Anda di halaman 1dari 5

Implementasi PSAK 71 di Indonesia: Masalah dan Tantangan

Industri perbankan adalah salah satu industri utama dalam ekonomi moderen. Baik maupun
buruknya perekonomian suatu negara salah satu faktor penentunya adalah kesehatan industri
perbankannya. Dalam hal ini akuntansi berperan penting dalam menginformasikan berbagai hal
terkait kesehatan bank, salah satunya adalah dengan kualitas laporan keuangan Bank.

Di Indonesia industri perbankan terbagi atas Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum (BU) dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR); dan Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Mendekati penghujung tahun 2019, perbankan tengah berupaya untuk memenuhi Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 yang mulai berlaku Januari Mengacu pada roadmap
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PSAK 71 Instrumen Keuangan mulai efektif diterapkan oleh
perbankan Indonesia pada 1 Januari PSAK 71 mengadopsi International Financial Reporting
Standards (IFRS) 9 menggantikan PSAK 55 yang diadopsi dari International Accounting
Standard (IAS) 39. 

Pedoman Akuntansi Perbankan merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk industri perbankan. Dengan keberadaaan
Pedoman Akuntansi Perbankan diharapkan dapat terjadi peningkatan transparansi kondisi
keuangan bank sehingga laporan keuangan bank menjadi semakin relevan, komprehensif, andal,
dan dapat diperbandingkan.

PSAK 71 mengatur dan memberi panduan tentang pengakuan dan pengukuran instrumen
keuangan, termasuk poin tentang pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan berupa
piutang, pinjaman, atau kredit.
Dalam implementasinya, isu-isu yang kerap dipertanyakan menyangkut mengenai rule-based
perihal tata cara penentuan pengujian SPPI. Oleh karena itu apakah bank dapat melakukan
pengujian SPPI atas portofolio aset keuangan atau pada level laporan keuangan caption (akun di
neraca)? Atau apakah pengujian boleh dilakukan dengan menggunakan sampling? Apakah untuk
tujuan efisiensi pengujian SPPI dapat dilakukan di level produk aset keuangan atau kelompok
kontrak yang memiliki klausul yang standar?

Dalam tantangannya Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai, ada beberapa
sektor yang bakal terpengaruh oleh implementasi PSAK baru ini. Pertama, sektor yang akan
terdampak oleh penerapan PSAK ini adalah sektor perbankan. Mengingat bank diharuskan untuk
mempunyai cadangan kerugian penurunan nilai mulai dari yang statusnya lancar hingga macet.

Beberapa kontra lain yang terjadi antara lain terdapatnya pendapat yang menyataka bahwa
seharusnya perbandingan signifikansi aset yang dijual tidak terbatas pada besaran portofolio,
namun lebih granular berdasarkan sesuai business model assessment. Misalnya, business model
X adalah held to collect, tidak dibandingkan dengan ukuran keseluruhan portofolio amortised
cost, namun dengan ukuran portofolio dengan model bisnis X saja. Selain itu, Bank dapat
mempertimbangkan gain/loss dari penjualan.

Kedua adalah terkait signifikansi secara agregat/gabungan, tidak terdapat argumen yang
bertentangan dalam pembahasan. Ketiga, penjualan aset keuangan terkadang dilakukan dalam
grup seperti perusahaan induk menjual aset keuangan ke perusahaan anak dalam rangka
menerapkan kebijakan tertentu.

Setiap aset perbankan contohnya penyaluran kredit, terdapat risiko kerugian penurunan nilai
yang disebabkan debitur tidak bisa membayar pinjaman. Pada PSAK 55, CKPN dihitung dengan
metode incurred loss bersifat backward-looking dimana CKPN dibentuk pada saat terdapat bukti
objektif bahwa debitur mengalami impairment seperti telat membayar angsuran kredit. Bukti
bukti tersebut nantinya akan dikalkulasi oleh bank sebagai dasar evaluasi apakah termasuk dalam
kerugian penurunan yang perlu diakui.
Setiap bank memiliki kebijakan evaluasi yang berbeda beda dalam membentuk CKPN. Selain
itu, karena bersifat backward-looking, maka penentuan risiko akan berdasarkan pada data data
historis. Misalkan, dalam beberapa tahun terakhir kerugian dari bisnis kartu kredit adalah 10%,
maka bank akan membentuk CKPN sebesar 10% dari bisnis kartu kredit. Dalam PSAK 71,
nantinya CKPN dihitung menggunakan metode expected loss bersifat forwardlooking. Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), metode expected loss mewajibkan bank untuk memperkirakan
estimasi risiko instrumen keuangan sejak pengakuan awal menggunakan informasi forward-
looking seperti proyeksi pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, dan indeks harga
komoditas di setiap tanggal pelaporan

Dalam implementasinya, impairment adalah penurunan nilai aset keuangan, yang secara
akuntansi entitas wajib mencadangkannya, yang dikenal dengan istilah Cadangan kecukupan
Penurunan Nilai (CKPN). Terdapat perbedaan mendasar dalam metodologi pembentukan CKPN
antara PAPI 2008 dengan ED PSAK 71. Seperti gambar dibawah:
Pada PSAK 71, model penurunan nilai (impairment) bertujuan untuk menyediakan informasi
yang relevan dan real-time sebagai dasar pengambilan keputusan. Sehingga, dalam PSAK 71,
perhitungan kerugian aset keuangan seperti kredit dalam CKPN tidak lagi menunggu hingga
terdapat bukti objektif. Namun, risiko aset aset tersebut akan selalu diperbarui dan diakui dari
awal pengakuan hingga jatuh tempo terakhir. Bahkan, apabila direntang waktu tersebut terdapat
indikasi penurunan seperti peningkatan risiko gagal bayar debitur (Armanto, 2017).

Perbedaan tersebut berasal dari perbedaan pendekatan pembentukan CKPN. PSAK 55


didasarkan pada metodologi Loss Incurred Method (ILM). Sedangkan ED PSAK 71 didasarkan
pada metodologi Expected Credit Loss (ECL), yang kemudian diistilahkan sebagai Kerugian
Kredit Ekspetasian ILM mengasumsikan bahwa peminjam (debitur) akan melunasi seluruh kredit
hingga terdapat bukti yang menunjukkan hal yang sebaliknya (Loss Trigger Event). Namun hal
ini memberi peluang bagi timbulnya permasalahan yang dikenal dengan istilah "too little, too
late problems".

Dari pembahasan maka dapat diyakini bahwa dampak ED PSAK 71 instrumen keuangan dalam
hal aspek pengakuan kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank Pekreditan Rakyat
tidak akan signifikan. Selain itu PSAK 71 juga diyakini bahwa dampak ED PSAK 71 instrumen
keuangan dalam hal aspek pengukuran kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank
Pekreditan Rakyat akan signifikan, khususnya dalam aspek pembentukan Cadangan Kecukupan
Penurunan Nilai (CKPN) terkait impairment serta diyakini berdampak ED PSAK 71 instrumen
keuangan dalam hal aspek penyajian kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank
Pekreditan Rakyat akan signifikan, khususnya dalam hal pengungkapan (diclosure)

Selain menghadapi gempuran PSAK 71 yang hadir, perbankan juga berusaha menghadapi
bagaimana COVID-19 berkontribusi. Pandemi ini mengakibatkan perekonomian secara
keseluruhan melambat. Berdasarkan Rilis BPS mengenai Data Pertumbuhan Ekonomi Triwulan
II
2020 melalui kanal youtube BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara year on year (yoy)
sebesar minus 5,32%. Kontraksi ini menjadi pertumbuhan ekonomi terendah sejak krisis tahun
1998. Hal ini disebabkan menurunnya PDB Indonesia hampir pada seluruh sektor. Jika PDB
dihitung berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 4,19% (qoq) dan
minus 5,32% (UGM, 2020).

DAFTAR PUSTAKA
Armanto Witjaksono. 2017. Dampak ED PSAK 71 Intrumen Keuangan Terhadap Pedoman
Akuntansi Perbankan Terkait Kredit. Vol.2, No.1. Universitas Bina Nusantara
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Materi Public Hearing ED
PSAK 71 Instrumen Keuangan, Oktober 2016.
https://docplayer.info/180306676-Implementasi-psak-71-pada-perbankan.html
https://imagama.feb.ugm.ac.id/penerapan-psak-71-di-tengah-gempuran-covid-19/
https://amp.kontan.co.id/news/analis-penerapan-psak-baru-jadi-tantangan-bagi-sektor-properti-
dan-perbankan
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Documents/Pages/Pedoman-Akuntansi-Perbankan-
Indonesia-%28PAPI%29/KESIMPULAN%20HASIL%20PEMBAHASAN%20ISU
%20IMPLEMENTASI%20PSAK%2071%20%E2%80%93%20INSTRUMEN
%20KEUANGAN%20TAHUN%202018.pdf

Anda mungkin juga menyukai