Anda di halaman 1dari 13

Tugas hukum ekonomi islam MAKALAH tentang PERBANKAN BANK SYARIAH

KETUA KELOMPOK 6 ANGGOTA KELOMPOK

: RIZKI RAHARDIANTO PUTRA : BRYAN TOPAN EKY UTOMO PUTRO VELANI MUTIA M. MADANINABAWI DANU KRISTIANTO RIYAN EDI SAPUTRO TRI FEBY HANDAYANI SULISTIO YUDI S ANJAR MARGI ASTUTI

(11010110141189) (11010110141191) (11010110141195) (11010110141221) (11010110141208) (11010110141213) ( 11010110141228) (11010110141229) (11010110141232) (11010110141235)

Kelas

:a

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia berawal pada periode 1980-an,diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan.Namun,prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990.Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokaranya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,Bogor,Jawa Barat.Hasil lokaranya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel sahid Jaya Jakarta,22-25 Agustus 1990.Berdasarkan amanat Munas IV MUI,dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia. Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut diatas.Akte pendirian PT Bank Muammalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991.Pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp.84 miliar. Pada tanggal 3 November 1991,dalam acara silaturahmi Presiden di Istana Bogor,dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp.106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 mei 1992, Bank Muammalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muammalat indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta,Bandung,semarang,Surabaya,Balikpapan dan Makasar.(Bank

Muammalat,Annual Reprt (Jakarta,1999)). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bankbank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bankbank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. 1

Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan tidak menerima sepeser pun bantuan dari pemerintah dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat bahkan mampu memperoleh laba Rp.300 miliar lebih. Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategis untuk merealisasikannya. Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.(Wikipedia). Satu perkembangan lain perbankan syariah di Indonesia pascareformasi adalah diperkenankannya konverensi cabang bank umum konvensional menjadi cabang syariah.

1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. Bagaimanakah pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia ? Apakah Jenis-Jenis Akad dalam Transaksi Bank Syariah ? Bagaimana persepsi masyarakat tentang Bank Syariah di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan menganalisa pertumbuhan Bank Syariah dalam pelaksanaan nya di Indonesia 2. Untuk mengetahui jenis-jenis akad serta korelasinya dengan perbankan syariah 3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang Bank Syariah di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Islam atau bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasianya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pengertian Bank adalah berupa badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banayak (Pasal 1 Angka 2). Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Pasal 1 angka 1). Pengertian Hukum Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank yang memenuhi Prinsip-Prinsip Syariah dan memiliki peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan. Secara Umum Bank adalah lembaga yang memiliki tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan sesuai dengan akad syariah telah dilakukan sejak zaman Rasululllah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Perjalanan Bank syariah di Indonesia dimulai dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dengan dasar UU No. 7 tahun 1992, walaupun pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil hanya sepintas diuraikan. Sistem bank syariah baru mulai dilirik sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. 4

Ketika itu, Bank Indonesia melakukan uji kelayakan terhadap semua bank nasional, dan BMI yang baru berumur beberapa tahun dan sebagai satu-satunya bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah menempati peringkat ke 43 dari 208 bank yang ada. Sejak itulah banyak bank konvensional mulai jatuh hati dengan bank syariah dan mulai memberikan dan menyelenggarakan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk baik dengan mengkonversi bank konvensionalnya dengan menjadi bank syariah sepenuhnya maupun hanya dengan membuka divisi atau cabang syariah. Hingga saat itu perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat terbilang cukup pesat, apalagi sejak diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, yang membuat pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.Untuk mengetahui seberapa besar perkembangan perbankan syariah selama 5 tahun terakhir, mari kita lihat tabel di bawah ini : Tabel Total Aset Gabungan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (milyar rupiah) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jan 2012 26.722 36.538 49.555 66.090 97.519 145.467 143.888

Menurut data Bank Indonesia, terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi di Indonesia dengan nilai aset per Januari 2012 adalah sebesar Rp115,3 triliun tumbuh 46 persen dibandingkan pada Januari 2011 yang senilai Rp78,2 triliun.

Sedangkan aset 24 Unit Usaha Syariah (UUS) per Januari 2012 adalah Rp28,6 triliun tumbuh 63 persen dibandingkan Januari 2011 yang hanya berjumlah Rp17,9 triliun dan aset 155 Bank Perkreditan Rakyat Syariah per Januari 2012 ialah Rp3,61 triliun dibanding posisi Januari 2011 yaitu Rp2,77 triliun sehingga meningkat 30,1 persen. Prospek perbankan syariah terlihat sangat cerah, apalagi Professor of Banking and Financial Regulation Loughborough University, Maximilian JB Hall mengatakan industri perbankan syariah dapat bertahan dari krisis global karena tidak terkait dengan mekanisme pasar dan tanpa spekulasi. Di tahun 2010 pertumbuhan aset perbankan syariah global mencapai 8,9 persen dengan total aset sebesar 900 miliar dolar AS. Dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama islam, seharusnya, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dapat lebih meningkat dan tumbuh secara signifikan. Tentu saja masih banyak yang harus disiapkan oleh semua pihak yang terlibat, instrumen penting dalam perkembangan perbankan syariah antara lain pemenuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan inovasi produk dan layanan kompetitif serta berbasis kekhususan untuk kebutuhan masyarakat dan keberlangsungan program sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat. Jika ketiga unsur itu dapat dipenuhi dan didukung dengan sarana infrastruktur yang memadai untuk mempromosikan program syariah serta peningkatan instrumen syariah yang terkait, harapannya adalah terwujudnya iklim dan situasi yang ideal bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

http://www.antaranews.com Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia relatif cepat dalam lima tahun terakhir, dengan rata-rata pertumbuhan aset mencapai 40 persen. Posisi aset perbankan syariah per September 2011 telah mencapai Rp 126 triliun. Dengan posisi itu, perbankan syariah Indonesia menduduki posisi keempat dunia setelah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi.

2.2 Jenis-Jenis Akad dalam Transaksi Bank Syariah Akad yang biasa dipakai dalam transaksi perbankan syariah adalah murabahah, mudharabah, musyarakah, wadiah, rahn, salam, istishna, ijarah, qardh, kafalah, wakalah, dan hiwalah. berikut penjelasan dan pengertian dan karakteristik masing-masing akad:

1. Murabahah (Trade with markup/cost-plus sale) Merupakan akad dimana Investor menyediakan barang tertentu dan melakuakan kontrak untuk penjualan kembali ke klien dan perjanjian margin yang disepakati.

2. Mudharabah (Profit-sharing agreement) (passive partnership) Merupakan akad dimana pihak penyedia modal (sahibul maal/financier) menyediakan dana bagi pihak pengelola (mudharib/enterpreneur), dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka, prinsip umumnya ialah sahibul maal menanggung resiko di modal saja dan mudharib menanggung resiko di waktu dan tenaga. jenis-jenis mudharabah : (i) unrestricted/tidak membatasi; dan (ii) restricted/membatasi

3. Musyarakah (equity participation) (active partnership) keuntungan dibagi sesuai proposisi modal yang disepakati, namun kerugian juga dibagi sesuai proposi kontribusi modal. jenis-jenis musyarakah/syirkah:

al-muwafadah (full authority and oblogation); partner adalah sama dalam usia (dewasa), kontribusi modal, dan bagi hasil untung-rugi.

al-'inan (restricted authority and obligation); partner tidak sama dalam usia dan kontribusi modal.

ai-abdan (labour, skill and management); partner memberikonribusi dalam hal tenaga, keahlian, dan management, namun tidak kontribusi modal. Tidak direkomendasikan oleh Mazhab Syafi'i. 7

al-wuduh (Goodwill, credit-worthiness, and contacts); partner memberi kontribusi dalam hal niat

baik, kelayakan kredit, hubungan, namun tidak kontribusi modal. Tidak direkomendasikan oleh Mazhab maliki dan Syafi'i. 4. Wadiah (Deposit) merupakan kontrak dimana seseorang menitipkan sesuatu kepada orang lain. barang wadiah tersebut menjadi amanat dan tidak boleh digunakan oleh penyimpan.

5. Rahn (islamic pawn) Merupakan konsep dari gadai yang sesuai syariah. alternatif dari sistem kolateral dalam perbankan konvensional.

6. Salam Merupakan akad Jual-beli dimana barang yang dibeli biasanya belum ada atau masih harus diproduksi. Dalam hal ini uang diserahkan sekaligus dimuka sedangkan barangnya diserahkan di akhir periode pembiayaan.

7. Istishna merupakan akad salam yang pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan selama periode pembiayaan.

Ada dua sifat akad yaitu Tabaru dan tijarah.

Tabarru adalah akad yang tujuannya untuk menolong tijarah adalah akad yang tujuannya untuk mencari keuntungan komersil

2.3 Persepsi Masyarakat terhadap Bank Syariah Persepsi masyarakat terhadap bank syariah adalah hal urgent yang harus diperhatikan dalam rangka mengukur, merencanakan, dan menerapkan strategi pengembangan bank syariah di bidang apapun. KARIM Business Consulting pernah melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap bank syariah. Dari hasil penelitian tersebut terlihat meskipun sekarang bank syariah telah tumbuh berkembang dengan pesat di indonesia namun secara umum masyarakat kurang mengetahui tentang bank syariah terkait dengan produk mapun fasilitas yang ditawarkan karena kurangnya promosi maupun edukasi pasar terutama pada daerah pedesaan. Dalam hal ini, televisi, koran dan majalah merupakan media yang efektif digunakan untuk menginformasikan produk maupun fasilitas bank syariah kepada masyarakat, jika strategi komunikasi publik bisa diterapkan secara optimal. Pendekatan komunikasi lain yang dapat ditempuh adalah melalui jalur seminar-seminar di perguruan tinggi, jalur organisasi kemasyarakatan, organisasi kemahasiswaan ataupun pengenalan melalui sekolah-sekolah Islam serta pondok pesantren perlu dilakukan. Dari segi segmen pasar, jika bank syariah berniat fokus untuk kalangan muslim sebagai target pasarnya, mereka dapat memanfaatkan figur-figur panutan yang dipandang oleh masyarakat setempat. Sedangkan jika bank-bank syariah ingin memperluas pasar ke target market non muslim, mereka dapat memanfaatkan figur tokoh muslim maupun non muslim yang lebih universal. Salah satu bank syariah sudah melakukan hal ini. Namun, sepertinya juga terkesan setengah-setengah karena sebentar timbul, kemudian tenggelam lagi. Dalam menyampaikan informasi produk maupun fasilitas ke masyarakat perlu ditekankan differensiasi utama produk dan jasa bank syariah dengan yang ditawarkan oleh bank konvensional, baik terkait dengan rational benefit, maupun emotional benefitnya. Rational benefit di sini terkait dengan hitungan logika berupa keuntungan finansial yang diperoleh nasabah. Pesan utama yang harus disampaikan kepada nasabah adalah bahwa bank syariah memiliki keuntungan finansial yang lebih baik, lebih adil, manusiawi dan memudahkan.

Selanjutnya, emotional benefit di sini lebih kepada keuntungan finansial sekaligus kepentingan spiritual. Penekanan pada emotional benefit sangat penting bagi nasabah muslim yang sangat mengharamkan riba. Jika emotional benefit ini mengena di benak nasabah efeknya akan lama dan melekat kuat sehingga muncul loyalitas nasabah. Di samping itu, perlu ditekankan adanya perasaan tenang dan nyaman bagi nasabah terkait dengan dana yang dipercayakan ke bank syariah, sehingga bank syariah harus benar-benar kredibel dan dapat dipercaya. Harapannya tentu nasabah akan bergerak dari rational benefit kemudian emotional benefit yang selanjutnya nasabah akan lebih mementingkan spiritual benefit dalam berbank dan berbisnis. Spiritual yang lebih universal, sehingga ajaran agama apapun bisa benar-benar mengakui bahwa sistem perbankan syariah merupakan sistem yang adil, manusiawi, menenteramkan hati, memiliki nilai luhur meskipun berasal dari agama tertentu (Islam). Target konkretnya tentu sampai nasabah dari berbagai agama dan kalangan bersedia menggunakan bank syariah. Inilah hal yang tidak mudah diwujudkan oleh bank syariah yang memang mengaku merupakan sebuah sistem yang universal. Sampai saat ini citra yang dibentuk oleh bank syariah merupakan bank yang sangat identik dengan agama tertentu. Akan terasa beda ketika citra dan realitas yang ditonjolkan adalah sebuah sistem perbankan yang adil, manusiawi, memiliki nilai spiritual, handal, berteknologi canggih. Di sisi lain, nasabah juga mementingkan rendahnya biaya administrasi, sehingga signifikansi perbedaan biaya administrasi perlu memperoleh perhatian dan diberitahukan ke masyarakat sebagai keunggulan bersaing. Namun, jika memang benar biaya administrasi bank syariah termasuk tinggi, hal ini harus bisa diimbangi dengan kemudahan dan layanan yang memuaskan nasabah. Nasabah tidak akan merasa terbebani jika biaya administrasi setimpal dengan kemudahan, kenyamanan dan kepuasan yang diperoleh.

10

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan Bank syariah adalah bank yang sangat adil , bijaksana , karena sistem operasionalnya berdasarkan akidah-akidah islam. Dan bank syariah semakin mempengaruhi perekonomian syariah dan semakin meningkatkan pertumbuhan perekonomian syariah di Indonesia Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bankbank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bankbank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.Melihat adanya bank syariah , perkembangan bank syariah dan pertumbuhan perekonomian syariah karena adanya perbankan syariah.

11

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah http://www.antaranews.com www. REPUBLIKA.co.id www.busnies consulting.com http://stevenwahid.blogspot.com/2011/03/sekilas-perbankan-syariah-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai