Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi
terbaik didunia. Negara ini didukung oleh banyaknya sumber daya alam yang
melimpah dan sumber daya manusia yang sangat banyak. Negara ini juga
merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dengan
jumlah lebih dari 200 juta orang. Ini merupakan potensi untuk pangsa pasar
perbankan syariah.1
Pada tahun 1998 muncul Undang-Undang No. 10 tahun 1998 atas
perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan. 2 Menurut
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.3 Sebagai suatu lembaga keuangan,
bank mempunyai kegiatan baik funding maupun financing atau menghimpun
dan menyalurkan dana. Kemudian, pada tahun 2008 undang-undang tentang
perbankan syariah kembali di revisi, yaitu dengan disahkannya Undang-
Undang No. 2 Tahun 2008 sebagai penyempurna undang-undang sebelumnya.
Jadi, sebagai lembaga perantara (intermeediaty), bank berperan menjadi
perantara pihak yang kelebihan dana-dana tersebut dapat disaluran kepada
pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah
pihak.4 Jenis-jenis bank memiliki beberapa jenis, yaitu berdasarkan fungsinya,
1
Azhari Maulia` Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017. Skripsi, Medan: USU, hal 1.
2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cet ke-2 (Yogyakarta: Ekonisia,
2004), hlm.. 33
3
Kasmir, Pemasaran Bank, (jakarta: Kencana, 2004), Hlm. 9.
4
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cet ke-2 (Yogyakarta: Ekonisia,
2004), hlm.. 33.
kepemilikannya dan berdasarkan operasionalnya dibedakan menjadi dua,
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional merupakan
bank yang keuntungan utamanya diperoleh dari selisih bunga simpanan yang
diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang
disalurkan, Sedangkan bank syariah marupakan bank yang menjalakan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.5 Bank syariah menurut
jenisnya dibagi menjadi dua yaitu, Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Kemudian dalam perbankan syariah
juga terdapat Unit Usaha Syariah (UUS) yang merupakan unit kerja dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.6 Dalam penelitian ini dipilih Bank Umum
Syariah yang karena dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran sedangkan BPRS dan UUS tidak. Selain itu pada Bank Umum
Syariah juga menyediakan laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan data
yang dibutuhkan dalam penelitian, sedangkan BPRS hanya sebatas
memberikan laporan kaungan berupa neraca tahunan dan perhitungan laba
rugi serta penjelasannya.
Sistem perbankan syariah berbeda dengan sistem perbankan
konvensional, karena sistem keuangan dalam perbankan syariah merupakan
subsistem dari suatu sistem ekonomi Islam yang cakupannya lebih luas. Oleh
karena itu, perbankan syariah tidak hanya dituntut untuk enghasilkan profit
secara komersial, namun dituntut pula untuk menghasilkan profit secara
komersial, namun dituntut pula untuk bersungguh-sungguh dalam
menampilkan realisasi nilai-nilai syariah. Setiap perusahaan (termasuk bank)
dalam menjalakan usahanya mempunyai tujuan yang sama yaitu mendapatkan
laba serta harus mampu mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik,

5
https://rumus.co.id/jenis-jenis-bank Diakses tanggal 07 Juni 2020 pukul 11.29.
6
https://www.bi.go.id.banksyariah. Diakses tanggal 07 Juni pukul 11.33.
salah satunya yaitu mengelola dan keuangan yang tersedia sehingga dapat
dimanfaatkan secara efisien.7
Perkembangan dan partumbuhan perbankan syariah di Indonesia
merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membuktikan
suatu sistem perbankan yang alternatif. Selain menyediakan jasa
perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Saat
ini masyarakat semakin paham dan jeli menempatkan dana dan dalam
menempatkan pembiayaan usahanya, masyarakat mulai memilih bank syariah
yang tidak menggunakan bunga sebagai balas jasa melainkan menggunakan
sistem bagi hasil, sehingga nasabah tidak dibebani dengan bunga yang didapat
dari hasil usaha. Selain dari sisi balas jasa bank syariah juga memberikan
fasilitas yang berbeda dengan bank konvensional, bank syariah cenderung
lebih lengkap karena adanya fungsi social yang tidak ditemukan pada bank
konvensional yang melakukan investasi halal dan haram. Hal ini cocok untuk
masyarakat Indoneisa yang mayoritas memeluk agama Islam. Tentu saja hal
ini menunjukkan bahwa ekonomi berbasis Islam atau syariah tengah
berkembang di Indonesia.8
Salah satu alasan masyarakat memilih bank syariah karena tahan
terhadap krisis. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem ekonomi
terbuka, oleh karena itu tidak dapat terhindar dari krisis ekonomi global yang
menimpa hampir seluruh negara didunia yang dimulai pada semester kedua
tahun 2008. Di sini, bank syariah membuktikan performa lebih baik bahwa
bank syariah dapat bertahan dari krisis dibandingkan bank konvensional. Hal
ini disebabkan karena bank syariah tidak banyak bertransaksi dengan valuta
asing, naik turunnya bank syariah tidak begitu terpengaruh jika dibandingkan

7
Yani Pitriyani, Analisis Perkembangan Tingkat Profitabilitas Bank Syariah dan Bank
Konvensional Tahun 1998-2004: Studi Komparatif PT Bank Muamalat Tbk dan PT Bank BNI
Tbk,”UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (2006). Hlm. 2.
8
Flikhatun dan Assegaf, 2012, “Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan Pada Prinsip-prinsip
Syariah dan Kesehatan Financial”, Jurnal Accounting and Management (CBAM) Vol.1 No.1
dengan bank konvensioanal. Pembiayaan bank syariah sebagian besar
disalurkan pada sektor riil dan hanya sedikit yang disalurkan dalam sektor
koperasi, sehingga krisis global tidak begitu dirasakan oleh bank syariah.9
Hingga saat ini kelembagaan bank syariah di Indonesia mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang cukup signifikan. Ini dibuktikan
dengan tabel 1.1 yang menunjukkan perbankan di Indonesia periode 2014-
2018:
Tabel 1.1

Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Tahun 2014-2018

Kelompok Bank 2014 2015 2016 2017 2018

Bank Umum Syariah 12 12 13 13 14


Unit Usaha Syariah 22 22 21 21 20
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 163 163 166 167 167
Jumlah Kantor BUS 2163 1990 1869 1825 1875
Jumlah Kantor UUS 320 311 332 344 354
Jumlah Kantor BPRS 439 446 453 441 495
Sumber data : data diolah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tahun 2020.

Dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan bank syariah di


Indonesia tersebut bukan tanpa masalah perjalanan bank syariah di Indonesia
berjalan sesuai dengan yang diharapkan melainkan dalam perjalanannya bank
syariah memiliki berbagai tantangan untuk dapat bersaing dengan Bank
Umum Konvensional.

Perbankan syariah di Indonesia telah memberikan kontribusi yang


besar pada perekonomian Indonesia saat ini. Seiring kontribusi yang sangat
besar tersebut asset-aset perbankan syariah juga mengalami perkembangan
9
Azhari Maulia` Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017. Skripsi, Medan: USU, hal 3.
yang cukup signifikan. Berdasarkan data Statistik Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) mencatat bahwa total aset bank syariah pada November 2018 mencapai
Rp451,20 triliun. Angka tersbeut didapat dari Bank Umum syariah (BUS)
sebanyak Rp304,98 triliun dan Unit Usaha Syariah (UUS). Jumlah tersebut
mengalami peningkatan dari Desember 2017, saat itu total asetnya Rp424.51
triliun, dari BUS sebanyak Rp288,03 triliun dan dari UUS sebesar Rp136,15
triliun. Total kantor, total ATM, dan total tenaga kerja BUS dan UUS pada
November 2018 sebanyak 2.215 kantor, 2.950 ATM , dan 56.694 tenaga
kerja. Jumlah tersebut meningkat dari Desember 2017 dengan total kantor,
total ATM, dan total tenaga kerja BUS dan UUS pada Desember 2017 adalah
2.169 kantor, 2.728 ATM, dan 55.746 tenaga kerja. Dan ditahun 2019 total
asset perbankan syariah mencapai Rp499,98 triliun, pertumbuhan asset
perbankan syariah secara tahunan atau year on year mencapai 10,15%.10 Hal
inilah yang membuat penilis tertarik tentang perbankan syariah di Indonesia
khususnya pada sisi profabillitas.

Dengan adanya pertumbuhan yang pesat akan terjadi berbagai bentuk


produk maupun pelayanan akan tetapi hal ini dapat menjadi tantangan bagi
bank umum syariah dalam mewujudkan kepercayaan dari para pemangku
kepentingan atau stakeholder itu sendiri. Dimana kepercayaan tersebut sangat
berguna bagi bank-bank syariah di Indonesia dalam upaya untuk terus
tumbuh, berkembang, dan bersaing dengan bank konvensional.11

Untuk itu dalam meningkatkan kepercayaan kepada para pemangku


kepentingan, perbankan syariah harus dapat meningkatkan kinerjanya dengan
sehat dan efisien. Dimana kepercayaan kepada para pemangku kepentingan
sangatlah berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan perbankan

10
https://www.ojk.go.id-statistikperbankansyariah. Diakses tanggal 07 Juni 2020 pukul 11.51.
11
https://www.ojk.go.id.pengembangankeuangansyariahindonesia . Diakses tanggal 07 Juni
2020 pukul 11.55.
syariah, karena dengan adanya kepercayaan diri para pemangku kepentingan
tersebut bank akan mampu memobilisasi simpanan, menyalurkan pembiayaan,
menambahkan investasi, memperluas kesempatan kerja, serta membantu
pemerintah membiayai deficit anggaran untu pembangunan, serta kinerja
perbankan syariah akan terus membaik dengan diikuti pertumbuhan
profitabilitas yang baik pula.12

Berdasarkan teori stakeholder pada Corporate Social Responcibility


(CSR) menjelaskan bahwa keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh dukungan yang diberikan para stakeholder kepada perusahaan tersebut.
Untuk itu salah satu indicator yang digunakan dalam mengukur tingkat kinerja
perbankan syariah adalah dengan menganalisis profitabilitas perbankan
syariah. Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilias adalah
Return On Asset (ROA). ROA ini sangat penting bagi perbankan dalam
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA itu sendiri merupakan rasio
antara laba sesudah pajak terhadap total asset bank itu sendiri.13

Selain itu ROA ini sendiri digunakan untuk mengetahui dan mengukur
seberapa besar profit bank syariah yang diperoleh berdasarkan asset
perbankan syariah itu sendiri, mengingat sebagian besar asset dari perbankan
syariah itu sendiri berasal dari masyarakat . tentu saja dalam perkembangan
perbankan syariah itu sendiri, pertumbuhan profitabilitas (ROA) tidak
selamanya tumbuh dengan baik sesuai yang diharapakan.14 Hal ini dapat
dibuktikan dengan data statistik perbankan syariah di Indonesia yang terdapat
pada Otoritas Jasa Keuangan, bahwa perkembangan profitabilitas (ROA)
12
Defri Duantika, 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC
dan Islamicity Performance Index (Studi Bank MUamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri,
Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, hal.2
13
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 118
14
Fahmy Shalahuddin, Pengaruh CAR, NPF, BOPO, dan FDR, Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah. Skripsi.Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Hal 5.
perbankan syariah mengalami fluktuasi atau naik-turun. Hal ini bias dilihat
pada grafik berikut:

Grafik 1.1

Pertumbuhan Profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah

ROA
3

2.47%
2.5 2.34%

1.97%
2 1.81% 1.77%
ROA
1.5

0.5

0
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : OJK, Statistik Perbankan Syariah 2018

