PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi islam hakikatnya adalah ekonomi kerakyatan yang terjun langsung ke sektor
rill, dan adanya dispersi pendapatan. Konsep ini sebenarnya sudah jauh diterapkan di Indonesia
dalam bentuk koperasi. Namun, koperasi yang ada di Indonesia mayoritas masih menggunakan
bunga dimana seluruh ulama di dunia telah sepakat, bahwa bunga diqiaskan dengan riba
sehingga hukumnya haram.
Sepanjang akhir dekade ini, banyak lembaga keuangan bermunculan, mulai dari bank, asuransi,
pegadaian, hingga pasar modal dan sebagainya, dengan penawaran produk syariahnya.
Perkembangan lembaga keuangan syariah tidak dapat berjalan dengan lancar apabila tidak
disertai dengan pemahaman yang baik dari masyarakat mengenai lembaga keuangan syariah dan
kemudian pertanyaan yang muncul adalah, sejauh apa perkembangan lembaga keuangan syariah
di Indonesia dalam menawarkan dan memenuhi permintaan produk-produk keuangan berbasis
syariah dan peranannya bagi industi jasa keuangan di Indonesia.
Makalah ini menawarkan keilmuan mengenai lembaga keuangan syariah dan perkembangannya
di Indonesia, sebagai suatu konsep dan teori yang perlu diketahui oleh masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa ekonomi syariah pada khususnya untuk kemudian dapat digunakan
sebagai referensi keilmuan dalam pemahaman dan praktik pada lingkup lembaga keuangan
syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah, “Sejauh mana perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia dan peranannya
bagi industri jasa keuangan di Indonesia?”
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan lembaga keuangan syariah di
Indonesia dan peranannya bagi industri jasa keuangan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Peran dan Fungsi
Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi
keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi,baik sektor usaha,
lembaga pemerintah maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana bagi unit ekonomi
lain.
Fungsi lembaga keuangan dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu dari sisi jasa-jasa penyedia
finansial, kedudukannya dalam sistem perbankan, sistem finansial dan sistem moneter.
[6] Keempat fungsi lembaga keuangan tersebut antara lain:
a. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi jasa-jasa penyedia finansial. Di antara fungsi
lembaga keuangan sebagai penyedia jasa-jasa finansial antara lain: (1) Fungsi tabungan; (2)
Fungsi penyimpan kekayaan; (3) Fungsi transmutasi kekayaan; (4) Fungsi likuiditas; (5) Fungsi
pembiayaan/kredit; (6) Fungsi pembayaran; (7) Fungsi diversifikasi risiko; (8) Fungsi
manajemen portofolio; dan (9) Fungsi kebijakan.[7]
b. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
perbankan. Lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
perbankan berfungsi sebagai bagian yang terintegrasi dari unit-unit yang diberi kuasa atau
memiliki kewenangan dalam mengeluarkan uang giral dan deposito.[8]
c. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem moneter,
yaitu berfungsi untuk menciptakan uang (money).[9]
d. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
finansial, yaitu berfungsi sebagai bagian dari jaringan yang terintegrasi dari seluruh lembaga
keuangan yang ada dalam sistem ekonomi.[10]
Sistem keuangan dijalankan oleh dua lembaga keuanagan, yaitu lembaga keuangan syariaah
yang berbentuk bank, dan lembaga keuangan yang berbentuk nonbank.
1. Lembaga keuangan syariah yang berbentuk Bank :Lembaga keuangan yang berbentuk
bank, merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha
keuangan yang dilakukan untuk menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan/ kredit
untuk melakukan usaha menghimpun dana dari msayarakat luas dalam bentuk
simpanan(Bank bri syariah,bank mega syariah) Sedangkan dalam pembinaan dan
pengawasan yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah itu dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional
MUI.
2. Lembaga keunagan berbentuk Nonbank:lembaga keuangan usaha bank yg tidak menerima dana
dari masyarakat dalam berbentuk giro jasa-jasa yaitu memberikan pinjaman dengan kegiatan
menghimpun dana(giro dan deposito). Sedangkan lembaga Nonbank secara operasional dibina dan
diawasi oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia(BCA).
a) Bank Umum Syari’ah
Bank umum syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatanya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Bank umum syariah merupakan bank yang bertugas untuk
melayani segenap masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga
lainya. Bank umum syariah dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa.
Bank devisa adanlah bank yang dapat melakasanakan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri,
inkaso ke luar negeri, dan pembukaan letter of credit, dan sebagainya.
A. Kesimpulan
Perkembangan perbankan syariah menurut data Bank Indonesia mengalami kemajuan yang
spektakuler. Demikian pula lembaga asuransi syariah, perkembangannya di Indonesia
merupakan yang paling cepat di dunia. Hanya Indonesia satu-satunya negara yang memiliki
138 lembaga asuransi syariah, dan hanya Indonesia yang memiliki 5 lembaga reasuransi
syariah. Di negara manapun biasanya hanya ada satu lembaga reasuransi syariah. Jumlah
BMT juga telah lebih dari 5.000 lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia.
Perkembangan perbankan syariah yang impresif hingga mencapai rata-rata pertumbuhan
aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir. Tidak heran peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.
Lahirnya UU Perbankan Syariah mendorong peningkatan jumlah Bank Umum Syariah
(BUS).
OJK mengharapkan Roadmap Perbankan Syariah Indonesia (RPSI) menjadi panduan arah
pengembangan sektor keuangan syariah. RPSI berisikan inisiatif strategis untuk mencapai
sasaran pengembangan yang ditetapkan OJK. Hasil awal terlihat pada tahun 2015, industri
perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah yang dimiliki
oleh Bank Umum Konvensional dan 162 BPRS dengan total aset sebesar Rp. 273,494
Triliun dengan pangsa pasar 4,61%.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Y. Sri Susilo, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2000),
h. 2.
[2] Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), Edisi Keempat, h. 5
[3] Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2008), h.2
[4] Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Grup,
2009), h.29.
[5] Veithzal Rifai, dkk., Bank and Financial Institution Management, ((Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h.20
[6] Frianto Pandia, dkk., Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet I, 2005), h. 1
[7] Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga., h.2
[8] Andri Soemitra, Bank dan., h.33
[9] Ibid, h.34
[10] Ibid.
[11] Muhammad Iqbal, Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah Modern,
http://ekonomiislam.id/sejarah-perkembangan-perbankan-syariah-modern/, diakses pada 20
Juli 2017.
[12] Ibid.
[13] Muhammad Reksa Pasha, Jejak Sejarah Keuangan di Indonesia,
https://blog.syarq.com/kemajuan-perbankan-syariah-indonesia-898f492916e1, diakses pada
21 Juli 2017.
[14] Ibid.
[15] Ahmad Tantowi, Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah,
http://kawansekawan.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-lembaga-keuangan-
syariah.html, diakses pada 21 Juli 2017.
[16] Ibid.
[17] Sumber data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tahun 2017, www.ojk.go.id., diakses pada
21 Juli 2017
[18] Muhammad Reksa Pasha, Jejak Sejarah., diakses pada 21 Juli 2017.
[19] Sumber data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tahun 2017, www.ojk.go.id., diakses pada
21 Juli 2017
[20] Wikipedia Indonesia, Korporat, https://id.wikipedia.org/wiki/Korporat, diakses pada 21
Juli 2017
[21] Ahmad Huzaifi, Implementasi Good Corporate Governance di Perbankan Syariah,
Makalah, (Universitas Darussalam Gontor, 2014).
[22] Ibid.