Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan badan usaha yang memiliki tugas menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga memiliki

fungsi yang menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi yang dilakukan

oleh dunia perbankan dilakukan atas asas kepercayaan, dalam pengertian

bahwa kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus

didasari rasa percaya dari masyarakat (Agent of Trust). Fungsi lainnya

sangat berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang

kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi

(Agent of Development). Fungsi selanjutnya bank juga turut serta dalam

memberikan jasa pelayanan yang lain seperti transfer, jasa kotak

pengamanan, dan jasa penagihan, atau sering disebut dengan Agen of

Service (Muchtar, 2016:82-83).

Menurut UU RI Perbankan No. 10 Tahun 1998, jenis perbankan

dibedakan menjadi dua yaitu, bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR). Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank

1
Pengaruh Penerapan Manajemen…, Tri Nurmarganingsih, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

(Muchtar, 2016:60-61).

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu

lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti

prinsip-prinsip syariah maupun muamalah islam. BPRS berdiri

berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan

Pemerintah (PP) No 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip

Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan

bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberi jasa lalu lintas

pembayaran. BPR yang melakukan kegiatan usaha dalam prinsip syariah

selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.

32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan

Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPRS

diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR Konvensional,

yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil

(Muchtar, 2016:3).

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan jenis bank

yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah.

Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan masyarakat yang

2
Pengaruh Penerapan Manajemen…, Tri Nurmarganingsih, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
membutuhkan. BPRS sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan yang

dikenal dengan sebutan lumbung desa, bank desa, bank tani, dan bank

dagang desa atau bank pasar. BPRS tidak hanya berfumgsi sekedar

menyalurkan pembiayaan kepada para pengusaha mikro, kecil, dan

menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat dengan

prinsip-prinsip syariah (Muchtar, 2016:101).

Berdasarkan keunggulan yang dimiliki, BPRS menjadi salah satu

lembaga keuangan yang banyak diminati masyarakat dari berbagai

kalangan. Hal tersebut ditunjukkan di provinsi Jawa Tengah dan DIY yang

memiliki 38 BPRS, dan 167 BPRS di Indonesia hingga tahun 2017.

Peningkatan jumlah penduduk di Jawa Tengah dan DIY cenderung

mempengaruhi perbankan dalam memperluas jaringan kerjanya

(www.ojk.co.id).

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu

BPRS adalah kemampuan BPRS untuk memperoleh keuntungan. Bila

BPRS selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya, tentu saja

lama-kelamaan kerugian tersebut akan menguras modalnya. Bank yang

dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat. Penilaian

kesehatan BPRS didasarkan pada rentabilitas atau profitabilitas, yaitu

dengan melihat kemampuan BPRS dalam menciptakan laba. Penilaian

dalam unsur ini menggunakan rasio ROA (Return on Asset) yang

merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset

(Suyanto, 2016:139). Semakin besar ROA maka semakin besar

3
Pengaruh Penerapan Manajemen…, Tri Nurmarganingsih, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
profitabilitas yang berarti kinerja BPRS semakin baik. Beberapa risiko

yang mempengaruhi profitabilitas yaitu risiko pembiayaan, risiko

likuiditas, dan risiko operasional (Muchtar, 2016:138).

Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi jika pihak lawan

gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya debitur

tidak bisa membayar cicilan dan bunga hutang, sehingga perusahaan

mengalami kerugian dan piutang dagang tidak terbayar. Indikator yang

digunakan untuk mengukur risiko pembiayaan pada BPRS adalah NPF

(Non Performing Financing) yaitu perbandingan antara total pembiayaan

bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan bank kepada debitur

(Hanafi, 2016:359).

Risiko likuiditas adalah risiko ketidakmampuan bank memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau dari

aset likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu

aktivitas dan kondisi keuangan bank. FDR (Financing to Deposit Ratio)

adalah indikator yang digunakan untuk risiko likuiditas pada BPRS. FDR

menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang

dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan

sebagai sumber likuiditas. FDR dirumuskan dengan membandingkan

jumlah pembiayaan yang disalurkan dengan pihak ketiga (IBI,

2015:11&306).

4
Pengaruh Penerapan Manajemen…, Tri Nurmarganingsih, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan atau

tidak berfungsinya proses internal akibat tidak adanya atau tidak

berfungsinya prosedur kerja, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan

atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara

langsunng maupun tidak langsung dan menimbulkan potensi kesempatan

yang hilang untuk memperoleh keuntungan. Untuk risiko operasional

indikator yang digunakan adalah BOPO (Beban Operasional terhadap

Pendapatan Operasional) (IBI, 2015:13).

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Wayan (2016) yang terletak pada tempat, waktu, dan

objek penelitian. Penelitian Wayan (2016) dilakukan di Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) kota Denpasar dengan waktu penelitian periode 2010-2014.

Sedangkan penelitian ini dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan waktu periode 2014-2016.

Adapun alasan mengapa penelitian ini di uji kembali karena untuk

mengetahui bagaimana kinerja BPR Syariah sehingga BPR Syariah bisa

berkembang pesat dan untuk memperbaharui informasi tentang BPR

Syariah. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti

mengambil judul “Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan,

Risiko Likuiditas, dan Risiko Operasional terhadap Kinerja Keuangan

BPRS di Provinsi Jawa Tengah dan DIY”.

5
Pengaruh Penerapan Manajemen…, Tri Nurmarganingsih, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah penerapan manajemen risiko pembiayaan, manajemen risiko

likuiditas, dan manajemen risiko operasional secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan BPRS di provinsi Jawa Tengah dan

DIY ?

2. Apakah penerapan manajemen risiko pembiayaan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kinerja keuangan BPRS di provinsi Jawa Tengah dan

DIY ?

3. Apakah penerapan manajemen risiko likuiditas berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja keuangan BPRS di provinsi Jawa Tengah dan

DIY ?

4. Apakah penerapan manajemen risiko operasional berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kinerja keuangan BPRS di provinsi Jawa Tengah dan

DIY ?

6
Pengaruh Penerapan Manajemen…, Tri Nurmarganingsih, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan

penelitian ini adalah untuk memberi bukti penerapan manajemen risiko

pembiayaan, manajemen risiko likuiditas, dan manajemen risiko

operasional terhadap kinerja BPRS di provinsi Jawa Tengah dan DIY.

2. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharap dapat menambah pengetahuan

dan wawasan terutama mengenai pentingnya penerapan

manajemen risiko pembiayaan, manajemen risiko likuiditas, dan

manajemen risiko operasional di BPRS serta untuk mendapat nilai

dan syarat mendapatkan gelar Sarjana Manajemen.

2. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sumber

informasi dan referensi dalam penelitian penelitian selanjutnya

serta sebagai sarana menambah wawasan.

3. Bagi BPRS, sebagai referensi dalam menilai penerapan manajemen

risiko sehingga perusahaan dapat memaksimalkan kinerja mereka

demi mencapai tujuan perusahaan.

7
Pengaruh Penerapan Manajemen…, Tri Nurmarganingsih, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai