Anda di halaman 1dari 5

Analisis Kasus Etika Profesi:

Skandal SNP Finance & Deloitte

Analisis Kasus

PT Sunprima Nusantara Pembiayaan atau (SNP) Finance adalah sebuah perusahaan


pembiayaan yang berdiri sejak tahun 2000 dan pada tahun 2002 diambil alih kepemilikannya
oleh Columbia Group. SNP Finance bergerak dalam bidang consumer finance dan bekerja sama
dengan perusahaan induknya, Columbia Group, dalam memfasilitasi kredit dan cicilan bagi
customer Columbia. Columbia adalah perusahaan retail yang tersebar hamper di seluruh wilayah
Indonesia, yang menjual produk perabotan rumah tangga, seperti alat-alat elektronik dan
furniture.

Dalam hal memberikan kredit ke customer Columbia, SNP Finance menghimpun dana
melalui pinjaman Bank. Kredit yang diberikan oleh bank kepada SNP Finance terdiri dari dua
jalur, yaitu melalui joint financing dimana beberapa bank bergabung dan memberikan pinjaman,
dan yang kedua adalah secara langsung dari sebuah bank ke SNP Finance. Bank-bank yang
memberikan pinjaman kepada SNP Finance juga memiliki kepentingan untuk mengetahui dana
yang dipinjamkannya dikelola dengan benar atau tidak. Selain itu, para bank tersebut juga
mengharapkan adanya pembayaran kembali berupa bunga dan pokok pinjaman. Oleh karena itu,
sebagai pertanggungjawaban dari SNP Finance terhadap dana pinjamannya, laporan keuangan
SNP Finance selalu diaudit tiap tahunnya dengan menggunakan jasa KAP Deloitte Indonesia
melalui salah satu rekan Deloitte, yaitu KAP Satrio Bing Eny (SBE).

Namun, seiring berkembangnya zaman bisnis retail Columbia mengalami kemunduran.


Hal ini dikarenakan adanya perubahan perilaku masyarakat yang beralih ke platform online
dalam berbelanja kebutuhan rumah tangga. Kondisi seperti ini membuat Columbia kehilangan
pangsa pasarnya, dan tentunya juga berdampak kepada SNP Finance. Akibat dari kondisi seperti
itu, SNP Finance mengalami Non Performing Loan (NPL) atau memiliki masalah kredit kepada
para bank/krediturnya.
Dalam hal mengatasi permasalahan kreditnya, SNP Finance mengeluarkan surat utang
jangka menengah (Medium Term Notes) untuk mengadakan pendanaan. MTN yang dikeluarkan
SNP Finance ini memiliki peringkat yang bagus oleh Pefindo berdasarkan laporan keuangannya
yang telah diaudit oleh Deloitte. Pada awalnya peringkat efek SNP Finance sejak Desember
2015-2017 adalah A- dan pada bulan Maret 2018 meningkat menjadi A. Namun, pada bulan Mei
2018 ketika kasus ini mulai muncul, peringkat efek SNP Finance turun menjadi SD (Selective
Default) atau artinya gagal bayar. Sementara itu, dengan menurunnya peringkat efek tersebut,
maka SNP Finance mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sebesar
kurang lebih 2,22 Trilyun untuk kredit perbankan dan 1,85 Trilyun untuk MTN.

Debitur dan pemegang MTN ini pada awalnya memberikan kredit kepada SNP Finance
karena berdasarkan peringkat yang diberikan oleh Pefindo kepada perusahaan ini tinggi. Hal ini
berarti SNP Finance memiliki kemampuan kredit yang bagus, sehingga para penyalur dana
tersebut mau memberikan kredit. Selain itu, debitur dan pemegang MTN ini juga melihat dari
laporan keuangan SNP Finance yang telah diaudit oleh Deloitte untuk dilakukan analisis
kesehatan keuangan perusahaan.

