Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BANK SYARIAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah

“Manajemen Dana Bank Syariah”

Dosen pengampu:

Ahmad Budiman, S.HI., M.SI

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Izzah Farouzqi A. (17401163272)


2. Bahru Ilmi Dafiq (17401163293)
3. Ika Hani’am Maria (17401163301)
4. Evi Nirmala (17401163303)
5. M. Roziqul Khoiron (17401163380)

Kelas: V-G

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

2018

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank
bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan
dari dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan
dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan
perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk
penyimpangan dana atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya
sesuai dengan hukum islam.
Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “bank syariah”. Bank
syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi
pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk
kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam. Selain itu,
bank syariah biasa disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu
suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan
sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan
(gharar).1
Menurut ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia
nomor 2/8/PBI/2000, Pasal I, Bank Syariah adalah Bank Umum sebagaimana
yang dimaksud dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang melakukan usaha berdasarkan
prinsip-prinsip syariat Islam, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang
bank asing yang melakukan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam.
Adapun yang dimaksud dengan unit usaha syariah adalah unit kerja di kantor
pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang syariah.2

Definisi Bank Syariah yang disetujui oleh General Secretariat of the


Organization of the Islamic Conference (OIC) adalah sebagai berikut:3

1
Zainudin Ali,Hukum Perbankan Syariah,(Jakarta: Sinar Grafika,2008),hlm.1
2
Rifai, Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), Hlm. 30
3
Ibid.,hlm. 31

1
1. “… Bank Syariah adalah institusi keuangan yang memiliki hukum, aturan
dan prosedur sebagai wujud dan komitmen kepada prinsip syariah dan
melarang menerima dan membayar bunga dalam proses operasi
dijalankan…(Ali & Sarkar, 1995)
2. “Bisnis Bank Syariah berarti bisnis bank yang memiliki tujuan dan operasi
tidak memasukkan elemen yang tidak diijinkan oleh agama …”.
Menurut peraturan perundang-undangan terbaru Pasal 1 UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencangkup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
usahanya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya mulai dari lembaga,
kegiatan, dan tata kelolanya berdasarkan prinsip syariat Islam.
Adapun tujuan dari Bank syariah diantaranya sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islami,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar
dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang
mengandung unsur gharar.
2. Menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang
lebar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
3. Meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar, terutama kelompok miskin yang diarahkan
pada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian
usaha.
4. Menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan
program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
5. Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah
akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi,
menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

2
6. Menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank konvensional
yang masih menerapkan sistem bunga.4

B. Latar Belakang Bank Syariah


Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh
ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah
sebagai pilar ekonomi islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam
kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M
Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang
relatif terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil – Salman
Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk
lembaga yang serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.
Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di
Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank
dan Perbankan di Cisarua, Bogor Jawa Barat. Hasil Lokakarya tersebut dibahas
lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di
Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV
MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.
Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan
pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.5
Industri perbankan yang pertama menggunakan sistem syariah adalah PT
Bank Muamalat Indonesia Tbk yang lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan
MUI yang didirikan pada tahun 1991. Pendirian Bank Muamalat mendapat
dukungan dari warga masyarakat yang dibuktikan dengan komitmen
pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan
akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada tanggal 3 November 1991 dalam
acara silaturahmi Presiden di Istina Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari
warga masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106

4
Nur Rianto Al-Arif,Lembaga Keuangan Syariah,(Bandung: CV Pustaka Setia,2012),hlm.100
5
M. Syafi’i Antonio,Bank Syariah dari Teori ke Praktik,(Jakarta: Gema Insani Press,2011),hlm.25

3
miliar. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat
Indonesia Tbk mulai beroperasi.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus
dikembangkan. Hingga September 1999, Bank Muamalat Indonesia Tbk telah
memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Balikpapan, dan Makasar.
Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia dilanda oleh krisis moneter yang
memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional dilanda oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Ditahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kuang dari
sepertiga modal setor awal.6
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jedah Arab Saudi. Pada RUPS
tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham
Bank Muamalat. Oleh karena itu, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002
merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank
Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
pegawai Bank Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit tersebut, Bank
Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan
kepengurusan baru anggota Direksi, Bank Muamalat kemudian menggelar
rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada:
1. Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari pemegang saham

6
Zainudin Ali,Hukum...,hlm.11

4
2. Tidak melakukan PHK satupun terhadap sumber daya insani yang ada, dan
dalam hal pemangkasan biaya tidak memotong hak pegawai Bank
Muamalat seikit pun
3. Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri kepada Bank Muamalat
menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru
4. Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja pegawai
Bank Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua
5. Pembangunan tonggak usaha dengan mennciptakan serta menumbuhkan
peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan
seterusnya, yang akhirnya membawa Bank Muamalat sebagai bank yang
mendapat kepercayaan dari masyarakat Indonesia.
Hal ini tidak terlepas dari rahmad Allah SWT sehingga di era pertumbuhan
baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya semakin meningkat kepercayaan
masyarakat Indonesia kepada perbankan yang menggunakan prinsip syariah.
Sampai akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah
terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal
pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta memperoleh laba bersih sebesar
Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.7

C. Perkembangan Bank Syariah


Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah
pertama dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu
menerapkan sistem syariah ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.
Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank
konvensional dan banyak yang dilikuidasii karena kegagalan sistem bunganya.
Tidak hanya itu, ditengah-tengah krisis keuangan global yang melanda
dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali
membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan
syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan

7
Zainudin Ali,Hukum...,hlm.12

5
bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para
penyimpan dana di bank-bank syariah.
Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan Bank Muamalat melewati krisis
yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin
meningkat dan tidak menerima sepeserpun bantuan dari pemerintah dan pada
krisis keuangan pada tahun 2008, bank muamalat bahkan mampu memperoleh
laba Rp 300 miliar lebih.
Perbankan syariah sebenarnya dapat mennggunakan momentum ini untuk
menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal krisis dan
mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah
strategis untuk merealisasikannya.
Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah
diupayakan adalah pemberian izin kepad bank umum konvensional untuk
membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank
konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon
dan inisiatif dari perubahan Undang-Undang perbankan No. 10 tahun 1998.
Undang-Undang pengganti UU No. 7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan
jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah.8

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Inonesia


1998 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Indikasi KP/ KP/ KP/ KP/ KP/ KP/ KP/ KP/
UUS UUS UUS UUS UUS UUS UUS UUS
BUS 1 2 3 3 3 3 5 6
UUS - 8 15 19 20 25 27 25
BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139
Sumber: BI, Statistik Perbankan, 2009
Keterangan:
BUS : Bank Umum Syariah

8
Agus Marimin,dkk.,Perkembangan Bank Syariah di Indonesia,Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol.
01 No. 02 Juli 2015,hlm.83

6
UUS : Unit Usaha Syariah
BPRS : Bank Perkreditan Rakyat Syariah
KP/UUS : Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah
Tabel 1.1 menunjukkkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan
laporan tahunan BI 2009 (Desember 2009). Secara kuantitas, pencapaian
perbankan sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam
jumlah bank. Jika pada tahu 1998 hanya ada 1 BUS dan 76 BPRS, maka pada
Desember 2009 (berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 31
unit yang terdiri atas 6 BUS dan 25 UUS. Selain itu, jumlah BPRS telah
mencapai 139 unit pada periode yang sama.9

Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah


(dalam milyar rupiah)
Indikasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Aset 7.945 15.210 20.880 28.722 36.537 49.555 66.090
DPK 5.725 11.718 15.584 20.672 28.011 36.582 52.271
Pembiayaan 5.561 11.324 15.270 20.445 27.944 38.198 46.886
FDR 97,14% 96,64% 97,76% 98,90% 99,76% 103,65% 89,70%
NPF 2,34% 2,38% 2,82% 4,75% 4,07% 3,95% 4,01%
Sumber: BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.
Keterangan:
DPK : Dana Pihak Ketiga
FDR : Financing to Deposit Ratio
NPF : Non Performing Financing
Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikasi-indikasi
perbankan syariah. Perkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat
signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih
dari 33,37%. Penghimpunan dana dan pembiayaan mencapai peningkatan
sebesar 41,48 dan 22,74%.

9
Agus Marimin,dkk.,Perkembanga....,hlm.84

7
Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya DPK
yang dinyatakan dengan nilai FDR, maka bank syariah memiliki rata-rata FDR
sebesar 97,65%. Berbeda dengan tahun sbelumnya dan tahun sesudahnya, pada
tahun 2008 FDR perbankan syariah lebih dari 100%. Tingginya tingkat FDR
tersebutt karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan Maret – November
2008 lebih besar dari DPK.
Yang perlu dicatat disini adalah meskipun pembiayaan yang disalurkan
lebih besar dari DPK, tetapi tingkat kegagalan bayar atau yang dinyatakan
dalam NPF ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni hanya
sebesar 3,95%, masih dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5%. Artinya
bank syariah betul-betul menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi
keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu, secara
keseluruhan perbankan syariah relatif lebih sehat.

Tabel 1.3 Perbandingan Pangsa Perbankan Syariah Terhadap Total Bank


Islamic Bank ( Des Islamic Bank
Total Total
2008) (Des 2009)
Bank Bank
Nominal Share Nominal Share
Total Aset 49,56 2,14% 2.310,60 66,09 2,61% 2.534,10
Deposit
36,85 2,10% 1.753,30 52,27 2,65% 1.973,00
Fund
Credit
Financial 38,20 - - 46,88 - -
Extended
FDR/LDR 103,66% - - 89,70% - -
Sumber: BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.
Pada tabel 1.3 terlihat bahwa pangsa perbankan syariah meningkat jika
dibandingkan dengan tahunn 2008 pada bulan yang sama, yaitu aset mennjadi
2,61% meningkat sebesar 0,47%. Deposit Fund atau DPK juga mengalami
pertumbuhan menjadi 2,02%, meningkat 0,24%. Hal ini menunjukkan kinerja
dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.10

10
Agus Marimin,dkk.,Perkembangan...,hlm.85

8
D. Dasar Hukum Bank Syariah
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui
keberadaannya di negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis
normatif tercatat dalam peraturan perundang-udangan di Indonesia, yaitu:

1. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-


Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, berikut penjelasannya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia berikut penjelasannya.
3. Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah
Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan
syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya di seluruh Ibu Kota provinsi
dan Kabupaten di Indonesia, bahkan beberapa bank konvensional dan lembaga
keuangan lainnya membuka Unit Usaha Syariah (bank syariah, asuransi
syariah, pegadaian syariah dan semacamnya). Pengakuan secara yuridis
dimaksud, memberi peluang tumbuh dan berkembang secara luas kegiatan
usaha perbankan syariah, termasuk memberi kesempatan kepada bank umum
(konvensional) untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinip syariah.11

E. Prinsip Bank Syariah

Berikut merupakan prinsip-prinsip Bank Syariah12 :


1. Melarang Bunga
Bunga secara keras dilarang dalam islam dan dipahami sebagai hal yang
tidak diizinkan. Islam melarang kaum muslimin untuk menerima atau
memberi bunga. Islam hanya mengizinkan satu jenis pinjaman, yakni
Qardhul Hasan.
2. Pembagian yang seimbang

11
Zainudin Ali,Hukum...,hlm.2
12
Rifai, Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking...,hlm. 34 – 36.

9
Riba dilarang dalam Islam. Bank menyediakan dana untuk modal dengan
wirausaha berbagi resiko bisnis dan dalam pembagian keuntungan. Islam
mendorong orang muslim untuk menanamkan uang mereka (sahibul mal)
dan menjadi mitra (mudharib) dengan tujuan berbagi keuntungan dan
resiko dalam bisnis. Dalam islam pembiayaan didasarkan pada iman
dimana pihak pemberi modal dan pihak pengelola modal harus berbagi
resiko secara seimbang.
3. Uang sebagai “Modal Potensial”
Dalam islam uang hanya sebagai alat pertukaran yang tidak ada nilai dalam
dirinya sendiri. Oleh karena itu, seharusnya tidak diizinkan menilai tinggi
terhadap uang, melalui pembayaran bunga tetap, ketika menyimpan uang
di bank atau ketika meminjamkan kepada seseorang. Uang diperlakukan
sebagai modal potensial akan menjadi modal riil ketika digabung dengan
sumberdaya yang lain yang bertanggungjawab untuk menjalankan
aktivitas yang produktif. Islam meyakini waktu nilai uang (time value of
money) hanya ketika uang tersebut dialokasikan sebagai modal. Prinsip ini
mendorong kaum muslim untuk menginvestasikan uang mereka (idle
money) pada sector riil.
4. Melarang Gharar
System keuangan islammelarang penimbunan dan melarang transaksi
yang memiliki karakteristik gharar dan maysir. Di bawah larangan ini,
transaksi ekonomi yang dimasuki harusbebas dari ketidakpastian, resiko
dan spekulasi. Dalam hukum bisnis, gharar berarti bank terlibat pada
bisnis yang dimana bank tidak mempunyai pengetahuan yang cukup atau
pada transaksi yang sangat beresiko.
5. Kontrak yang Suci
Bank syariah memegang tanggung jawab kontrak dan berkewajiban untuk
memberikan informasi secara utuh. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi resiko asimetri informasi dan resiko moral. Pihak yang
disebut dalam kontrak harus memiliki pengetahuan yang baik tentang
produk yang dimaksud untuk dipertukarkan sebagai hasil dari transaksi
mereka. Lebih jauh lagi, setiap pihak tidakbisa menentukan sebelumnya

10
jaminan keuntungan. Ini didasarkan prinsip ketidakpastian keuntungan,
dengan penafsiranyang ketat, tidak mengijinkan konsumen
bertanggungjawab untuk membayar pokok pinjaman ditambah jumlah
nilai inflasi. Larangan ini bertujuan untuk melindungi yang lemah dari
praktek eksploitasi.
6. Kegiatan Syariah yang disetujui
Bank syariah mengambil bagian dalam aktivitas bisnis yang tidak
melanggar hukum syariah. Contoh, investasi pada bisnis yang
berhubungan alcohol dan berjudi adalah sangat dilarang. Bank syariah
diharapkan untuk membangun Syariah Supervisi Board terdiri dari hukum
syariah yang bertindak sebagai auditor syariah yang independen dan
penasehat untuk bank. Mereka bertanggungjawab untuk meyakinkan
bahwa kegiatan dari bank syariah tidak bertentangan dengan syariat islam.

Bank Syariah adalah intitusi keuangan yang dibangun untuk


memperkenalkan ekonomi islam yang mana memiliki prinsip fundamental
sebagai berikut.13
1. Keadilan dalam social ekonomi dan distribusi
2. Objek usaha yang Halal
3. Trusteeship (moral rohani)
4. Melarang praktik penimbunan
5. Semangat kerja sama
6. Dua resiko, yakni kewajiban menanggung resiko dalam uasaha produktif
dan resiko selalu diperlakukan secara hati-hati.
7. Tidak ada keuntungan tanpa usaha atau kewajiban

Sasaran utama pendirian bank syariah antara lain14 :


1. Menawarkan Jasa keuangan
2. Menjaga stabilitas nilai uang
3. Pengembangan ekonomi

13
Rifai, Veithzal dan Arviyan Arifin, Islamic Banking...,hlm. 36 – 38.
14
Ibid.,hlm. 33 – 34.

11
4. Alokasi sumberdaya yang optimum
5. Mendistribusikan sumberdaya yang seimbang
6. Pendekatan yang optimis.

Adapun prinsip-prinsip dasar bank syariah menurut Muhammad Syafi’i


Antonio, yaitu:
1. Prinsip Titipan Atau Simpanan (Al-Wadi’ah)
2. Prinsip bagi hasil
a. Al-Musyarakah
b. Al-Mudharabah
c. Al-Muzara’ah
3. Prinsip jual beli
a. Bai’ Al-Murabahah
b. Bai’ As-Salam
c. Bai’ Al-Istishna’
4. Prinsip sewa
a. Al-Ijarah
b. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik
5. Prinsip jasa
a. Al-Wakalah
b. Al-Kafalah
c. Al-Hawalah
d. Ar-Rahn
e. Al-Qardh15

15
M. Syafi’i Antonio,Bank Syariah...,hlm.85-134

12
KESIMPULAN
Perbankan syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana
untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam. Karena
berdasarkan hukum islam, maka bank syariah tidak mengenal sistem bunga
melainkan menggunkan sistem bagi hasil.
Bank syariah pada dasarnya memiliki potensi dan peluang yang luar biasa
besar. Pertumbuhan dari segi aset pun sudah membuktikan bahwa bank syariah
merupakan model bank yang sangat ideal untuk mendorong kemajuan
perekonomian negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arif, Nur Rianto.2012.Lembaga Keuangan Syariah.Jakarta: CV Pustaka Setia.


Ali, Zainudin.2008.Hukum Perbankan Syariah.Jakarta: Sinar Grafika.
Antonio, M. Syafi’i.2011.Bank Syariah dari Teori ke Praktik.Jakarta: Gema Insani
Press.
Marimin, Agus,dkk.2015.Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam Vol. 01 No. 02.
Rifai, Veithzal dan Arviyan Arifin.2009.Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep,
dan Aplikasi.Jakarta: PT Bumi Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai