2016 - 2018
SKRIPSI
Oleh:
ANISATUL MUKHOYAROH
NIM: 210816191
Pembimbing:
NIDN: 2024068601
2020
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC
2016 - 2018
SKRIPSI
Oleh:
ANISATUL MUKHOYAROH
NIM: 210816191
Pembimbing:
NIDN: 2024068601
2020
ABSTRAK
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008), 2.
2
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), 26.
3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 12.
4
Bustari Muchtar dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Kencana, 2016), 24.
1
2
5
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Prenada Media, 2011), 33.
6
Asnaini Herlina Yustati, Lembaga Keuangan Syari’ah (Teori Dan Praktiknya Di
Indonesia) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 2.
7
M Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2015), 324.
8
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Statistik Perbankan Syariah, Februari 2020. (Diakses
pada tanggal 13 Mei 2020 Jam 11:09).
3
9
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2010), 187.
10
Budisantoso Totok Triandaru Sigit, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta:
Salemba Empat, 2006), 98.
4
11
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
5
risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman aset – aset yang
mengandung risiko serta membiayai seluruh asset tetap dan inventaris bank,
dan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur aspek ini adalah Capital
Adequacy Ratio (CAR).12
Bank Central Asia Syariah (BCA Syariah) merupakan salah satu
perseroan terbatas yang dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dibidang
jasa perbankan. Visi bank BCA Syariah yaitu menjadi bank syariah andalan
dan pilihan masyarakat dengan mewujudkan membangun sinergi dan
kemitraan yang solid untuk mempertahankan pertumbuhan yang berkualitas.
Pada tahun 2018, BCA Syariah mampu menghadapi berbagai tantangan
perekonomian yaitu dengan menunjukkan kinerja yang baik dalam hal
implementasi strategis bisnis, kepatuhan dalam menjalankan prinsip syariah
dan peraturan perundang – undangan.
Berdasarkan pencapaian yang telah berhasil dilaluinya menjadikan
BCA Syariah semakin mengokohkan performanya dengan terus
meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan secara konsisten. Berbagai
pencapaian tersebut tidak terlepas dari rasa kepercayaan masyarakat terhadap
BCA Syariah dalam memberikan pelayanan yang unggul dan menjadikan
masyarakat merasa aman menggunakan jasa perbankan yang ada pada bank
BCA Syariah. Hal tersebut menjadikan Bank BCA Syariah dalam
mewujudkan visinya selalu berusaha untuk terus meningkatkan kinerjanya
dengan baik sehingga dapat terlaksana secara optimal.
Tabel 1.1
Kinerja Keuangan Bank Central Asia (BCA) Syariah Periode 2016 -
2018
12
Hadisoewito Slamet, Prinsip Dasar Kehati- Hatian dan Penilaian Bank (Jakarta:
Pamator, 2011), 114.
6
operasional dan laba bersih. Perkembangan aset Bank Central Asia pada
periode 2016 – 2018 mengalami kenaikan aset yang sangat baik meskipun
tidak signifikan, tetapi pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang cukup
tinggi yaitu sebesar Rp. 1,102.8 Miliar sehingga total aset menjadi Rp.
7,064.0 Miliar.
Selanjutnya peningkatan pada pendapatan operasional dari Bank
Central Asia Syariah pada periode 2016 – 2018 yang menunjukkan kenaikan
yang cukup baik pada setiap tahunnya. Pada tahun 2018 mengalami kenaikan
dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 48,9 Miliar menjadi Rp. 522,6 Miliar.
Kenaikan tersebut lebih besar dari tahun sebelumnya, meskipun tidak
mengalami kenaikan yang sangat signifikan, akan tetapi BCA Syariah sudah
menunjukkan kinerjanya yang cukup baik dalam meningkatkan perolehan
pendapatan operasional pada periode 2016 – 2018.
Adanya peningkatan pada aset produktif dan pendapatan operasional
dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh BCA Syariah, pada periode
2016 – 2018 juga dibarengi dengan meningkatnya perolehan laba bersih pada
setiap tahunnya. Pada tahun 2018, perolehan laba bersih meningkat akan
tetapi perbandingannya lebih kecil dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2018, BCA Syariah memperoleh laba bersih sebesar Rp.
10,5 Miliar menjadi Rp. 58,4 Miliar. Pertambahan laba bersih pada tahun
2018 lebih kecil dari tahun 2017. Akan tetapi, perolehan aset, pendapatan
operasional dan laba bersih pada setiap tahunnya secara keseluruhan
mengalami kenaikan yang cukup baik. Selain itu, peningkatan dapat dilihat
dengan menggunakan rasio keuangan sebagaimana tercantum dalam grafik
berikut :
100
80
60 2016
40
2017
20
0 2018
rentabilitas pada bagian rasio ROA (Return on Asset) berada pada posisi
cukup sehat karena pada tahun 2016 – 2018 rasio diantara 0,5% - 1,25 %.
Pada tahun 2016 rasio sebesar 1,1 %. Selanjutnya, pada tahun 2017 besar
rasio mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 1,2 % dan
pada tahun 2018 tidak mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, jadi
besar rasionya sama. Apabila rasio ROA berada pada posisi cukup sehat
secara terus menerus bisa menyebabkan penilaian manajemen dalam
memperoleh keuntungan menjadi tidak baik.
Selanjutnya ROE (Return on Equity) pada tahun 2016 – 2018 pada
posisi kurang sehat, karena rasio tidak berada diatas 20 %. Pada tahun 2016
rasio sebesar 3,5 %, tahun 2017 besarnya rasio meningkat dari tahun
sebelumnya sebesar 4,3 % dan rasio tahun 2018 juga mengalami peningkatan
sebesar 5,0 %. Setiap tahun rasio ROE mengalami peningkatan tetapi tidak
secara signifikan. Apabila rasio keuangan pada ROE setiap tahunnya tidak
menunjukkan peningkatan pada posisi sehat maka bisa mempengaruhi para
investor ataupun deviden yang akan memilih atau menggunakan jasa
perbankan di bank tersebut karena penilaian ROE dilihat dari kinerja suatu
bank dalam mendapatkan keuntungan bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran deviden.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis
kesehatan bank pada PT. BCA Syariah, yang akan dituangkan dalam bentuk
karya tulis ilmiah dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan
Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and
Capital) pada Bank Central Asia (BCA) Syariah Periode 2016 – 2018.”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka perlu adanya
pembatasan masalah. Sehingga, penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat
terarah. Maka dari itu peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada penelitian yang
mencakup tentang RGEC yaitu faktor Risk atau Risiko (R), Good Corporate
Governance (G), Earnings (E), dan Capital (C). Penilaian pada faktor risiko
indikator yang digunakan adalah risiko kredit dilihat dari Non Performing
Financing (NPF) dan risiko likuiditas dilihat dari Financing to Deposit Ratio
(FDR). Selanjutnya pada faktor GCG indikator yang digunakan
menggunakan hasil self assessment. Penilaian pada faktor Earning indikator
yang digunakan adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE)
dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Sedangkan pada faktor capital indikator yang digunakan adalah Capital
Adequency ratio (CAR).
8
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Profil
Risiko (Risk Profile) pada bank BCA Syariah periode 2016 – 2018 ?
2. Bagaimana tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Tata Kelola
Perusahaan (Good Corporate Governance) pada bank BCA Syariah
periode 2016 – 2018 ?
3. Bagaimana tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
Kemampuan Menghasilkan Laba (Earning) pada bank BCA Syariah
periode 2016 – 2018 ?
4. Bagaimana tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Tingkat
Kecukupan Modal (Capital) pada bank BCA Syariah periode 2016 –
2018 ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian
ini yaitu :
1. Menganalisis tingkat kesehatan dengan menggunakan Profil Risiko
(Risk Profile) bank BCA Syariah pada periode 2016 – 2018.
2. Menganalisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan Tata
Kelola Perbankan (Good Corporate Governance/GCG) bank BCA
Syariah periode 2016 – 2018.
3. Menganalisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
Kemampuan Menghasilkan Laba (Earnings) bank BCA Syariah
periode 2016 – 2018.
4. Menganalisis tidikangkat kesehatan bank dengan menggunakan
Tingkat Kecukupan Modal (Capital) bank BCA Syariah periode 2016
– 2018.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan penulis yaitu agar berguna untuk
hal – hal sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini kedepannya diharapkan dapat berguna untuk
pengembangan ilmu perbankan syariah. Serta sebagai kontribusi
pemikiran bagi para akademisi tentang bagaimana penilaian tingkat
kesehatabn bank syariah dengan menggunakan metode RGEC pada
indikator NPF, FDR, GCG, ROA, ROE, BOPO, CAR. Bagi
mahasiswa, skripsi ini dapat dijadikan bahan rujukan dalam penelitian
9
1
M. Syafi’i Antonio, Dasar - Dasar Manajemen Bank Syariah, 4th ed. (Jakarta: Pustaka
Alfabeta, 2006), 2.
2
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009) 58.
3
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, 3rd ed. (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti,
2007), 1.
4
Arief Sugiono, et. al., Akuntansi & Pelaporan Keuangan Untuk Skala Kecil Dan
Menengah (t.tp.: Grasindo, t.th.), 6.
10
11
1. Pihak Internal
1) Pihak Manajemen, informasi keuangan dibutuhkan untuk tujuan
pengendalian (controlling),pengkoordinasian (coordinating) dan
perencanaan (planning) suatu perusahaan.
2) Pemilik Perusahaan, pemilik dapat menganalisis dengan
menggunakan laporan keuangan suatu perusahaan yang
kemudian pemilik dapat menilai berhasil atau tidaknya
manajemen dalam memimpin perusahaan.
2. Pihak Eksternal
1) Investor, analisis laporan keuangan diperlukan dalam rangka
penentuan kebijakan penanaman modalnya. Bagi investor yang
terpenting dari laporan keuangan yaaitu tingkat imbalan hasil
(return) dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu
perusahaan tersebut.
2) Kreditur, laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kinerja
keuangan jangka pendek (likuiditas), dan profitabilitas dari
perusahaan dimana pihak kreditur berkepentingan terhadap
pengembalian atau pembayaran kredit yang telah diberikan
kepada perusahaan.
3) Pemerintah, informasi laporan keuangan berguna untuk tujuan
pajak dan lembaga yang lain seperti statistik.
4) Karyawan, laporan keuangan digunakan sebagai informasi dari
perusahaan tempat mereka bekerja karena sumber penghasilan
mereka bergantung pada perusahaan yang bersangkutan.5
Laporan keuangan pada perusahaan terdiri dari 4 (empat) laporan
dasar, sebagai berikut6 :
1) Neraca merupakan laporan yang memberikan informasi tentang
posisi kekayaan perusahaan berupa keseimbangan antara aktiva dan
kewajiban serta modal yang menjadi sumber kekayaan perusahaan
tersebut.
2) Laporan Laba Rugi merupakan laporan hasil usaha yang
menandingkan (matching concept) antara pendapatan dan beban.
Penandingan ini akan menghasilkan kelebihan dari salah satu sisi.
Jika laporan laporan laba rugi tedapat kelebihan pendapatan
dibandingkan beban, maka kelebihan tersebut dinamakan dengan
laba bersih. Sebaliknya apabila penandingan tersebut lebih besar
5
Arief Sugiono, Akuntansi & Pelaporan Keuangan untuk Skala Kecil dan Menengah, 7.
6
Winwin Yadiati dan Ilham Wahyudi, Pengantar Akuntansi (Jakarta: Kencana, 2010),
55–56.
12
7
Soemitra, Bank, 88.
8
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta: P3EI Press, 2010), 119.
9
Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah, 120.
13
10
Sri Wahyuni, Perbankan Syariah Pendekatan Penilaian Kinerja (Pasuruan: Qiara
Media, 2019), 134.
11
Wahyuni, Perbankan Syariah Pendekatan Penilaian Kinerja, 134.
12
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2016), 10.
14
13
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko, 13–14.
14
Maya Nurwijayanti, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode
RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) Pada BNI Syariah 2014 -
2017” (Skripsi, Ponorogo, IAIN Ponorogo, 2018), 68.
15
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko, 23.
16
Ibid., 37.
17
Iswi Hariyani, Restrukturisasi Dan Penghapusan Kredit Macet (Jakarta: PT Eex Media
Komputindo, 2010), 52.
15
24
Wahyuni, Perbankan Syariah : Pendekatan Penilaian Kinerja, 142.
25
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko, 143.
26
Ibid., 143.
27
Wahyuni, Perbankan Syariah : Pendekatan Penilaian Kinerja, 143.
17
28
Ibid., 144.
29
Nurwijayanti, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode RGEC
(Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) Pada BNI Syariah 2014 - 2017”,
Skripsi (Ponorogo: Institus Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018).
18
30
Emilia, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, and Capital) Pada PT. BNI Syariah”, Skripsi (Palembang, UIN
Raden Fatah Palembang, 2017).
31
Astiti Chandra Aprilianti, “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode CAMEL Dan RGEC Pada Bank Maybank Syariah Indonesia Periode 2011 – 2016” ,
Skripsi (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2017).
19
32
Abdul Wahib, “Analisis Penilaian Kesehatan Bank Menggunakan Metode RGEC Pada
Bank Muamalat Indonesia Periode 2014 – 2018”, Skripsi (Semarang, UIN Walisongo Semarang,
2019).
33
Annisa Nasharuddin, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Menggunakan
Pendekatan RGEC Periode 2011 – 2015”, Skripsi (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
Tahun
Pos - pos (Dalam Miliar
Rupiah ) 2016 2017 2018
Neraca
Total Aset 4.995,6 5.961,2 7.064,0
Total Pembiayaan 3.462,8 4.191,1 4.899,7
Total Liabilitas 3.896,5 4.825,1 5.802,7
Ekuitas 1.099,1 1.136,1 1.261,3
DPK 3.842,3 4.736,4 5.506,1
Laba Rugi
Pendapatan Operasional 426,0 473,9 522,6
Beban Operasional 126,4 146,6 165,8
1
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
37.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 7.
20
21
2. Data mengenai rasio – rasio yang digunakan Bank Central Asia (BCA)
pada periode 2016 – 2018 untuk menganalisa penilaian tingkat kesehatan
bank. Adapun rasio yang digunakan sebagai berikut :
Tabel 3.2
Rasio Keuangan Bank BCA Syariah Periode 2016 – 2018
3
Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: BPFE-UII, 1991), 55.
22
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 240.
5
Abdurahman Dudung, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2003), 12.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 213.
23
b. Kebergantungan (Depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati – hatian akan
terjadinya kemungkinan kesalahan dalam pengumpulan dan
menginterprestasikan data sehingga data dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan
oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan
pengalaman, waktu, dan pengetahuan.
c. Kepastian (Convertability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang
dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi secara
interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada.7
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya dalam proses mencari dan menyusun
data secara sistematis, dimana data tersebut diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi. Data tersebut kemudian dikelompokkan
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit – unit, selanjutnya melakukan
sintesa dari penjabaran tersebut, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, kemudian membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.8
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data
dengan metode RGEC. Dimana metode tersebut didasarkan pada POJK No.
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah yang mewajibkan Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment).
Cakupan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan Risiko (Risk- based Bank Rating/RBBR) baik secara individual
maupun secara konsolidasi meliputi beberapa faktor sebagai berikut : Profil
Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas
(Earnings), dan Permodalan (Capital) untuk menghasilkan Peringkat
Komposit Tingkat Kesehatan Bank.9 Adapun metode RGEC dalam penilaian
kesahatan bank sebagai berikut :
1. Risk Profile (Profil Risiko)
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang muncul dari kegagalan
nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank
atas dasar perjanjian yang telah disepakati. Risiko kredit dapat
7
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2005), 328.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 244.
9
POJK No. 8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum syariah
dan Unit Usaha Syariah.
24
10
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2016), 23.
11
Astiti Chandra Aprilianti, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode CAMEL Dan RGEC Pada Bank Maybank Syariah Indonesia Periode 2011 – 2016,
Skripsi, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2017), 29.
25
Tabel 3.4
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Risiko Likuiditas
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Strong (sangat memadai) 50% < FDR ≤ 75%
12
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko, 83–84.
13
Ibid., 134.
14
Ibid., 135.
26
Tabel 3.5
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat
Komposit GCG
Peringkat Keterangan Kriteria
15
Ibid., 146.
16
Ibid., 151.
27
Tabel 3.6
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Rentabilitas (ROA)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Memadai Perolehan laba sangat tinggi (rasio
ROA diatas 1,5 %)
2 Memadai Perolehan laba tinggi (rasio ROA
berkisar antara 1,25 % sampai
dengan 1,5 %)
3 Cukup Memadai Perolehan laba cukup tinggi (rasio
ROA berkisar antara 0,5 % sampai
dengan 1,25 %)
4 Kurang Memadai Perolehan laba rendah (ROA
mengarah negatif, rasio berkisar 0
% sampai dengan 0,5%)
5 Tidak Memadai Bank mengalami kerugian yang
besar (ROA negatif, rasio dibawah
0 %)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
17
Ibid., 146.
28
Tabel 3.7
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Rentabilitas (ROE)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Memadai Perolehan laba sangat tinggi
(rasio diatas 20%)
2 Memadai Perolehan laba tinggi (rasio
ROE berkisar antara 12,51
% sampai dengan 20%)
3 Cukup Memadai Perolehan laba cukup tinggi
(rasio ROE berkisar antara
5,01 % sampai dengan
12,5%)
4 Kurang Memadai Perolehan laba rendah (ROE
mengarah negatif, rasio
berkisar 0 % sampai dengan
5 %)
5 Tidak Memadai Bank mengalami kerugian
yang besar (ROE negatif,
rasio dibawah 0 %)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
18
Maya Nurwijayanti, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode
RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) Pada BNI Syariah 2014 -
2017”, Skripsi, (Ponorogo, IAIN Ponorogo, 2018), 65.
29
Tabel 3.8
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Rentabilitas (BOPO)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Memadai Tingkat efisiensi sangat baik
(rasio BOPO berkisar antara
83 % sampai dengan 88 %)
2 Memadai Tingkat efisiensi baik (rasio
BOPO berkisar antara 89 %
sampai dengan 93 %)
3 Cukup Memadai Tingkat efisiensi cukup baik
(rasio BOPO berkisar antara
94 % sampai dengan 96 %)
4 Kurang Memadai Tingkat efisiensi buruk (rasio
BOPO berkisar antara 97 %
sampai dengan 100 %)
5 Tidak Memadai Tingkat efisiensi sangat
buruk (rasio diatas 100 %)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
4. Capital (Permodalan)
Capital (permodalan) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur terkait dengan faktor permodalan yang meliputi penilaian
tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. Rasio yang
digunakan untuk mengukur permodalan yaitu CAR (Capital Adequency
Ratio).19 Rumus CAR sebagai berikut :
19
Ibid., 15.
20
Nurwijayanti, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode RGEC
(Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) Pada BNI Syariah 2014 - 2017,”
66.
30
Tabel 3.9
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Permodalan
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Memadai Rasio KPMM lebih tinggi sangat
signifikan dengan rasio KPMM
yang ditetapkan dalam ketentuan
(KPMM ≥ 12 %)
2 Memadai Rasio KPMM lebih tinggi cukup
signifikan dengan rasio KPMM
yang ditetapkan dalam ketentuan (9
% ≤ KPMM ≤ 12 %)
3 Cukup Memadai Rasio KPMM lebih tinggi secara
marjinal dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan (8 % ≤
KPMM < 9 %)
4 Kurang Memadai Rasio KPMM dibawah ketentuan
yang berlaku (6 % < KPMM < 8 %)
5 Tidak Memadai Rasio KPMM dibawah ketentuan
yang berlaku dan bank cenderung
menjadi tidak solvable (KPMM ≤ 6
%)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
21
Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
31
22
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
BAB IV
A. Data
1. Gambaran Umum Penelitian
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun berakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai
ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan
nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72
tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo,
S.H., Msi, PT. Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank
Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank
BCA Syariah.1
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar
Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan
Notaris Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang
perubahan kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB
menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya
No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang
sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance,
sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank
Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.2
Perubahan kegiatan usaha Bank daari bank konvensional menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP. GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret
2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA
Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah.3
BCA syariah mencanangkan untuk menjadi pelopor dalam
industri perbankan syariah Indonesia sebagai bank yang unggul di bidang
penyelesaian pembayaran, penghimpun dana dan pembiayaan bagi
nasabah bisnis dan perseorangan. Masyarakat yang menginginkan produk
dan jasa perbankan yang berkualitas serta ditunjang oleh kemudahan
1
https://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/, diakses pada tanggal 7 Mei
2020.
2
https://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/, diakses pada tanggal 7 Mei
2020.
3
https://www.bcasyariah.co.id.
32
33
akses dan kecepatan transaksi merupakan target dari BCA Syariah.4 BCA
Syariah hingga saat ini memiliki 68 jaringan cabang yang terdiri dari 13
Kantor Cabang (KC), 15 Kantor Cabang Pembantu (KCP), dan 40 Unit
Layanan Syariah (ULS).
Tahun
Pos - pos (Dalam
Miliar Rupiah ) 2016 2017 2018
Neraca
Total Aset 4.995,6 5.961,2 7.064,0
Total Pembiayaan 3.462,8 4.191,1 4.899,7
Total Liabilitas 3.896,5 4.825,1 5.802,7
Ekuitas 1.099,1 1.136,1 1.261,3
DPK 3.842,3 4.736,4 5.506,1
Laba Rugi
Pendapatan
426,0 473,9 522,6
Operasional
Laba Sebelum
49,2 62,2 72,4
Pajak
Laba Bersih 36,8 47,9 58,4
KAP (Kualitas Aset Produktif)
Pembiayaan
Bermasalah 17,5 13,4 17
KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Total Modal 1.127.355 1.179.154 1.285.880
Total ATMR 3.064.954 4.012.353 5.298.700
Sumber : Laporan Keuangan BCA Syariah
4
https://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/profil-perusahaan/, diakses pada tanggal 6
Mei 2020.
34
membutuhkan beberapa data dari laporan keuangan dari setiap bank yang akan
dianalisis diantaranya ikhtisar neraca, laporan laba rugi, laporan mengenai KAP
(Kualitas Aset Produktif) serta laporan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum).
Pertama, pada bagian ikhtisar neraca yang menunjukkan posisi keuangan
suatu entitas pada akhir periode. Data yang diperlukan untuk dianalisis mengenai
penilaian kesehatan bank diantaranya total aset, total pembiayaan, total liabilitas,
ekuitas dan DPK. Total aset pada tahun 2016 BCA Syariah memperoleh
penambahan aset sebesar Rp. 4.995,6 kemudian pada tahun 2017 mengalami
penambahan total aset sebesar Rp. 5.961,2 dan tahun 2018 mengalami
penambahan yang signifikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 7.064,0.
Selanjutnya total pembiayaan, pada tahun 2016 pembiayaan yang dikeluarkan
bank BCA Syariah totalnya sebesar Rp. 3.462,8 kemudian pada tahun 2017
mengalami kenaikan sebesar Rp. 4.191,1 dan pada tahun 2018 total pembiayaan
yang dikeluarkan bank mengalami kenaikan kembali sebesar Rp. 4.899,7.
Selanjutnya total liabilitas yang berhubungan dengan hutang yang harus
dilunasi pada masa yang akan datang kepada pihak lain. Total liabilitas pada bank
BCA Syariah pada tahun 2016 sebesar Rp. 3.896,5 kemudian pada tahun 2017
total liabilitas mengalami penambahan sebesar Rp. 4.825,1 dan pada tahun 2018
mengalami kenaikan kembali sebesar Rp. 5.802,7. Selanjutnya pada akun ekuitas
yang berhubungan dengan modal yang dimiliki suatu bank. Pada tahun 2016 bank
BCA Syariah total ekuitasnya sebesar 1.099,1 kemudian mengalami kenaikan
pada tahun 2017 sebesar 1.136,1 dan pada tahun 2018 mengalami kenaikan
kembali dari tahun sebelumnya sebesar 1.261,3. Selanjutnya pada akun DPK yang
berhubungan dengan sumber dana yang dimiliki oleh bank dari dana simpanan
masyarakat dimana nantinya dana tersebut akan disalurkan kembali kepada
masyarakat. Pada tahun 2016 total DPK yang dimiliki bank BCA Syariah sebesar
Rp. 3.842,3 kemudian pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar Rp. 4.736,4
dan pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya
sebesar Rp. 5.506,1.
Kedua, pada ikhtisar laporan laba rugi yang digunakan untuk mengenai
perolehan laba atau rugi yang diperoleh suatu bank dalam periode tertentu. Dalam
menganalisis penilaian kesehatan bank akun yang perlu dianalisis pada ikhtisar
laba rugi diantaranya pendapatan operasional, beban operasional, laba sebelum
pajak, dan laba bersih. Pendapatan operasional yang diperoleh bank BCA Syariah
pada tahun 2016 sebesar Rp. 426,0 kemudian pada tahun 2017 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 473,9 dan pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang
signifikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 522,6. Selanjutnya pada akun beban
operasional yang dikeluarkan BCA Syariah pada tahun 2016 sebesar Rp. 126,4
kemudian pada tahun 2017 beban yang dikeluarkan bank mengalami kenaikan
35
sebesar Rp. 146,6 dan pada tahun 2018 beban operasional yang dikeluarkan
mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 165,8.
Selanjutnya pada akun laba sebelum pajak yang berhubungan dengan
jumlah laba yang dimiliki bank sebelum dikurangi biaya paajak yang wajib
dibayarkan. Pada tahun 2016, laba sebelum pajak yang dihasilkan bank BCA
Syariah sebesar Rp. 49,2 kemudian pada tahun 2017 memperoleh Rp. 62,2 dan
pada tahun 2018 mengalami kenaikan perolehan laba dari tahun sebelumnya
sebesar Rp. 72,4. Selanjutnya pada akun laba bersih dimana jumlah laba yang
dihasilkan bank setelah dikurangi pajak. Pada tahun 2016 laba bersih yang
dihasilkan bank BCA Syariah sebesar Rp. 36,8 kemudian pada tahun 2017 laba
bersih yang dihasilkan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp.
47,9 dan pada tahun 2018 mengalami kenaikan kembali dari tahun sebelumnya
sebesar Rp. 58,4.
Ketiga, Kualitas Aset Produktif (KAP) yang berhubungan dengan tolak
ukur penilaian mengenai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang
ditanamkan dalam aktiva produktif, dalam bank Kualitas Aset Produktif dinilai
berdasarkan kolektibilitasnya. Kolektibilitas bank dapat dilihat melalui akun
pembiayaan bermasalah pada bank tersebut. bank BCA Syariah paa tahun 2016
pembiayaan bermasalah terjadi sebesar Rp. 17,5 kemudian pada tahun 2017
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 13,4. Akan tetapi, pada
tahun 2018 mengalami kenaikan yang signifikan kembali dari tahun sebelumnya
sebesar Rp. 17.
Keempat, Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dimana bank
wajib menyediakan modal minimum sesuai dengan profil risiko. Dalam
menganalisis KPMM akun yang perlu dianalisis yaitu mengenai total modal dan
total ATMR. Total modal merupakan jumlah keseluruhan modal yang dimiliki
pemilik perusahaan. Bank BCA Syariah pada tahun 2016 total modal yang
dimiliki sebesar Rp. 1.127.355 kemudian pada tahun 2017 mengalami kenaikan
modal dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 1.179.154 dan pada tahun 2018 BCA
Syariah modal yang dimiliki bertambah secara signifikan dari tahun sebelumnya
sebesar Rp. 1.285.880. Selanjutnya pada akun total ATMR, pada bank BCA
Syariah tahun 2016 sebesar Rp. 3.064.954 kemudian pada tahun 2017 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 4.012.353 hal ini karena adanya peningkatan terhadap
pemberian pembiayaan yang juga meningkat pada tahun tersebut. paada tahun
2018 mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp.
5.298.700. Semakin banyak total pembiayaan yang dikeluarkan maka akan
mempengaruhi total ATMR yang diperoleh. Akun – akun pada ikhtisar laporan
keuangan pada bank BCA Syariah periode 2016 – 2018 tersebut semua
dinyatakan dalam miliar rupiah.
36
Tabel 4.2
Rasio Keuangan BCA Syariah Periode 2016- 2018
Tahun Rasio – rasio yang digunakan
B. Analisis Data
1. . Analisis Tingkat Kesehatan Rasio Risk Profile pada Indikator NPF dan
FDR
a. Risiko Kredit (NPF)
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban pada bank. Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
Tabel 4.3
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Risiko Kredit
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Strong (sangat memadai) 0% < NPF < 2%
2 Statisfactory (memadai) 2% ≤ NPF < 5%
3 Fair (cukup memadai) 5% ≤ NPF < 8%
4 Marginal (kurang 8% < NPF ≤ 12%
memadai)
5 Unsatisfactory (tidak NPF ≥ 12%
memadai)
Sumber : Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
Tabel 4.4
Data Perhitungan Analisis Risiko Kredit
Tahun Pembiayaan Total Rasio Kriteria
Bermasalah Pembiaya (%)
an
2016 17,5 3.462,8 0,21 Sangat Memadai
2017 13,4 4.191,1 0,04 Sangat Memadai
2018 17 4.899,7 0,28 Sangat Memadai
Sumber : Data Diolah Peneliti
Tabel 4.5
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Risiko Likuiditas
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Strong (sangat 50% < FDR ≤ 75%
memadai)
2 Statisfactory 75% < FDR ≤ 85%
(memadai)
3 Fair (cukup 85% < FDR ≤ 100%
memadai)
4 Marginal (kurang 100% < FDR ≤
memadai) 120%
5 Unsatisfactory FDR > 120%
(tidak memadai)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
39
Tabel 4.6
Daftar Perhitungan Analisis Risiko Likuiditas
Tahun Total DPK Rasio Kriteria
Pembiayaan (%)
2016 3.462,8 3.842,3 90,1 % Cukup Memadai
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Self Assessment Bank
Tahun Peringkat Keterangan
2016 1 Sangat Baik
2017 1 Sangat Baik
2018 1 Sangat Baik
Sumber : www.bcasyariah.co.id.
Good Corporate Governance pada bank BCA syariah tahun 2016,
2017 dan 2018 berturut – turut menempati peringkat 1 dengan predikat
kriteria “sangat baik”, berdasarkan hasil self assessment bank BCA
5
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko, 135.
41
Syariah yang diperoleh dari tata kelola perusahaan. Hal ini membuktikan
bahwa bank BCA Syariah dalam menerapkan tata kelola perusahaan
dilakukan sesuai dengan prinsip – prinsip syariah sesuai ketetapan dari
Peraturan Bank Indonesia.
Selain itu, bank BCA Syariah dalam tiga periode bersebut telah
menjalankan manajemen perusahaan dengan baik. Apabila terdapat
kelemahan dalam penerapan prinsip GCG maka kelemahan tersebut dapat
segera dilakukan oleh manajemen bank dan tidak berdampak secara
signifikan bagi bank.
3. Analisis Tingkat Kesehatan Rasio Earnings pada Indikator ROA, ROE
dan BOPO
a. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah rasio untuk menilai
kemampuan bank atau perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio
ini dihitung dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total
aset. Rumusnya sebagai berikut :
Tabel 4.9
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Rentabilitas (ROA)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Perolehan laba sangat tinggi (rasio ROA
Memadai diatas 1,5 %)
2 Memadai Perolehan laba tinggi (rasio ROA berkisar
antara 1,25 % sampai dengan 1,5 %)
3 Cukup Perolehan laba cukup tinggi (rasio ROA
Memadai berkisar antara 0,5 % sampai dengan 1,25
%)
4 Kurang Perolehan laba rendah (ROA mengarah
Memadai negatif, rasio berkisar 0 % sampai dengan
0,5%)
5 Tidak Memadai Bank mengalami kerugian yang besar
(ROA negatif, rasio dibawah 0 %)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
Tabel 4.10
Daftar Perhitungan Analisis Return On Assets (ROA)
Tahun Laba Total Rasio Kriteria
Sebelum Aset
Pajak
42
Tabel 4.11
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Rentabilitas (ROE)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Perolehan laba sangat tinggi (rasio
Memadai diatas 20%)
2 Memadai Perolehan laba tinggi (rasio ROE
berkisar antara 12,51 % sampai
dengan 20%)
3 Cukup Perolehan laba cukup tinggi (rasio
Memadai ROE berkisar antara 5,01 % sampai
dengan 12,5%)
4 Kurang Perolehan laba rendah (ROE
Memadai mengarah negatif, rasio berkisar 0 %
sampai dengan 5 %)
5 Tidak Bank mengalami kerugian yang
Memadai besar (ROE negatif, rasio dibawah 0
%)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
Tabel 4.12
Daftar Perhitungan Analisis Return On Equity (ROE)
Tahun Laba Ekuitas Rasio Kriteria
Bersih
2016 36,8 1.099,1 3,5 % Kurang Memadai
2017 47,9 1.136,1 4,3 % Kurang Memadai
2018 58,4 1.261,3 5,0 % Kurang Memadai
Sumber : Data Diolah Peneliti.
Tabel 4.13
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Rentabilitas (BOPO)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Memadai Tingkat efisiensi sangat baik
(rasio BOPO berkisar antara
83 % sampai dengan 88 %)
2 Memadai Tingkat efisiensi baik (rasio
BOPO berkisar antara 89 %
sampai dengan 93 %)
3 Cukup Memadai Tingkat efisiensi cukup baik
(rasio BOPO berkisar antara
94 % sampai dengan 96 %)
4 Kurang Memadai Tingkat efisiensi buruk
(rasio BOPO berkisar antara
97 % sampai dengan 100 %)
5 Tidak Memadai Tingkat efisiensi sangat
buruk (rasio diatas 100 %)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011
45
Tabel 4.14
Daftar Perhitungan Analisis Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Tahun Beban Pendapatan Rasio Kriteria
Operasional Operasional
2016 126,4 426,0 92,2 % Memadai
2017 146,6 473,9 87,2 % Sangat
Memadai
2018 165,8 522,6 87,4 % Sangat
Memadai
Sumber : Data Diolah Peneliti.
Pada tahun 2016 BCA Syariah menghasilkan rasio BOPO
sebesar 92,2%, kemudian pada tahun 2017 mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya menjadi 87,2%, dan terakhir pada tahun 2018 rasio
BOPO mengalami kenaikan kembali dari tahun sebelumnya menjadi
87,4%. Pada bank BCA Syaariah periode 2016 – 2018 rasio BOPO
secara keseluruhan perhitungannya menunjukkan rasio tersebut
mendapatkan kriteria “Sangat Memadai”.
Kriteria tersebut menunjukkan bahwa tingkat efisiensi dalam
mengendalikan biaya operasional pada bank BCA Syariah dalam
posisi sangat baik, meskipun rasio BOPO pada tiap tahunnya
mengalami naik – turun. Apabila rasio BOPO semakin besar hal
tersebut menujukkan semakin tidak efisiensi bank dalam
mengendalikan biaya operasioanal yang dikelurkan oleh bank tersebut
sehingga nantinya laba yang diperoleh bank BCA Syariah akan
semakin menurun.
Dengan demikian, apabila bank mampu mengendalikan biaya
operasional yang perlu untuk dikeluarkan maka nantinya pendapatan
yang diterima bank BCA syariah mampu menutupi semua beban yang
dimiliki oleh bank BCA Syariah.
Tabel 4.15
Matriks Kriteria Penetapan Penilaian Peringkat
Komponen Permodalan
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan
Memadai dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam
ketentuan (KPMM ≥ 12 %)
2 Memadai Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan
dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam
ketentuan (9 % ≤ KPMM ≤ 12 %)
3 Cukup Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal
Memadai dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam
ketentuan (8 % ≤ KPMM < 9 %)
4 Kurang Rasio KPMM dibawah ketentuan yang
Memadai berlaku (6 % < KPMM < 8 %)
5 Tidak Rasio KPMM dibawah ketentuan yang
Memadai berlaku dan bank cenderung menjadi tidak
solvable (KPMM ≤ 6 %)
Sumber : SE BI 13/24/DPNP/2011.
Tabel 4.16
Daftar Perhitungan Analisis Capital (Permodalan)
Tahun Modal ATMR Rasio Kriteria
2016 1.127.355 3.064.954 36,7% Sangat
Memadai
2017 1.179.154 4.012.353 29,4% Sangat
Memadai
2018 1.285.880 5.298.700 24,3% Sangat
Memadai
Sumber : Data Diolah Peneliti.
Risk Profile BCA Syariah pada tahun 2016 berada pada peringkat 2
karena BCAS setiap menjalankan aktivitas bisnis dan operasionalnya
dengan mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang terjadi pada
kinerja keuangan dan beberapa rasio yang terkait serta kemungkinan
kerugian yang dihadapi bank, maka risiko inheren BCAS secara komposit
48
4.18
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BCA Syariah
Ditinjau Dari GCG (Good Corprate Governance)
Tahun Peringkat Keterangan
2016 1 Sangat Baik
2017 1 Sangat Baik
2018 1 Sangat Baik
Sumber : Hasil Perhitungan Self Assessment Bank
Good Corporate Governance, bank BCA Syariah pada periode
2016 – 2018 berdasarkan hasil self assessment bank yang diperoleh dari
hasil laporan tata kelola perusahaan secara berturut – turut berada pada
49
Table 4.19
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BCA Syariah
Ditinjau Dari Earnings (Rentabilitas)
Rata –
Faktor Rasio
Tahun Peringkat Kriteria Rata Keterangan
Earnings (%)
Peringkat
ROA 1,1% 2 Memadai 8/3 = 2,6 Cukup
2016 Memadai
ROE 3,5% 4 Kurang
Memadai
BOPO 92,2% 2 Memadai
Pada tahun 2016 rasio Earnings bank BCA Syariah berada pada
peringkat 3 dengan kriteria “Cukup Memadai”. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat efisiensi bank dalam mencapai target laba cukup baik serta
rasio rentabilitas mampu dalam menunjang tingkat pertumbuhan
permodalan bank. Hal tersebut dinyatakan dinyatakan dengan rasio ROA
sebesar 1,1%, kemudian rasio ROE sebesar 3,5% dan terakhir rasio
BOPO sebesar 92,2%.
50
Pada tahun 2017 rasio Earnings dari bank BCA Syariah berada
pada peringkat 2 dengan kriteria ”Memadai”. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat efisiensi bank dalam mencapai target laba baik serta rasio
rentabilitas mampu dalam menunjang tingkat pertumbuhan permodalan
bank. Hal tersebut dinyatakan dengan rasio ROA sebesar 1,2%, kemudian
rasio ROE sebesar 4,3% dan rasio BOPO sebesar 87,2%.
Pada tahun 2018 rasio Earnings dari bank BCA Syariah berada
pada peringkat 2 dengan kriteria “Memadai”. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat efisiensi bank dalam mencapai target laba baik serta rasio
rentabilitas mampu dalam menunjang tingkat pertumbuhan permodalan
bank. Hal tersebut dinyatakan dengan rasio ROA sebesar 1,2%, kemudian
rasio ROE sebesar 5,0% dan rasio BOPO sebesar 87,4%.
Kesimpulannya rasio Earnings pada periode 2016 – 2018 pada
bank BCA Syariah berdasarkan peringkat komposit penilaian kesehatan
bank berada pada peringkat 2 dengan kategori “memadai” yang artinya
bank dalam mencapai target laba dengan baik dan dapat mendukung
pertumbuhan dalam permodalan bank. Selain itu, Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada rasio rentabilitas
mempunyai pengaruh besar dalam menentukan peringkat komposit
dibandingkan dengan variabel yang lain. Semakin besar persentase BOPO
maka menunjukkan kurangnya kemampuan bank dalam mengendalikan
biaya operasioanal yang dapat menimbulkan kerugian pada bank apabila
terjadi secara terus menerus dan berkelanjutan. Sebaliknya, semakin kecil
persentase BOPO maka menunjukkan kemampuan bank dalam menekan
biaya operasional yang harus dikeluarkan dan semakin besar peluang
bank dalam memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam kegiatan
operasional.
Tabel 4.20
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BCA Syariah Ditinjau Dari Capital
(Permodalan)
Tahun Faktor Rasio Kriteria Keterangan
Capital (%)
2016 CAR 36,7% Sangat Memadai Sangat
2017 CAR 29,4% Sangat Memadai Memadai
2018 CAR 24,3% Sangat Memadai
Sumber : Data Diolah Peneliti.
Rasio Capital bank BCA Syariah periode 2016 – 2018 secara
berturut – turut berada pada peringkat 1 dengan kriteria “Sangat
Memadai”. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank BCA Syariah
mempunyai kecukupan permodalan yang sangat memadai sehingga bank
51
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data mengenai tingkat kesehatan bank dengan
menggunakan metode RGEC pada indikator NPF, FDR, GCG, ROA, ROE,
BOPO dan CAR pada BCA Syariah untuk periode 2016- 2018 dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kesehatan rasio Risk Profile pada indikator NPF dan FDR pada
bank BCA Syariah periode 2016 – 2018 berada pada kategori
“Memadai”. Hal ini menunjukkan bahwa bank BCA Syariah dapat
menekan tingkat risiko dalam menjalankan kegiatan operasionalnya
sehingga risiko yang kemungkinan timbul dapat dikelola dengan baik
2. Tingkat kesehatan rasio Good Corporate Governance (GCG) yang
diambil dari hasil Self Assessment pada bank BCA Syariah periode 2016
– 2018 secara berturut- turut berada pada kategori “Sangat Memadai”.
Hal ini menunjukkan bahwa bank mampu menjalankan dan menerapkan
manajemen bank serta peraturan prinsip- prinsip GCG yang telah
ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia dengan sangat baik.
3. Tingkat kesehatan pada rasio Earnings pada indikator ROA 3 tahun
berturut – turut berada pada kategori “Memadai”, kemudian pada
indikator ROE 3 tahun berturut- turut berada pada kategori “Kurang
Memadai” hal ini disebabkan karena adanya persaingan pasar industri
keuangan khususnya pada bank syariah dan jumlah pembiayaan yang
dikeluarkan pada 3 tahun berturut- turut jumlahnya lebih besar disbanding
dengan jumlah ekuitas yang dimiliki bank BCA Syariah. Selanjutnya
pada indikator BOPO tahun 2016 berada pada kategori “Memadai”
kemudian pada tahun 2017 dan 2018 berada pada kategori “Sangat
Memadai”. Hal ini kategori BOPO menunjukkan bahwa bank mampu
mengendalikan beban operasional yang perlu dikeluarkan sehingga
keuntungan yang diperoleh bank masih dalam kategori wajar.
4. Tingkat kesehatan rasio Capital pada bank BCA Syariah pada indikator
CAR dalam 3 tahun berturut- turut berada pada kategori “Sangat
Memadai”. Hal ini menunjukkan bahwa bank mempunyai kecukupan
modal yang sangat baik sehingga mampu mengantisispasi segala risiko
yang dihadapi salah satunya risiko kegagalan kredit.
52
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dengan adanya keterbatasan
penulis dalam menjalankan penelitian ini, maka penulis memberikan saran
kepada berbagai pihak sebagai berikut :
1. Bank BCA Syariah merupakan salah satu Bank Umum Syariah, dimana
bank BCA Syariah hendaknya selalu menjaga tingkat kesehatan bank
pada setiap tahunnya supaya kepercayaan masyarakat terhadap bank
selalu meningkat serta menjaga loyaitas nasabah dan stakeholder pada
bank BCA Syariah.
2. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan bank untuk tahun- tahun
berikutnya dimana bank tidak hanya terfokus pada penilaian laporan
keuangan, akan tetapi bank juga mampu mengembangkan produk –
produk yang dimiliki bank BCA Syariah serta selalu memperbaiki
pelayanan yang akan diberikan kepada nasabah bank.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya serta disarankan untuk
menggunakan metode penelitian lain yang berkaitan dengan analisis
kesehatan bank.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Antonio, M. Syafi’i. Dasar - Dasar Manajemen Bank Syariah. 4th ed. Jakarta:
Pustaka Alfabeta, 2006.
Muchtar dkk, Bustari. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Kencana,
2016.
Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam. 3rd ed. Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti, 2007.
Slamet, Hadisoewito. Prinsip Dasar Kehati- Hatian Dan Penilaian Bank. Jakarta:
Pamator, 2011.
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Sugiono, dkk, Arief. Akuntansi & Pelaporan Keuangan Untuk Skala Kecil Dan
Menengah. Grasindo, n.d.
Triandaru Sigit, Budisantoso Totok. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat, 2006.
Skripsi
Emilia. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC (Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earnings, and Capital) Pada PT. BNI
Syariah.” Skripsi, UIN Raden Fatah Palembang, 2017.
Web