Anda di halaman 1dari 9

KARYA ILMIAH

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS


PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TBK. 2020

Disusun oleh :

NAMA :
NIM :
PROGRAM STUDI :
POKJAR :

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT BENGKULU
TAHUN 2022
KARYA ILMIAH
ANALISIS RASIO LIKUIDITAS
PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TBK. 2020

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur perkembangan likuiditas PT.
Bank Muamalat Indonesia. Permasalahan likuiditas dianggap seperti permasalahan yang
gampang-gampang susah. Tanpa adanya pengecekan likuiditas secara berkala dan tanpa
diberlakukannya peraturan mengenai likuiditas. Tapi tidak sampai disitu permasalahannya,
apakah cadangan likuiditas yang disiapkan sudah mencukupi kewajiban likuiditas bank. Ketika
nasabah ingin mengambil dana yang dititipkan dilembaga keuangan dan lembaga keuangan
tersebut tidak dapat menyediakan dana yang dibutuhkan dengan cepat maka tingkat kepercayaan
nasabah akan turun.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Laporan keuangan tahunan PT.
Bank Muamalat Indonesia 2020 diambil dari www.bankmuamalat.co.id sebagai sumber data
utama dalam penelitian ini. Selain itu, data dari studi literatur yang berkaitan dengan penelitian
ini diperoleh. Matriks kriteria yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan peringkat
faktor likuiditas rasio STM dan STMP didasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.
9/24/Dpbs.
Hasil peneltian menunjukan, perkembangan rasio STM PT. Bank Muamalat Indonesia
pada tahun 2020 sebesar 19,15% yang artinya berada pada Kemampuan likuiditas bank untuk
mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai
Sedangkan perkembangan rasio STMP PT. Bank muamalat Indonesia tahun 2020 sebesar 21,
66% yang berada pada Keahlian likuiditas bank buat mengestimasi kebutuhan likuiditas serta
pelaksanaan manajemen resiko likuiditas mencukupi..
Kata kunci : Likuiditas, PT Bank Muamalat Indonesia, STM (Short Term Mismatch), STMP
(Short Term Mismatch Plus).

PENDAHULUAN
Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari meluasnya virus Disease
2019 atau covid-19. Pada awal Maret 2020 lalu kasus pertama telah terkonfirmasi pada salah
satu masyarakat dan meluas pada beberapa masyarakat terdampak lainnya, banyak upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah guna menekan tingkat peningkatan kasus covid ini, salah
satunya yaitu melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namum pemberlakuan
PSBB tentunya memiliki dampak dan resiko tersendiri, pemberlakuan PSBB di Indonesia pada
masa covid-19 ternyata tidak hanya memiliki dampak pada sektor kesehatan, melainkan juga
pada beberapa sektor lain yang terdampak salah satunya yaitu sektor ekonomi. Kemerosotan
sektor ekonomi pada saat pemberlakuan PSBB di tahun 2020 ini dinilai wajar karena pergerakan
masyarakat yang dibatasi membuat sektor ekonomi menjadi lumpuh dibeberapa bagian, namun
dibalik itu ada salah satu sektor yang masih terbilang cukup stabil apabila dibandingkan dengan
sektor lain yaitu sektor perbankan syariah. Sektor perbankan syariah tentunya harus waspada
mengingat keadaan yang penuh ketidakpastian pada saat pandemi covid-19 yang masih
berlangsung dan stabilitas keuangan yang berubah dengan begitu cepat.
Perbankan syariah menjadi sektor industri yang memiliki kedudukan yang strategis untuk
membangun ekonomi rakyat, seperti yang kita ketahui perbankan syariah merupakan institusi
keuangan yang menjalankan setiap kegiatan usahanya menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai
dengan berlandaskan prinsip syariah islam serta semua transaksi yang dijalankan semuanya
menggunkan kaidah dan aturan yang digunakan dalam kaidah akda-akad fiqh muamalah. Pada
saat pandemi dan pemberlakuan PSBB perbankan syariah sudah saatnya harus memiliki nilai
lebih untuk bisa bergerak cepat agar bisa beradaptasi yaitu dengan mempunyai strategi dan
inovasi yang baru supaya bisa bertahan dalam situasi pandemi covid-19..
Ada banyak lembaga keuangan syariah atau bank syariah di indonesia salah satunya
adalah Bank Muamalat Indonesia Tbk. Bank syariah pertama di indonesia ini pertama kali
didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, perkembangan perbankan
syariah di indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Salah satu
keberhasilan bank syariah dapat kita lihat dari kinerja keuangan yang diberikan oleh bank
syariah di indonesia. Dalam hal menilai kinerja keuangan bank ada bebrapa rasio yang dapat
menentukan kinerja keuangan rasio perbankan yaitu salah satunya dengan menganalisis rasio
likuiditas-nya.
Istilah "analisis rasio likuiditas" terdiri dari tiga kata: analisis, rasio, dan likuiditas.
Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (tulisan, perbuatan, dll) untuk menentukan keadaan
yang sebenarnya (penyebab, masalah, dan sebagainya). Menurut laporan keuangan, rasio adalah
angka yang menunjukkan keterkaitan antara satu elemen dengan elemen lainnya dalam laporan
keuangan, oleh karena itu rasio likuiditas adalah rasio yang mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi komitmen atau membayar hutang jangka panjang.
Rasio likuiditas dalam laporan keuangan bank merupakan rasio untuk mengukur
kewajiban jangka pendeknya saat ditagih (Kasmir, 2004). Dari sudut aktiva, likuiditas adalah
kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash). sedangkan pada sudut
pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan
portofolio liabilitas (Zainul Arifin, 2009). likuiditas merupakan hal yang penting dalam bisnis
perbankan. Sebab, likuiditas berkaitan dengan masalah kepercayaan masyarakat. Dengan melalui
pengelolaan likuiditas yang baik, bank dapat memberikan keyakinan pada para penyimpan dana
bahwa mereka dapat mengambil dana sewaktu-waktu atau pada saat jatuh tempo. Berdasarkan
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS ada beberapa perhitungan atau analisis suatu
komponen faktor likuiditas yaitu Short Term Mismatch (STM) dan Short Term Miasmatch Plus
(STMP). Short Term Mismatch (STM) ialah komponen besarnya peninggalan jangka pendek
dibanding dengan kewajiban jangka pendek serta rasio ini merupakan rasio utama sebaliknya
Short Term Mismatch Plus (STMP) merupakan rasio penunjang. Rasio ini bertujuan mengukur
keahlian bank dalam penuhi kewajiban jangka pendek dengan memakai aktiva jangka pendek,
kas, serta secondary reserve. Tujuan dari riset ini merupakan buat memandang Gimana
pertumbuhan serta kemajuan likuiditas PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk tahun 2020.
Metode
Penelitian kuantitatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis
penelitian ini. Karena penelitian valuasi bertujuan untuk memberikan gambaran atau gambaran
tentang fenomena atau fenomena sosial yang diteliti dengan menggambarkan nilai variabel
bebas, baik satu atau lebih variabel (bebas) berdasarkan indikator dari variabel yang diteliti tanpa
membuat perbandingan atau perbandingan, maka penelitian ini juga penelitian deskriptif
kuantitatif. Dengan menggambarkan sejumlah faktor yang dihubungkan dengan variabel yang
diteliti, deskriptif kuantitatif menghubungkan variabel-variabel yang diteliti untuk eksplorasi
atau kategorisasi. Dengan kata lain, deskriptif kuantitatif tidak mencoba menguji hipotesis, tetapi
hanya menggambarkan atau mengidentifikasi data saja.
Dalam riset ini rasio yang digunakan buat menghitung tingkatan permodalan ialah rasio
utama serta rasio penunjang. Rasio utama ialah rasio yang mempunyai pengaruh kokoh( high
impact) terhadap Tingkatan Kesehatan Bank. Rasio penunjang merupakan rasio yang
mempengaruhi secara langsung terhadap rasio utama. Perhitungan likuiditas dalam penelitian ini
yakni STM sebagai rasio utama dan STMP sebagai rasio penunjang yang akan diuraikan sebagai
berikut:
1. STM ( Short Term Mismatch)
Rasio ini berisi komponen besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban
jangka pendek dan rasio ini adalah rasio utama. Rasio ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Aktiva Jangka Pendek
STM=
Kewajiban Jangka Pendek
Aktiva jangka pendek adalah aktiva likuid kurang dari tiga bulan selain kas,
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ( SWBI) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
dalam laporan maturity profile sebagaimana dimaksud dalam Laporan Berkala Bank
Umum Syariah. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban likuid kurang dari tiga bulan
dalam laporan maturity profile sebagaimana dimaksud dalam Laporan Berkala Bank
Umum Syariah.
Adapun kriteria penilaian pringkat untuk rasio ini adalah sebagai berikut:
a. Peringkat 1 jika STM >25%
b. Peringkat 2 jika 20%<STM<25%
c. Peringkat 3 jika 15%<STM<20%
d. Peringkat 4 jika 10%<STM<15%
e. Peringkat 5 jika STM<10%
2. STMP (Short Term Miasmatch Plus)
STMP berisi komponen kemampuan bank syariah dalam memenuhi kebutuhan
likuiditas jangka pendek dengan menggunakan aset jangka pendek, kas, dan secondary
reserve. rasio ini adalah rasio penunjang.
Aktiva Jangka Pendek + Kas+ Secondary Reserve
STMP=
Kewajiban Jangka Pendek
Aktiva jangka pendek adalah aktiva likuid kurang dari tiga bulan diluar kas,
SWBI, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dalam laporan maturity profile
sebagaimana dimaksud dalam Laporan Berkala Bank Umum Syariah.
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban likuid kurang dari tiga bulan dalam
laporan maturity profile sebagaimana dimaksud dalam Laporan Berkala Bank Umum
Syariah.
Kas adalah uang tunai. secondary reserve adalah sertifikat wadiah bank indonesia
(SWBI) ditambah dengan surat berharga syariah negara (SBSN) rasio ini dihitung
perposisi tanggal penilaian.
Adapun kriteria penilaian peringkat untuk rasio ini adalah sebagai berikut:
a. Peringkat 1 jika STMP >50%
b. Peringkat 2 jika 40%<STMP<50%
c. Peringkat 3 jika 30%<STMP<40%
d. Peringkat 4 jika 20%<STMP<30%
e. Peringkat 5 jika STMP<20%

Tabel 1
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Likuiditas Rasio STM dan STMP
Peringkat Faktor Likuiditas
1 Kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas
dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat kuat
2 Kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas
dan penerapan manajemen risiko likuiditas kuat
3 Kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas
dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai
4 Kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas
dan penerapan manajemen risiko likuiditas lemah
5 Kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas
dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat lemah
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan laporan keuangan yang diolah menggunkan rumus, hasil yang didapat
sebagai berikut:

Tabel 1.1
Tabel komponen perhitungan STM PT. Bank muamalat indonesia Tbk. Tahun 2020

Penempatan Kredit yang Tagihan Lain-lain Kewajiban STM


pada diberikan lainnya
bank lain
61.436 5.060.516 - 2.071.000 37.561.391 19,15%

61.436+5.060 .516+2.071.000
STM = X 100%
37.561.391

STM = 19,15%

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat persentase dari rasio Short Term Mismatch (STM) PT.
Bank Muamalat Indonesia Tahun 2020 sebesar 19,15% berada pada peringkat 3 dengan keadaan
likuiditas pada tahun 2020 sesuai dengan ketentuan STM yang berlaku. Dengan demikian
kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan
manajemen risiko memadai.

Tabel 1.2
Tabel komponen perhitungan STMP PT. Bank muamalat indonesia Tbk. Tahun 2020

Kas Penempatan Penempatan Surat Kredit yang kewajiban STMP


Pada BI Pada Bank Berharga diberikan
(SWBI) Lain (SBSN)
710.236 2.304.326 61.436 798.532 5.060.516 37.561.391 21,66%

61.436+5.060 .516+710.236+2.304 .326


STMP =
37.561.391
x 100%

STMP = 21,66%

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat persentase dari rasio Short Term Mismatch Plus
(STMP) PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun 2020 sebesar 21,66% berada pada peringkat 4
dengan keadaan likuiditas pada tahun 2020 sesuai dengan ketentuan STMP yang berlaku.
Dengan demikian kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan
penerapan manajemen risiko lemah.
Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian berdasarkan analisis likuiditas pada PT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk tahun 2020 dengan menggunakan metode STM dan STMP adalah sebagai berikut:
berdasarkan analisis STM pada tahun 2020 PT. Bank Muamalat Indonesia menunjukkan kriteria
penilaian pringkat STM yang berada pada peringkat 3 yang lebih besar dengan 15% dan lebih
kecil sama dengan 20% yaitu 19,15%. kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi
kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko memadai. Dengan ini berdasarkan surat
edaran Bank Indonesia No 9/24/Dpbs Bank muamalat indonesia dapat dikategorikan bisa
memenuhi likuiditas-nya meskipun belum bisa masuk dalam kategori likuiditas yang kuat.
Sedangkan dengan menggunkan analsisis STMP PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun
2020 menunjukkan penilaian peringkat pada STMP berada pada posisi 4 yang artinya lebih kecil
dari 30% dan tidak kurang sama dengan 20% yaitu 21,66%. Dengan demikian kemampuan
likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko
lemah. Dalam memenuhi kriteria likuiditas bank berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No
9/24/Dpbs artinya Bank Muamalat Indonesia harus meningkatkan lagi kinerja likuiditas-nya agar
bisa memenuhi kriteria memadai maupun likuiditas yang kuat.
Mengingat Sektor industri perbankan syariah mempunyai peran yang sangat strategis
dalam membangun ekonomi rakyat dan juga merupakan sektor yang masih tergolong stabil jika
dibandingkan sektor lain, namun tidak bisa menutup kemungkinan resiko-resiko yang menimpa
sektor lain juga menimpa sektor perbankan syariah khusus-nya bank muamalat indonesia.

SARAN
Disarankan kepada manajemen PT. Bank Muamalat Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan likuiditas bank agar memenuhi kriteria dan bisa masuk dalam kategori likuiditas
yang kuat ataupun sangat kuat sesuai dengan berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No
9/24/Dpbs serta selalu memberikan kenyamanan dan transparansi keadaan keuangan secara lebih
detail lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Annual Report PT. Bank Muamalat Indonesia 2020
Allselia Riski Azhari dan Rofiul Wahyudi (2020), Analisis Kinerja Perbankan Syariah
Di Indonesia: studi masa pandemi covid-19, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia.
Bank Muamalat Indonesia, Profil Bank Muamlat Indonesia.

Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24DPbS.


Burhan Bungin (2005), Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi Dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Hendra Fitrianto dan Wisnu Mawardi (2006), Analisis Pengaruh Kualitas Aset,
Likuiditas, Rentabilitas, Dan Efisiensi Terhadap Rasio Kecukupan Modal Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi Universitas
Diponegoro.

Jumingan (2006), Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Bumi Aksara.

Kasmir (2004), Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lica Miana dkk. (2021), Dampak Covid-19 Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah Di Indonesia Menggunkan Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMII), Bengkulu: jurnal
aghinya STIESNU.
Qanita Alya (2011), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: PT Indah Jaya
Adipratama.

Zainul Arifin (2009), Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang: Azkia


Publisher.

Anda mungkin juga menyukai