Namun, ternyata terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen SNP Finance,
yaitu memalsukan data dan memanipulasi laporan keuangannya. Manajemen SNP Finance
menyajikan piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Hal ini dilakukan agar debitur melihat bahwa
masih ada harapan baginya untuk mendapat pengembalian pokok pinjaman dan bunga dari saldo
piutang yang tertera di laporan keuangan SNP Finance. Dalam melakukan hal ini, laporan
keuangan yang akan diaudit, SNP Finance memberikan dokumen-dokumen fiktif yang berisi
data customer Columbia kepada auditor. Namun, yang dilakukan oleh KAP SBE, selaku auditor
yang mengaudit laporan keuangan SNP Finance, memberikan opini wajar tanpa pengecualian
terhadap laporan keuangannya.

Proses audit yang dilaksanakan ternyata tidak dapat mendeteksi adanya kecurangan dari
pemalsuan data yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance. Marketing & Communications
Lead of Deloitte, Steve Aditya, mengemukakan bahwa KAP SBE menerbitkan laporan auditor
Independen atas laporan keuangan SNP Finance untuk tahun buku 2016. Audit tersebut tidak
terkait dengan keperluan penerbitan MTN yang dilakukan SNP pada 2017 dan 2018. Selain itu,
Steve juga menegaskan, bahwa audit yang dilakukan SBE atas laporan keuangan SNP Finance
sudah dilaksanakan berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI). SBE juga tidak pernah dimintai persetujuan atau pemberitahuan oleh SNP
Finance jika laporan audit atas laporan keuangannya digunakan dalam rangka penerbitan MTN.
Steve juga mengatakan bahwa KAP Deloitte memiliki standar pengendalian mutu yang ketat.
Sebelum laporan auditor independen diterbitkan harus melalui penelaahan pengendalian mutu
internal yang ketat yang dilakukan oleh rekan dan manajer yang tidak terlibat dalam perikatan
audit.

Namun, kasus ini dapat ditelaah dari sisi pihak auditor, KAP SBE, yang menjalankan
proses auditnya yang kurang cermat dan hati-hati sehingga salah dalam memberikan opini audit.
Deloitte telah mengaudit laporan keuangan SNP Finance sudah cukup lama. Tentu saja, hal
tersebut tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia untuk melakukan pergantian
auditor maksimal 5 tahun. Hal ini dikarenakan, jika perusahaan tidak melakukan pergantian
auditor selama lebih dari 5 tahun maka memungkinkan hilangnya sikap independensi dari si
auditor terhadap clientnya.

Pada kasus ini, berarti KAP SBE, salah satu entitas yang mewakili Deloitte Indonesia,
melakukan kelalaian dengan kurang menerapkan prinsip kehati-hatian (professional skepticism).
Dengan demikian, auditor KAP SBE ini telah melanggar kode etik, yaitu kompetensi
professional dan sikap cermat kehati-hatian. Seorang auditor dalam menjalankan penugasan
audit di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang sesuai, tetapi
juga harus disertai dengan sikap skeptisme profesionalnya. Sikap skeptisme professional
didefinisikan oleh standar professional akuntan publik sebagai sikap auditor yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Sehingga auditor yang skeptis tidak akan menerima begitu saja bukti dan penjelasan dari klien,
melainkan akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi
mengenai objek yang dipermasalahkan. Ketika terjadi peningkatan hutang dan hutang yang
mejadi non performing loan seharusnya sudah menjadi tanda bagi KAP SBE untuk memberikan
opini going concern atas laporan keuangan SNP Finance. Opini going concern ini berfungsi
untuk menyatakan bahwa perusahaan dalam kondisi berisiko mengalami kebangkrutan. Selain
itu, dengan adanya kondisi kesulitan keuangan yang dialami oleh SNP Finance, seharusnya
auditor telah mengetahui bahwa akan ada faktor tekanan bagi perusahaan untuk melakukan
kecurangan, yaitu dengan memanipulasi laporan keuangan agar terlihat baik. Auditor seharusnya
telah mengkategorikan SNP Finance dalam kondisi high risk dalam melakukan
kecurangan/fraud. Mengacu pada standar audit yang dikeluarkan oleh International Standard on
Auditing (ISA) no. 330 tentang respon auditor terhadap risiko kecurangan klien, auditor
seharusnya menambah lagi proses auditnya dengan lebih menambah porsi pengujian substantive
pada test of details, seperti menambah sampel untuk konfirmasi piutang pelanggan. Dengan
demikian, dari adanya proses audit yang ditambah tersebut akan terungkap ternyata adanya
banyak piutang fiktif yang sengaja dibuat oleh SNP Finance.

Dengan adanya kasus ini, maka Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengenakan sanksi
administratif kepada akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan SNP Finance, Akuntan
Publik Marlinna dan Akuntan Publik Merliyana Syamsul, berupa pembatasan pemberian jasa
audit terhadap entitas jasa keuangan, meliputi sektor perbankan, pasar modal, dan industri
keuangan non-bank (IKNB) selama 12 bulan yang mulai berlaku pada 16 September 2018. Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Kementerian Keuangan telah menyimpulkan bahwa
terdapat indikasi pelanggaran terhadap standar profesi dalam audit yang dilakukan para akuntan
publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan SNP Finance selama tahun buku
2012-2016, yaitu integritas dan kompetensi professional serta sikap cermat kehati-hatian.

Rekomendasi

Kasus ini terjadi karena pihak manajemen SNP Finance yang sengaja melakukan
kecurangan dalam memanipulasi data dalam laporan keuangannya dan memberikan dokumen
fiktif kepada KAP SBE yang berupa data customer dari Columbia. Selanjutnya, yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi kecurangan tersebut oleh auditor KAP SBE. Sehingga hal ini
mengakibatkan tidak sesuainya opini audit atau tidak adanya integritas dalam penyajian opini
karena keluarnya opini wajar tanpa pengecualian dari auditor atas laporan keuangan SNP
Finance. Tindakan yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance ini termasuk dalam cakupan
NOCLAR. Tindakan NOCLAR ini mengakibatkan konsekuensi yang merugikan baik secara
finansial maupun non finansial. Tentu saja, publik juga dirugikan dalam tindakan ini.
Oleh karena itu, untuk mencegah tindakan yang dilakukan SNP Finance safeguards yang
dapat direkomendasikan adalah dengan terus menerus menguji serta meningkatkan kompetensi
auditor baik dalam hal proses audit maupun tingkat professional skepticism. Selain itu, KAP juga
harus memiliki auditor yang kompeten dalam menjalankan tugas auditnya. KAP juga dapat
menerapkan adanya komitmen pada pelaporan keuangan yang adil. Sehingga hal ini akan
membuat para auditor lebih aware terhadap risiko-risiko audit. Selain itu, KAP juga harus tetap
menjaga sifat independensinya sebagai auditor dari adanya self-interest threats, familiarity
threat, advocacy threat, intimidation threat, dan self-review threat dengan safeguard kebijakan
internal untuk memonitor pemenuhan etika independensi. KAP wajib untuk menerapkan
pergantian auditor setiap 5 tahun sekali untuk menjaga independensinya.

Referensi

Handoko, Leo Bambang dan Gatot Soepriyanto. 2018. Merunut Kasus SNP Finance & Auditor
Deloitte Indonesia. Binus University.

Tempo.co: Kasus SNP Finance, Kemenkeu Jatuhkan Sanksi ke Deloitte Indonesia.


https://bisnis.tempo.co/read/1130928/kasus-snp-finance-kemenkeu-jatuhkan-sanksi-ke-
deloitte-indonesia/full&view=ok diakses pada tanggal 19 Oktober 2019 pukul 16:03 WIB.

CNBC Indonesia: Ada Apa dengan Deloitte dan SNP Finance? Ini Penjelasannya.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180802101243-17-26563/ada-apa-dengan-
deloitte-dan-snp-finance-ini-penjelasannya diakses pada tanggal 19 Oktober 2019 pukul
16:04 WIB.

Kontan.co.id: Terseret kasus SNP Finance, Deloitte Indonesia berupaya cari jalan keluar.
https://keuangan.kontan.co.id/news/terseret-kasus-snp-finance-deloitte-indonesia-
berupaya-cari-jalan-keluar diakses pada tanggal 19 Oktober 2019 pukul 16:05 WIB.

Hayes Rick, Roger Dassen, Arnold Schilder, dan Philip Wallage. 2005. Principles of Auditing.
Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai