Anda di halaman 1dari 4

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) merevisi laporan keuangan tiga tahun terakhir, yaitu 2015, 2016, dan 2017.

Langkah yang dilakukan bank berkode BBKP itu menyita perhatian otoritas terkait, yaitu Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank sentral menyatakan selalu memantau aktivitas
dalam sistem pembayaran tanah air, termasuk jika terdapat aktivitas yang janggal. Termasuk apabila
terdapat kejanggalan pada bisnis kartu kredit Bank Bukopin. Menurut informasi yang dihimpun oleh
CNBC Indonesia dari para pihak yang mengetahui masalah ini, modifikasi data kartu kredit di Bukopin
telah dilakukan lebih dari 5 tahun yang lalu. Jumlah kartu kredit yang dimodifikasi juga cukup besar,
lebih dari 100.000 kartu. Modifikasi tersebut menyebabkan posisi kredit dan pendapatan berbasis
komisi Bukopin bertambah tidak semestinya. Uniknya, kejadian ini lolos dari berbagai layer pengawasan
dan audit selama bertahun-tahun. Mulai dari audit internal Bukopin, Kantor Akuntan Publik (KAP)
sebagai auditor independen, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran yang menangani kartu
kredit, serta OJK sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan perbankan. Bank Bukopin
merevisi laba bersih 2016 menjadi Rp 183,56 miliar dari sebelumnya Rp 1,08 triliun. Penurunan terbesar
adalah di bagian pendapatan provisi dan komisi yang merupakan pendapatan dari kartu kredit.
Pendapatan ini turun dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 317,88 miliar. Selain masalah kartu kredit, revisi
juga terjadi pada pembiayaan anak usaha Bank Syariah Bukopin (BSB) terkait penambahan saldo
cadangan kerugian penurunan nilai debitur tertentu.

Akibatnya, beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan direvisi meningkat dari Rp
649,05 miliar menjadi Rp 797,65 miliar. Hal ini menyebabkan beban perseroan meningkat Rp 148,6
miliar.

Analisis Manajemen Kompensasi

 insentif negatif atau “hukuman” : hasil yang mengurangi kepuasan dari kebutuhan individu.
 INCENTIVE UNTUK MANAJER PUNCAK Merupakan total bonus dibagi untuk manajer unit bisnis.
Setiap manajer korporat bertanggungjawab atas sebagian kinerja perusahaan secara
keseluruhan, sehingga atas bonus biasanya bersifat subyektif karena sulit mengukur. Beberapa
hal yg perlu diperhatikan supaya manajer puncak melakukan kegiatan demi kepentingan
pemegang saham:
• Manajer puncak tidak diperkenankan menjual sahamnya
• Menetapkan batasan masa jabatan
• Melakukan evaluasi kinerja manajer puncak secara berkala
 Menghindari adanya manajer puncak yang merangkap sebagai komisaris

Oleh karena itu, manajer Puncak dari Bank Bukopin, yakni Direktur Bank Bukopin melakukan
pengunduran diri terlebih dahulu. Karena kinerjanya yang buruk membuat bank bukopin terpuruk, yakni
Hingga September 2017, perseroan meraup laba tahun berjalan Rp 660,02 miliar. Angka itu turun 25,30
persen dari periode hingga September 2016 sebesar Rp 883,61 miliar. TEORI KEAGENAN (TEORI
AGENSI)

1.MEKANISME PENGENDALIAN
a. Monitoring

 Pelaporan akuntansi keuangan


o Agen diwajibkan membuat laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku
 Kegiatan audit
o Dilakukan kegiatan pemeriksaan oleh auditor yaitu untuk memastikan bahwa laporan
keuangan sudah dibuat sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
 Pembentukan Dewan Komisaris
o Pemegang saham dapat menempatkan wakil pemegang saham (yaitu Dewan Komisaris)
untuk mengawasi perusahaan.

Namun pada kasus Bank Bukopin ini , Mekanisme pengendalian yakni Pelaporan Akuntansi
Keuangan dan Kegiatan Audit yang dilakukan Auditor independen Bukopin selama ini adalah KAP
Purwantono, Sungkoro, dan Surja yang terafiliasi dengan salah satu big four auditor internasional Ernst
& Young tetap bau busuk walaupun ditutupi pun akan tercium juga. Dari berbagai layer pengawasan,
kasus ini ditemukan oleh internal Bukopin pada tahun lalu. Uniknya, kejadian ini lolos dari berbagai layer
pengawasan dan audit selama bertahun-tahun. Mulai dari audit internal Bukopin, Kantor Akuntan Publik
(KAP) sebagai auditor independen, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran yang menangani
kartu kredit, serta OJK sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan perbankan.
"Permasalahan mengenai restated (penyampaian kembali) laporan keuangan 2016 merupakan temuan
dari manajemen yang telah disampaikan kepada Kantor Akuntansi Publik untuk dilakukan restated pada
laporan keuangan 2017," ujar Direktur Utama Bukopin Eko Rachmansyah Gindo, tanpa mau merinci
mengenai kasus ini kepada CNBC Indonesia. Manajemen Bukopin pun secara jantan dan ikhlas merevisi
laporan keuangan dari 2015, 2016, dan 2017. Kenapa hanya tiga tahun? Karena penyajian kembalui
laporan keuangan dibatasi maksimal hanya 3 tahun terakhir.

Adapun pengesahan atas pengunduran direktur akan dimintakan persetujuan pemegang saham dalam
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan.

Sebelum membicarakan tentang CAR (Capital Adequacy Ratio) saya akan menjelaskan terlebih dahulu
apa itu CAR. Modal merupakan faktor utama bagi suatu bank untuk dapat mengembangkan
pertumbuhan usahanya. Pemenuhan kebutuhan Rasio Modal Minimal Bank atau dikenal CAR ditentukan
oleh BIS (Bank for International Setlement) sebesar 8%. Rasio CAR diperoleh dengan menggunakan
rumus : (Modal : ATMR) x 100%. Modal terdiri dari Modal Inti (Tier 1) dan Modal Pelengkap (Tier 2),
dimana besarnya

Modal Pelengkap yang diperhitungkan maksimal 100% dari besarnya ModaL Inti. Jika dimasukan risiko
pasar dan risiko operasional, maka kedua risiko ini akan menambah ATMR. Awal ketentuan yang dibuat
oleh BIS ini tidak mengikat, tetapi akhirnya hampir seluruh Bank Sentral di dunia mengadopsi ketentuan
BIS, di Indonesia Bank Indonesia menerapkan ketentuan ini melalui PBI menjadi KPMM (Kewajiban
Pemenuhan Modal Minimum) sebesar 8%, yang secara bertahap akan disesuaikan dengan kondisi
perbankan di Indonesia dan perbankan Interasional. Tulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan peneliti yang terkait dengan variabel CAR sebagai salah variabel indenpenden yang
mempengaruhi ROE dan atau ROA. Hampir sebagian besar penelitian mengindikasikan bahwa jika CAR
(rasio CAR) naik maka ROE dan atau ROA akan naik, berpengaruh signifikan positif. Padahal seharusnya
tidaklah demikian, jika CAR naik maka ROE dan atau ROA akan turun atau jika CAR turun maka ROE dan
atau ROA akan naik. Karena Bank Bukopin melakukan Data Kartu Kredit Bodong terjadilah Penurunan
ekuitas ini berperan dalam tergerusnya rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bukopin.
Pada laporan keuangan 2016 sebelum revisi, CAR Bukopin masih aman 15,03%, namun setelah revisi
CAR tersisa 11,62%. CAR semakin memburuk pada akhir 2017 yang tercatat 10,52%, meski meningkat
lagi pada kuartal I/2018 menjadi 11,09%. Hal lain yang mempengaruhi penurunan CAR adalah
peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) Bukopin. Inisiden modifikasi data kartu
kredit ini memaksa Bukopin menyiapkan action plan untuk menyehatkan CAR ke level 14%. Langkah
yang dilakukan adalah rights issue dengan menerbitkan saham baru sebesar 30% dan divestasi 40%
saham Bank Syariah Bukopin (BSB). Target dana yang bisa dihimpun untuk rights issue sekitar Rp2 triliun,
sementara untuk divestasi BSB sebesar Rp 400 miliar. Dalam waktu yang cukup singkat, manajemen
berhasil berkomunikasi dengan sejumlah bank asing, private equity asing dan bank BUMN sebagai mitra
strategis rights issue yang digelar Juni mendatang. Tentu, kita mengharapkan otoritas untuk
melanjutkan klarifikasi terhadap kasus modifikasi data kartu kredit Bukopin. Namun, peran manajemen
Bukopin yang mengakui terjadi kesalahan sebelumnya dan segera melakukan action plan adalah sesuatu
yang perlu diapresiasi yakni dengan memberi Incentive untuk manajer unit bisnis, yakni berupa jenis
insentif nya :

1.Financial

Incentive financial (keuangan) mencakup : kenaikan gaji, bonus, tunjangan, dan fasilitas (mobil, rumah,
perjalanan wisata, keanggotaan klub, dan lain-lain).

2.Penghargan Sosial dan Psikologi

Incentive sosial dan psikologi meliputi : kemungkinan promosi, tambahan tanggung jawab, otonomi
yang lebih besar, lokasi geografis yang lebih baik, dan pengakuan (piala, partisipasi dalam program
pengembangan eksekutif, dan lain-lain).

Kemudian Besarnya Bonus

1.Fixed Pay

Paham yang menyatakan bahwa perusahaan merekrut orang-orang yang baik, membayarnya dengan
baik, dan kemudian mengharapkan kinerja yang baik, maka perusahaan tersebut menekankan pada gaji
dan bukan bonus insentif (kinerjanya baik atau buruk, bonusnya tetap).
2.Performance Based Pay

Paham yang menyatakan perusahaan merekrut orang yang baik, mengharapkan mereka untuk
berkinerja dengan baik, dan membayar mereka dengan baik jika kinerjanya benar-benar actual, maka
perusahaan tersebut menekankan pada bonus insentif dan bukan pada bonus dan bukan gaji (kinerjanya
baik, bonusnya banyak).

Cutoff Level

1.Upper Cutoffs : tingkat kinerja dimana bonus maksimumnya dicapai

2.Lower Cutoffs : tingkat bawah dimana tidak ada penghargaan bonus yang akan diberikan

Ketika manajer unit bisnis menyadari bahwa bonus maksimum telah dicapai atau tidak ada bonus sama
sekali, maka system bonus dapat bekerja berlawanan dengan cita-cita korporat. Dari pada berusaha
untuk mengoptimalkan laba di periode sekarang, para manajer mungkin termotivasi untuk menurunkan
profitabilitas di satu tahun untuk menciptakan suatu peluang akan bonus yang tinggi di tahun
berikutnya. Untuk mengurangi tindakan disfungsional semacam itu adalah dengan membawa kelebihan
atau kekurangan tersebut ketahun berikutnya.

Sumber : https://finance.detik.com/moneter/d-3994551/bank-bukopin-permak-laporan-keuangan-ini-
kata-bi-dan-ojk

Anda mungkin juga menyukai