Pelaporan
Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah Di
Indonesia.
01
Ekonomi & Bisnis Akuntansi D3 190351040 Sendi Gusnandar A., S.E., M.M., Ak., CA
Abstract Kompetensi
Salah satu upaya melestarikan nilai- Mahasiswa memiliki kemampuan
nilai ekonomi Islam dalam aktivitas untuk menjelaskan tentang
nyata masyarakat adalah dengan lembaga keuangan Syariah di
mendirikan lembaga-lembaga Indonesia.
keuangan yang beroperasi
berdasarkan syariah Islam
Pendahuluan
Salah satu upaya melestarikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktivitas nyata masyarakat
adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan syariah
Islam. Dari sekian jenis lembaga keuangan, perbankan merupakan sektor yang paling besar
pengaruhnya dalam aktivitas perkonomian masyarakat modern. Secara umum tujuan utama
bank Islam seharusnya adalah mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi
suatumasyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial dan investasi
sesuai dengan prinsip Islam. Upaya ini tentu saja harus didasari oleh larangan atas bunga
pada setiap transaksi; upaya kemitraan pada semua aktivitas bisnis yang atas dasar
kesetaraan, keadilan dan kejujuran; hanya mencari keuntungan yang sah semata-mata;
pembinaan manajemen keuangan pada masyarakat; mengembangkan kompetisi yang sehat;
menghidupkan lembaga zakat; dan pembentukan ukhuwah (networking) dengan lembaga
keuangan Islam lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.
Hingga awal abad ke-20, bank Islam hanya merupakan obsesi dan diskusi teoritis para
akademisi baik dari bidang hukum (fiqh) maupun bidang ekonomi. Kesadaran bahwa bank
Islam adalah solusi masalah ekonomi untuk mencapai kesejahteraan sosial telah muncul,
namun upaya nyata yang memungkinkan implementasi praktis gagasan tersebut nyaris
tenggelam dalam lautan sistem ekonomi dunia yang tidak bisa melepaskan diri dari bunga.
Walaupun demikian, gagasan tersebut terus berkembang meski secara perlahan. Beberapa uji-
coba terus dilakukan mulai dari bentuk proyek yang sederhana hingga kerjasama yang
berskala besar. Dari upaya ini para pemrakarsa bank Islam dapat memikirkan untuk membuat
infrastruktur sistem perbankan yang bebas bunga.
Beroperasinya Mit Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963 merupakan tonggak
sejarah perkembangan sistem perbankan Islam. Mit Ghamr menyediakan pelayanan dasar
perbankan seperti simpanan, pinjaman, penyertaan modal, investasi lansung, dan pelayanan
sosial. Pengenalan pelayanan sistem perbankan yang berasaskan Islam yang dilakukan Mit
Ghamr mendapat sambutan yang hangat dari penduduk setempat. Hal ini terbukti dari jumlah
nasabah yang pada akhir tahun buku 1963/1964 tercatat sebanyak 17.560 menjadi sebanyak
251.152 pada akhir tahun buku 1966/1967. Jumlah deposit juga meningkat tajam dari LE
‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran
2 Sendi Gusnandar Arnan http://www.widyatama.ac.id
40.944 pada akhir tahun buku 1963/1964 menjadi LE 1.828.375 pada akhir tahun buku
1966/1967. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan ini adalah adanya rasa saling
memiliki di antara masyarakat terhadap sistem ini. Namun sangat disayangkan, karena
munculnya kekacauan politik pada masa itu, Mit Ghamr mulai mengalami kemunduran.
Operasionalnya diambil-alih oleh National Bank of Egypt dan bank sentral Mesir pada
pertengahan akhir 1967. Hasilnya, prinsip dasar peniadaan bunga dalam setiap transaksi bank
mulai diabaikan. Pada tahun 1971, di bawah pemerintahan Anwar Sadat, keinginan yang kuat
untuk mewujudkan sistem perbankan yang bebas bunga kembali menggelora. Hal ini ditandai
dengan didirikannya Nasser Social Bank yang mengambil alih bisnis yang bebas bunga yang
dulu dilaksanakan oleh Mit Ghamr. Walaupun Mit Ghamr sudah berhenti beroperasi sebelum
mencapai kematangan dan menyentuh semua sektor bisnis, keberadaannya telah memberikan
pertanda bagi masyarakat muslim bahwa prinsip-prinsip Islam sangat applicable dalam dunia
bisnis modern. Fenomena ini telah membangunkan para pemikir muslim seluruh dunia.
Mereka mulai mempelajari dan mengkaji sistem operasional yang pernah dilakukan Mit
Ghamr. Kesulitan yang pertama muncul adalah terbatasnya literatur serta guideline hukum
syariah. Di samping itu, kesulitan yang tak kalah pentingnya adalah susahnya menemukan
ahli yang mengerti baik dari sisi syariah maupu dari ilmu ekonomi.
Tonggak sejarah lainnya bagi perkembangan sitem perbankan Islam yaitu dengan
didirikannya Islamic Development Bank (IDB). Pendirian ini melalui proses yang panjang
yang dimulai dari sidang menteri-menteri luar negeri negara-negara OKI di Karachi-Pakistan
pada Desember 1970. Dalam sidang itu delegasi Mesir mengajukan proposal pendirian bank
Islam yang mendapat respon positif dari 18 negara muslim pada waktu itu. Negara-negara itu
setuju untuk mengkaji lebih jauh proposal tersebut. Dalam forum sidang yang sama di
Benghazi-Libya pada Maret 1973, proposal tersebut kembali diagendakan. Sidang akhirnya
memutuskan bahwa OKI harus memiliki badan khusus yang menangani masalah ekonomi
dan keuangan. Pada bulan Juli 1973, komite ahli pendirian bank yang sangat ditunggu-tunggu
berupa anggaran dasar dan anggaran rumahtangga dibahas pada pertemuan kedua mereka
pada Juni 1974. Akhirnya pada Oktober 1975, IDB secara resmi didirikan dengan modal awal
2 miliar dinar atau ekuivalen 2 miliar SDR. Semua negara anggota OKI menjadi anggota
IDB.
Berdirinya IDB telah menjadi inspirasi dan motivasi bagi negara-negara muslim untuk
mendirikan lembaga keuangan Islam. IDB benyak menerima permintaan bantuan untuk
menyiapkan dan mendirikan lembaga-lembaga tersebut. Oleh karena itu komite ahli IDB
Fungsi dan peran bank Islam Berdasarkan filosofis serta tujuan bank Islam maka dirumuskan
fungsi dan peran bank Islam yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi
yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution). Fungsi dan peran tersebut yaitu:
a. Manajer investasi, bank Islam dapat mengelola investasi dana nasabah.
b. Investor, bank Islam dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana
nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyediaan jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank Islam dapat melakukan
kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnyaa institusi perbankan
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai suatu ciri yang melekat pada entitas keuangan
Islam, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola
(menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial
lainnya. Dari fungsi dan peran tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
bank Islam dengan nasabahnya baik sebagai investor maupun pelaksana dari investasi
merupakan hubungan kemitraan, tidak seperti hubungan pada bank konvensional yang
bersifat debitur-kreditur.
Daftar Pustaka
Sri Nurhayati dan Wasilah, 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 4, Jakarta Penerbit
Salemba Empat