Sehingga dari grafik diatas diketahui profitabilitas pada perbankan


syariah mengalami pertumbuhan yang tak menentu, ini dapat dilihat pada
tahun 2014 pertumbuhan profitabilitas (ROA) pada perbankan syariah sebesar
1,97% mengalami penurunan hingga tahun 2015 sebesar 1,81%, kemudian
pada tahun 2016 profitabilitas (ROA) juga mengalami penurunan hingga
1,77% akan tetapi kembali mengalami peningkatan sebesar 2,47% pada tahun
2017 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2018 hingga 2,34%.
Penyebab tingkat penurunan maupun kenaikan profitabilitas (ROA)
perbankan syariah salahh satunya adalah disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya dikarenakan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Peforming
Financing (NPF) dan Financing to Deposito Ratio (FDR).15
Dalam penelitian ini, peneliti mengggunakan Capital Adequacy Ratio
(CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Peforming Financing (NPF) dan Financing to Deposito Ratio (FDR) sebagai
variable yang mempengaruhi ROA. Rasio keuangan tersebut peneliti jadikan
sebagai variable independen karena merupakan sumber pemasukan terbesar
dari operasional Bank Umum Syariah sekaligus menjadi produk unggulan
Bank Umum Syariah yang paling diminati masyarakat. Berikut ini adalah data
pergerakan rasio keuangan pada Bank Umum Syarih periode tahun 2014
hingga tahun 2019 ditunjukkan pada tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Pergerakan Rasio Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
Rasio 2014 2015 2016 2017 2018 2019
ROA (%) 0,79 0,49 0,63 0,63 1,28 1,73
CAR (%) 15,74 15,02 16,63 17,91 20,39 20,59
BOPO (%) 94,61 97,01 96,22 94,81 89,18 84,45
NPF (%) 4,33 4,84 4,42 4,76 3,26 3,32
FDR (%) 91,50 88,03 85,09 79,61 78,53 77,91
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Otorisasi Jasa Keuangan 2019
Berdasarkan data empiris tabel 1.1 di atas dapat dilihat terdapat rasio-
rasio keuangan dari taun ke tahun mengalami perubahan dan terdapat
penyimpangan dengan teori yang menyatakan hubungan CAR, BOPO, NPF,
dan FDR terhadap ROA. Fenomena BOPO pada tahun 2014 ke tahun 2015
mengalami kenaikan dari 94,61% menjadi 97,01% atau kenaikan sebesar
2,4%, namun ROA mengalami penurunan dari 0,79% menjadi 0,47% atau
15
https://jurnal.unej.ac.id.faktor-faktoryangmemperngaruhireturnonassets. Diakses tanggal 07
Juni 2020 pukul 12.06 WIB.
penurunan sebesar 0,32%, hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan
bahwa BOPO memiliki pengaruh positif terhadap ROA. ketika rasio NPF
mengalami kenaikan ditahun 2014 ke tahun 2015 dari 4,33% menjadi 4.84%
atau mengalami kenaikan sebesar 0,51%, namun ROA mengalami penurunan
dari 0,79% menjadi 0,49 atau turun sebesar 0,30%, tentu hal ini bertentangan
dengan teori yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh positif terhadap
ROA.
Fenomena lain yang terjadi adalah FDR dimana menurut teori
dikatakan bahwa FDR berpengaruh positif terhadap ROA, ternyata terdapat
gap dari data yang ada yaitu dari tahun 2017 ke tahun 2018, FDR mengalami
penurunan 79,61% menjadi 78,53% atau mengalami penurunan sebesar
1,08%, namun ROA justru meningkat dari 0,63% ditahun 2017, menjadi
1,28% ditahun 2018 atau meningkat sebesar 0,65%. Hal yang sama juga
ditahun 2018 sampai 2019 FDR mengalami penurunan dari 78,53% menjadi
77,91%, atau menurun sebesar 0,62%, namun ROA justru meningkat dari
1,28% ditahun 2018, menjadi 1,73% ditahun 2019 atau meningkat sebesar
0,45%.
Dari fenomena tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak setiap
kejadian empiris rasio keuangan bank umum syariah sesuai dengan teori yang
ada. Hal ini juga diperkuat oleh adanya reseach gap dalam penelitian
mengenai rasio-rasio keuangan dan profitabilitas bank umum syariah di
Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, dimana dapat
disimpulkan bahwa rasio keuangan yang mempengaruhi profitabilitas (ROA)
antara lain adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Peforming Financing (NPF)
dan Financing to Deposito Ratio (FDR) (Erni Kurniasih, 2012; lemiyana dan
Erdah Litriani, 2016; M. Tolkhah, 2015; Didin Ambris, 2014; M Shalahuddin
2013; Fajar Adiputra, 2017; Dwi Hermawan, 2019; M Yusuf Wibisono, 2017;
Maulia Azhari, 2019).
Bank yang memiliki tingkat keucukupan modal yang baik
menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal
bank menunjukkan keadaan yang dinyatakan dengan suatau rasio kecukupan
modal atau capital Adequacy Ratio (CAR).16 Dalam ketentuan Bank
Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus
memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. 17 Apabila bank memiliki modal
yang cukup dalam menyerap kerugian, maka semakin besar kemungkinan
bank dalam menghasilkan keuntungan.semakin besar CAR semakin besar
ROA, karena dengan modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa
dalam menempatkan dananya kedalam aktivitas investasi yang
menguntungkan.18 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Didin Ambris (2016)
menunjukkan CAR memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA,
namun penelitian yang dilakukan oleh Erni Kurniasih (2012) menyatakan
bahwa CAR memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh M Shalahuddin (2013), Fajar
Adiputra (2017), Dwi Hermawan (2019), M Yusuf Wibisono (2017), dan
Maulia Azhari (2019) dimana simpulan dari hasil penelitian mereka
menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. dengan
adanya reseach gap dari penelitian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
lanjutan mengenai pengaruh CAR terhadap Profitabilitas (ROA).
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini,
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank sehingga
16
Muhammad, Manajemen Perbankan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 140
17
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 144
18
Lyla Rahma Adyani dan Djoko Sampurno, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA), hlm. 2
kemungkinan bank yang bersangkutan dalam kondisi bermasalah juga
semakin kecil. Semakin kecil BOPO maka semakin kecil ROA bank, karena
laba yang diperoleh bank kecil.19 Dalam penelitian yang dilakukan oleh M
Thalkhah Mansur (2015) menyatakan bahwa BOPO berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA namun penelitian yang dilakukan oleh Erni
Kurniasih (2012), Lemiyana dan Erdah Litriani (2016), Didin Ambris (2014),
M sholahuddin (2013), Fajar Adiputra (2017), Dwi Hermawan (2019) M
Yusuf (2017), dan Maulia Azhari (2019) menyatakan bahwa BOPO
berpengaruh negative signifikan terhadap BOPO. Hal ini tidak sesuai dengan
teori dimana jika BOPO mengalami kenaikan, maka ROA akan menurun atau
sebaliknya. Dengan demikian besar kecilnya BOPO berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA).
Non Performing Financing dikenal sebagai Non Performing Loan
sehingga NPF merupakan analog dari NPL, karena dalam perbankan syariah
tidak dikenal dengan adanya pinjaman namun menggunakan istilah
pembiayaan. Fungsi bank dalam melakukan pemberian kredit maka akan
mempunyai risiko yaitu,berupa tidak lancarnya pembiayaan kredit atau yang
biasa disebut dengan risiko kredit. Kredit yang bermasalah dapat diukur dari
kolektibilitasnya. Risiko kredit tercermin dalam rasio Non Performing
Financing (NPF). Rasio Non Performing Financing (NPF) diukur dengan
membandingkan jumlah pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan.
Nilai NPF dapat bertambah apabila jumlah pembiayaan bermasalah
meningkat. Apabila rasio NPF meningkat maka pembiayaan bermasalah yang
ditanggung bertambah dan mengakibatkan kerugian yang dihadapi meningkat
sehingga dapat menurunkan tingkat keuntunngan bank. Semakin tinggi NPF
maka semakin kecil ROA karena pendapatan laba perusahaan kecil.20 Hal ini
19
Lyla Rahma Adyani dan Djoko Sampurno, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA), hlm.3
20
Lyla Rahma Adyani dan Djoko Sampurno, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA), hlm. 3
perkuat dengan penelitian Didin Ambris (2014) dan Dwi Hermawan (2019)
namun bertentangan dengan penelitian M Talkhah (2015), M Shalahuddin
(2013), M Yusuf (017), dan Maullia Azhari (2019) yang menyatakan bahwa
NPF tidak berpengaruh sginifikan terhadap ROA. kemudian lain lagi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lemiyana dan Erdah Litriani 2016), dan Fajar
Adiputra (2017) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatife
signifikan terhadap ROA.
Financing to Deposito Ratio (FDR) merupakan rasio antara total
pembiayaan yang disalurkan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun.Financing to Deposito Ratio (FDR) menyatakan seberapa
jauh kemapuan bank dalam membayar penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditas. Kenaikan pada rasio FDR menandakan bahwa adanya peningkatan
dalam penyaluran pembiayaan kepada masyarakat, sehingga apabila rasio ini
naik maka keuntungan bank juga akan naik dengan asumsi bahwa bank
menyalurkan pembiayaannya denngan optimal.21 Penelitian yang dilakukan
oleh Didin Ambris (2014) menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA, namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lemiyana dan Erdah Litriani (2016), dan M Yusuf (2017) dimana FDR
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, berbeda lagi dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dwi Hermawan (2019) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa FDR memiliki pengaruh negative tidak signifikan
terhadap ROA. lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh M Talkhah
(2015), M Shalahuddin (2013), Fajar Adiputra (2017), dan Maulia Azhari
(2019) yang menyatakan bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap ROA.
dengan adannya reseach gap dari penelitian tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian lanjutan pengaruh FDR terhadap Profitabilitas (ROA). pada tabel
1.3 menunjukkan beberapa penellitian yang telah dilakukan sebelumnya yang
21
Kasmir, Pemasaran Bank. (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 116
berkaitan dengan profitabilitas diproksikan dengan ROA Bank Umum Syariah
di Indonesia antara lain dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 1.3
Reseach Gap Penelitian Terdahulu
Variabel Peneliti
Pengaruh
Dependen Independen Sebelumnya
ROA Berpengaruh Didin Ambris
Positif dan (2014)
Signifikan
Berpengaruh Erni Kurniasih
Positif dan (2012)
Tidak Signifikan
M Shalahuddin
(2013), Fajar
Capital
Adiputra
Adequacy Ratio
(2017), Dwi
Tidak Hermawan
Berpengaruh (2019), M
Signifikan Yusuf
Wibisono
(2017), dan
Maulia Azhari
(2019)
Biaya Berpengaruh M Talkhah
Operasional Positif dan (2015)
terhadap Signifikan
Pendapatan Berpengaruh Erni Kurniasih
Operasional Negatif dan (2012),
Lemiyana dan
Erdah Litriani
(2016), Didin
Ambris (2014),
M sholahuddin
(2013), Fajar
Signifikan Adiputra
(2017), Dwi
Hermawan
(2019) M
Yusuf (2017),
dan Maulia
Azhari (2019)
Non Performing Didin Ambris
Financing Berpengaruh (2014) dan
Positif dan Dwi
Signifikan Hermawan
(2019)
Lemiyana dan
Berpengaruh Erdah Litriani
Negatif dan 2016),Fajar
Signifikan Adiputra
(2017)
Berpengaruh Erni Kurniasih
Negatif dan (2012)
Tidak Signifikan
Tidak M Talkhah
Berpengaruh (2015), M
Shalahuddin
(2013), M
Signifikan Yusuf (017),
dan Maullia
Azhari (2019
Financing to Berpengaruh Didin Ambris
Deposit Ratio Positif dan (2014)
Signifikan
Berpengaruh Erni Kurniasih
Positif dan Tidak (2012)
Signifikan
Lemiyana dan
Berpengaruh
Erdah Litriani
Negatif dan
(2016), dan M
Signifikan
Yusuf (2017)
Berpengaruh Dwi
Negatif dan Hermawan
Tidak Signifikan (2019)
M Talkhah
(2015), M
Shalahuddin
Tidak
(2013), Fajar
Berpengaruh
Adiputra
Signifikan
(2017), dan
Maulia Azhari
(2019)
Sumber: Jurnal-jurnal penelitian terdahulu
Perbedaam atas hasil kesimpulan penelitias tersebut membuat peneliti
tertarik untuk meneliti variable-variabel di atas. Namun dalam hal ini
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dari periode
laporan keuangan yang diamati. Penelitian ini mengamati Laporan Keuangan
Tahunan (Annual Report) Bank Umum Syariah periode tahun 2014-2018,
sementara penelitian terdahulu menggunakan data Laporan Keuangan
Tahunan (Annual report) dengan tahun pengamatan terhitung dari tahun
2011-2015, ada juga penelitian terdahulu menggunakan data Laporan
Keuangan Tahunan (Annual Report) dengan tahun pengamatan terhitung dari
tahun 2013-2017. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi Profitabilitas (Return On Asset) Bank Umum Syariah di
Indonesia tahun 2014 sampai dengan 2018. Adapun variabel-variabel yang
digunakan antara lain Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Peforming Financing (NPF)
dan Financing to Deposito Ratio (FDR). Profitabilitas diukur dengan Return
On Asset (ROA) untuk mengetahui kinerja aset yang dimiliki Bank Umum
Syariah dalam memperoleh laba. Maka berdasarkan paparan latar belakang di
atas, penulis merasa perlu melakukan penelitian tersebut dan terdorong untuk
mengambil judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Peforming
Financing (NPF) dan Financing to Deposito Ratio (FDR) terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2014-2018”.

B. Permasalahan
1. Pembatasan Masalah
Mengingat masalah yang tercakup pada penelitian ini sangat luas,
maka penulis membatasi sebagai berikut:
a. Penulia membatasi penelitian hanya pada pengukuran pengaruh CAR,
BOPO, NPF, dan FDR terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum
Syariah.
b. Periode penellitian pada bank umum syariah tahun 2014-2017
c. Peneliti hanya memfokuskan penelitian pada bank umum syariah BUMN
dan bank umum syariah swasta.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini, yakni:
a. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA) bank umum syariah?
b. Apakah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah?
c. Apakah Non Peforming Financing (NPF) berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA) bank umum syariah?
d. apakah Financing to Deposito Ratio (FDR) berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA) bank umum syariah?
e. Apakah CAR, BOPO, NPF, dan FDR secara simultan berpengaruh
terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian
adalaha untuk mengetahui apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Peforming
Financing (NPF) dan Financing to Deposito Ratio (FDR) terhadap
Profitabilitas (ROA) bank umum syariah baik secara simultan maupun parsial.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan penulis secara khusus, dan pembaca secara
umum, mengenai profitabilitas Bank Umum syariah din Indonesia.
2. Bagi akademisi, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang profitabilitas (ROA) sebagai pengukur kinerja bank umum syariah
di Indonesia.
3. Bagi perusahaan syariah, sebagai bahan informasi an sumbangan
pemikiran untuk membuat keputusan bagi praktisi perbankan syariah.
4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan untuk memperbaiki penelitian
sejenis berikutnya pada sektor perbankan, khususnya perbankan syariah,
sehingga mengenai perbankan syariah tidak berhenti.
5. Bagi investor, sebagai bahan tambahan masukan guna membantu investor
dalam pengambilan keputusan apabila investor ingin menanamkan
modalya pada Bank Umur Syariah di Indonesia.
E. Sistematika Penulisan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka sistem penuliasan dalam

penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang latas belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas teori yang berkaitan dengan objek yang akan

diteliti, seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Peforming


Financing (NPF), Financing to Deposito Ratio (FDR),

Profitabilitas (ROA), dan Bank Umum Syariah.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang metode penelitian yaitu meliputi: waktu dan

tempat, jenis data, sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan

data, dan teknik analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian, hasil

pengujian data, dan analisis data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian terakhir dari penelitian ini adalah Bab V yaitu kesimpulan dan saran,
kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam rumusan-rumusan masalah, setelah melalui analisis pada bab
sebelumnya. Sementara itu, sub bab saran berisi rekomendasi dari penelitian
mengenai permasalahan yang sudah diteliti sesuai hasil kesimpulan yang
diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai