinan yang mutlak (absolute
assurance), tetapi asurans yang memadai (reasonable assurance). Kata bahasa inggris
“assurance” mengandung makna “kepastian” atau “keyakinan” yang memberikan
kenyamanan, meskipun bukan jaminan sepenuhnya. Istilah lain yang digunakan untuk
menjelaskan jasa audit ialah attestation (terjemahan bebas : atestasi). Audit adalah
salah satu (tetapi bukan satu-satunya) jasa atestasi. Dalam atestasi, selain jasa audit
dan jasa reviu (review), misalnya reviu atas laporan keuangan kuartalan atau
semesteran yang dilakukan di tengah tahun (interim). Audit dan Review
meningkatkan keandalan informasi (enhance the reliability of information). Atestasi
adalah salah satu (tetapi bukan satu-satunya) jasa asurans. Asurans mempunyai
makna yang lebih luas dari atestasi. Jika meningkatkan keandalan informasi
(tekanannya pada keandalan atau reliability). Asurans ingin meningkatkan keandalan
dan relevansi informasi (enhance the reliability and relevance of information).
(Tuanakotta, 2015:7).
Audit dan Unsur Penugasan Asurans
Kode Etik
Risiko Audit
Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat
(expressing an inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang
disalahsajikan secara material. (Tuanakotta, 2013:89). Tujuan audit ialah menekan
risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima auditor (to reduce this audit risk
to an acceptably low level). Terdapat tiga komponen risiko audit: Inherent Risk
(Risiko Bawaan), Control Risk (Risiko Pengendalian) dan detection Risk (Risiko
Pendeteksian).
Control Risk (Risiko Pengendalian) adalah risiko bahwa suatu salah saji bisa
terjadi dalam suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan)
dan bias material, sendiri atau tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah
atau terdeteksi dan terkoreksi pada waktunya oleh pengendalian intern entitas.
(Tuanakotta, 2013:90). Risiko pengendalian (control risk) mencerminkan prosedur
pengendalian yang pervasif dan spesifik (pervasive and specific control procedures)
yang dibuat manajemen untuk memitigasi risiko laporan keuangan disalahsajikan.
Risiko pengendalian (control risk) tidak sepenuhnya memitigasi risiko bawaan
(inherent risk) disebut management’s residual risk. Management’s residual risk
adalah risiko yang tersisa setelah manajemen mengupayakan segala pengendalian.
Pengendalian internal merupakan jawaban manajemen untuk menangkal risiko yang
diketahui, atau dengan perkataan lain, untuk mencapai suatu tujuan pengendalian
(control objective). Tujuan pengendalian internal secara garis besarnya dapat dibagi
dalam empat kelompok, sebagai berikut: Strategis, sasaran utama (high level goals)
yang mendukung misi entitas, Pelaporan keuangan (pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, Operasi (pengendalian operasional atau operational controls),
Kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.
Materialitas dalam proses audit meliputi tiga tahap: (1) Risk assessment
(penilaian risiko) : Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk
laporan keuangan secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas
pelaksanaan); Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan;
Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material; (2) Risk response
(menanggapi risiko) : Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent)
prosedur audit selanjutnya (further audit procedures), Merevisi angka materialitas
karena adanya perubahan situasi (change in circumstances) selama audit berlangsung;
(3) Reporting (pelaporan) : Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas
; Merumuskan pendapat auditor (Tuanakotta; 2013:157).
X Y
Pertimbangan
Resiko Audit Tingkat Materialitas
Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat
(expressing an inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang
disalahsajikan secara material. (Tuanakotta, 2013:89). Menurut Tuanakotta (2013)
Risiko audit memiliki kaitan yang sangat erat dengan tingkat materialitas dalam
pemeriksaan, karena tingginya tingkat risiko dalam pemeriksaan akan sangat
mempengaruhi pengendalian intern perusahaan dan tentunya akan berdampak pada
hasil pemeriksaan. Adanya pemahaman yang memadai dalam mengidentifikasi risiko
bisnis perusahaan , maka auditor akan mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan
dan menetapkan langkah langkah yang harus dilakukan.
2.9 Pembahasan
PENUTUP
3.1 Saran
3.2 Kesimpulan
Arifiyanto. 2009. Pengaruh Risiko Audit dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit.
Skripsi. Tidak dipublikasikan
Dewi, Lisnawati. 2012. Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor, Independensi,
Keahlian, Etika Profesi, Pengalaman, dan Situasi Audit terhadap Ketepatan Pemberian
Opini. Skripsi. Tidak dipublikasikan
IAPI. Standar Perikatan Audit 315. 2013. Salemba Empat : Jakarta.
IAPI. Standar Perikatan Audit 320. 2013. Salemba Empat : Jakarta.
Kusuma, 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman
Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Skripsi. Tidak dipublikasikan
Marito, 2012. Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Etika,
Pengalaman Audit, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan dengan Pertimbangan Tingkat
Materialitas (Pada Kantor Akuntan Publik Se-Sumatra). Skripsi. Riau : Universitas Riau.
MN Rochman, R Andini, A Oemar, Pengaruh Pressure, Risiko Audit, Materialitas,
Prosedur Review, dan Kontrol Kualitas Locus Of Control serta Komitmen - Journal Of
Accounting, 2016 - jurnal.unpand.ac.id
R Yendrawati, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor Dengan
Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Pengauditan Laporan Keuangan, Jurnal
Fenomena, 2008 - jurnal.uii.ac.id
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) Bandung :Alfabeta.
Sukrisno, Agoes. 2012. Auditing. Jakarta : Salemba Empat.
Supardi, Deddy. 2008. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Risiko Audit. Jurnal
Sosio Techno : Universitas Sangga Buana YPKP
Tuanakotta, 2015. Audit Kontemporer. Jakarta : Salemba Empat.
Tuanakotta, 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta : Salemba Empat.
MAKALAH KELOMPOK SEMINAR PEMERIKSAAN AKUNTANSI
KELOMPOK 3:
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2019/2020