Anda di halaman 1dari 19

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL

MAKALAH METODE PENELITIAN EKONOMI


Dosen Pengampuh: Dr. Awaluddin, M.Si

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah


Pada Prodi Ekonomi Syariah Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar

Disusun Oleh:

Inchi Safitri (80500222016)


Muhammad Al Hafiz (80500222035)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3

A. Pengertian lembaga keuangan syariah dan konvensional............................................. 3


B. Jenis-jenis lembaga keuangan syariah dan konvensional............................................. 4
C. Fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional................................................... 8
D. Prinsip operasional lembaga keuangan syariah dan konvensional............................... 10
E. Perbandingan system lembaga keuangan syariah dan konvensional............................ 11
F. Jenis-jenis akad dalam lembaga keuangan syariah dan konvensional.......................... 12

BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 16

A. Kesimpulan................................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 17

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
System keuangan merupakan tatanan perekoomian dalam suatu negara yang berperan
untuk melakukan aktivitas ekonomi dalam berbagai jasa keuangan yang diselenggarakan oleh
lembaga keuangan. Lembaga keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam
perekonimian. Dengan lembaga keuangan, berbagai aktivtas perekonomian dapat dikelola
dengan baik dan terstruktur. Perkembangan ekonomi di Indonesia salah satunya dapat dilihat
melalui munculnya lembaga-lembaga keuangan terutama pada sector perbankan.padaawal
perkembangannya, lembaga-lembaga keuangan yang ada di Indonesia berbasis konvensional
yang bersistem bunga dengan orientasi mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
System bunga inilah yang menjadi sebab melemahnya perbankan pada krisis moneter tahun
1998. Bank-bank konvensional mulai bangkrut karena tingginya suku bunga pinjaman.
Bank konvesional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan yang
terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi yang digunakan,
syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan, laporan keuangan dan sebagainya. Hal
mendasar yang membedakan antara bank konvensional dan bank syariah adalah terletak pada
pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga
keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan
operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan
bunga atas penggunaan dana dan pinjaman.
Fenomena bangkrutnya bank konvensional ini tidak berlaku bagi pelaku usaha yang
menggunakan dana dari bank syariah. Para pengusaha tidak perlu membayar bunga hingga
puluhan persen karena bank syariah menggunakan system bagi hasil, bukan bunga.
Fenomena inilah yang akhirnya menjadikan bank syariah sorotan bagi masyarakat yang ingin
terhindar dari bunga yang sejatinya merugikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lembaga keuangan syariah dan konvensional?
2. Apa saja jenis-jenis lembaga keuangan syariah dan konvensional?
3. Apa fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional

1
2

4. Bagaimana prinsip operasional lembaga keuangan syariah dan konvensional?


5. Bagaimana perbandingan system lembaga keuangan syariah dan konvensional?
6. Apa jenis-jenis akad dalam lembaga keuangan syariah dan konvensional?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga keuangan syariah dan konvensional?
2. Untuk mengetahui jenis-jenis lembaga keuangan syariah dan konvensional?
3. Untuk mengetahui fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional
4. Untuk mengetahui prinsip operasional lembaga keuangan syariah dan konvensional?
5. Untuk mengetahui perbandingan system lembaga keuangan syariah dan konvensional?
6. Untuk mengetahui jenis-jenis akad dalam lembaga keuangan syariah dan konvensional?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian lembaga keuangan syariah dan konvensional


1. Lembaga keuangan syariah
Lembaga keuangan syariah merupakan suatu lembaga yang usahanya bergerak
dibidang jasa keuangan yang berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yaitu prinsip
yang menghilangkan unsur-unsur yang dilarang dalam Islam, kemudian
menggantikannya dengan akad-akad tradisonal Islam atau lazim disebut dengan prinsip
syariah. Lembaga keuangan syariah merupakan system norma yang didasarkan ajaran
Islam.
Lembaga keuangan syariah lebih mengedepankan bagi hasil dan beberapa akad
muamalah. Lembaga keuangan ini pada prinsipnya berperan sebagai lembaga
intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Lembaga
keuangan ini memiliki peran yang strategis untuk menggerakkan sector perekonomian.
Karena adanya lembaga keuangan ini pihak-pihak yang kekurangan dana tetap memiliki
peluang untuk mengembangkan usahanya dan terbantu dengan kehadiran lembaga
keuangan.1
Perkembangan ban dan lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami
peningkatan baik dari segi kuantitas maupun jenisnya. Perbankan syariah yang mulai
beroperasi di Indonesia pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat dan disusul
dengan Asuransi Syariah Takaful pada tahun 1994. Kedua lembaga keuangan syariah
tersebut bisa dikatakan sebagai pionir tumbunya bisnis syariah di Indonesia.
2. Lembaga keuangan konvensional
Lembaga keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang asset
utamanya berbentuk asset keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa saham,
obligasi, dan pinjaman yang berbentuk aktiva rill seperti bangunan, perlengkapan dan
bahan baku. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok-
pokok perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui
kegiatan-kegiatan dibidang keuangan menarik uang dari masyarakat dan menyalurkan

1
Nony Afrianty, Desi Isnain dan Amimah Oktarani, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 2

3
4

kembali uang tersebut kembali ke masyarakat. Dari pengertian diatas dapat diketahui
bahwa lembaga keuangan adalah tempat transformasi atau perpindahan dana dari pihak
yang mengalami kelebihan dana (surplus of funds) kepada pihak yang mengalami
kekurangan dana (deficit of funds).2

B. Jenis-jenis lembaga keuangan syariah dan konvensional


Pada dasarnya baik itu lembaga keuangan syariah maupun lembaga keuangan
konvensional secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan
bank dan non-bank. Keduanya memiliki fungsi dan kelembagaan yang berbeda. Lembaga
keuangan bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan dengan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Adapun lembaga keuangan non-bank
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung
atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan
menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai investasi perusahaan. Adapun
lembaga keuangan syariah dan konvensional dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Lembaga keuangan syariah
a. Lembaga keuangan bank
1) Bank umum syariah (BUS)
Bank umum syariah merupakan bank yang menajlankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah. Secara filosofis bank syariah adalah
bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba.
2) Bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS)
BPRS syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariha, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sama seperti BPR konvensioal, BPRS
kegiatannya jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank umum,
karena BPRS dilarang menerima giro, kegiatan valas dan perasuransian.3

2
Roifatus Syauqoti dan Mohammad ghozali, Analisis Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga Keuangan
Konvensional, hal. 16
3
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/Pages/Daftar-Alamat-Kantor-Pusat-
BPRS.aspx#:~:text=Sesuai%20fungsinya%2C%20BPRS%20adalah%20bank,jasa%20dalam%20lalu%2Dlintas
%20pembayaran.
5

b. Lembaga keuangan non bank


1) Baitul Maal wa al-Tamwil (BMT)
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu
yang isimya berintikan bayt al-maal wa at-tamwil dengankegiatan
megembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat menerima titipan zakat, infaq dan
sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.4
2) Pegadaian syariah
Pegadaian syariah merupakan suatu wadah untuk menjaminkan barang
dengan dasar syariat Islam. Secara terminology gadai adalah pinjam
meminjam uang dengan menyerahkan barang dan batas waktu. Bila telah
sampai waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak orang yang memberi
pinjaman. Gadai dalam bahasa Arab disebut Ar-Rahn. Adapun rahm menurut
ulama Syafi’iyah adalah menjadikan barang sebagai jaminan utang yang dapat
dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidakbisa membayar
utangnya itu.
3) Asuransi syariah
Asuransi syariah merupakan usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk
asset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan
syariah.
4) Pasar modal syariah
Pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi

4
Ficha Melina, Pembiayaan Murabahah di Baitul Maal wat Tamwil, Jurnal Tabarru’: Islamic banking and
finance Vol.3 No. 2. 2020. Hal.271
6

ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang oleh syariat seperti unsur riba,
perjudian, bersifat spekulasi dan lain-lain.5
5) Dana pensiun syariah
Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan dana
syariah di Indonesia, secara lambat tapi pasti juga mendorong perkembangan
dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Hingga saat ini
dana pensiun syariah berkembang pada DPLK yang dilaksanakan oleh
beberapa bank dan asuransi syariah.
6) Lembaga zakat
Lembaga zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang dierima dari
muzakki, baik perorangan maupun badan usaha dimana penerimaan zakat
tersebut sesuai dengan kaidah Islam yang berlaku atau amil yang menerima
zakat, baik zakat fitrah maupun zakat harta. Lembaga zakat juga merupakan
salah satu lembaga yang berperan untuk menerima zakat atau
mendistribusikan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dan (muzakki)
kepada pihak yang kekurangan dana (mustahik).6
7) Lembaga wakaf
Wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan
dengan jalan menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli) lalu menjadikan
manfaatnya berlaku uum. Adapun tahbisul ashli adalah menahan barang yang
diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan,
disewakan, dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah
menggunakan sesuai dengan kehendak wakif tanpa imbalan. Badan wakaf
Indonesia adalah lembaga Negara yang independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang
dibentuk dengan tujuan mengembangkan dan memajukan perwakafan di
Indonesia.7

5
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 152-153
6
Holil, Lembaga Zakat dan Peranannya dalam Ekuitas Ekonomi Sosial dan Distribusi, Jurnal Ekonomi Islam
Vol. 10 No. 1 2019, hal. 14
7
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 274
7

2. Lembaga keuangan konvensional


a. Lembaga keuangan bank
1) Bank central
Bank central adalah badan milik pemerintah yang bertugas mengatur,
menjaga dan memelihara kestabilan mata uang negaranya, membimbing
pelaksanaan kebijakan moneter, serta mengkoordinasi, membina dan
mengawasi semua perbankan.
2) Bank umum (BU)
Bank umum adalah lembaga yang menjalankan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
3) Bank pengkreditan rakyat (BPR)
Bank pengkreditan rakyat adalah lembaga keuangan bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
b. Lembaga keungan non-bank
1) Modal ventura
Modal ventura adalah badan usaha yang melakukanusaha pembiayaan
dalam bentuk penyertaan modal dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
2) Anjak piutang
Anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan
piutang dan tagihan jangka pendek suatu perusahaan (debitur) dari transaksi
perdagangan didalam atau diluar negeri.
3) Asuransi
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan panggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
8

timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggall atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
4) Dana pensiun
Dana pensiun merupakan suatau lembaga atau badan hukum yang
mengelola program pensiun dengan tujuan untuk memberikan kesejahteraan
kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun.8
5) Pegadaian
Pegadaian adalah lembaga yang memberikan pinjaman kepada
masyarakat dengan menahan suatu barang sebagai jaminan pinjaman.
6) Pasar modal
Pasar modala adalah pasar yang memperjualbelikan berbagai
instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk utang
maupun modal sendiri yang dierbitkan oleh perusahaan swasta.
7) Pasar uang
Pasar uang adalah sarana yang menyediakan pembiayaan jangka
pendek (kurang dari satu tahun), pasar uang tidak mempunyai tempat fisik
seperti pasar uang.
8) Reksa dana
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh maneger investasi. Portofolio efek seperti saham, obligasi, instrument
pasar uang, deposito, uang kas dan lain-lain.

C. Fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional


Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi
keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses menyerapan dana dari uit surplus
ekonomi, baik sector usaha, lembaga pemerintah, maupun individu (rumah tangga) untuk
pentediaan dana bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan
pengalihan dana dari unit surplus ke unit ekonomi defisit.

8
Enceng Lip Syaripudin dan Deni Konkon Furkony, Perbedaan Antara Sistem Keuangan Islam dan
Konvensional, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnin Bank, Vol. 4 No. 2, 2020, Hal. 261-262
9

Peran dan fungsi lembaga keuangan syariah diantaranya memenuhi kebutuhan


masyarakat akan dana sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah mislanya mengonsumsi suatau barang, tambahan modal
kerja, mendapatkan manfaat atau nilai guna suatu barang, atau bahkan permodalan awal
bagi seseorang yang mempunyai usaha pros[ektf namun padanya tidak memiliki
permodalan berupa keuangan yang memadai. Secara terperinci fungsi lembaga keuangan
syariah yaitu:
1. Pengalihan asset (asset transmutasion)
Bank dan lembaga keuangan non-bank akan memberikan pinjaman kepada
pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2. Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan non-bank memberikan berbagai kemudahan
kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.
3. Likuidutas (liquidity)
Unit surplus dapat menepatkan dana yang dimiliki dalam bentuk produk-
produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya.
4. Efesiensi (efficiency)
Bank dan lembaga non-bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan
jangkauan pelayanan. Peranan bank dan lembaga keuangan nonbank sebagai broker
yaitu mempertemukan pemiliki dan pengelola modal. Lembaga keuangan
mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.9
Adapun fungsi lembaga keuangan kovensional antara lain.
1. Penghimpunan dana
Lembaga keuangan mengeluarkan berbagai macam dokumen berharga seperti
saham obligasi dan klaim keuangan lainnya. Dengan fungsi ini masyarakat dapat
menyimpan dana mereka secara lebih aman serta minim resiko. Lembaga keuangan
juga menyediakan leyanan seperti tabungan, deposito, giro, maupun kredit.
Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dana jangka pendek dan jangka panjang.

9
Nony Afrianty, Desi Isnain dan Amimah Oktarani, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 5
10

2. Penyalur dana
Lembaga keuangan dapat menyalurkan dana agar masyarakat dapat
menggunakannya untuk berbagai keperluan. Melalui fungsi inilah lembaga keuangan
dapat mengelola serta mengembangkan dana yang sudah terhimpun dari masyarakat.
3. Pemberi pinjaman
Sebagai badan usaha yang memberikan pinjaman kepada masyarakat, terutama
lembaga keuangan bukan bank, seperti pegadaian. Pemberian pinjaman biasanya
disertai jaminan.
4. Mempermudah kegiatan transaksi
Lembaga keuangan dapat mempermudah kegiatan transaksi. Segala kegiatan
yang berhubungan dengan finansial menjadi lebih mudah dan praktis. Di era digital
seperti saat ini, banyak institusi keuangan yang melakukan inovasi terutama dalam
alproduk pelayanan. Transaksi keuangan jadi lebih mudah dengan fitur-fitur yang
semakin canggih.
5. Fungsi likuiditas
Lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga yang mampu menyediakan
uang cash diwaktu yang tepat bagi masyarakat saat dibutuhkan
6. Pemindah asset
Lembaga keuangan dapat berfungsi sebagai pemindah asset. Caranya adalah
dengan memberikan pinjaman sejumlah dana kepada pihak lain agar dikelola dalam
jangka waktu tertentu.10

D. Prinsip operasional lembaga keuangan syariah dan konvensional


1. Keadilan, merupakan prnsip berbagi atas keuntungan penjualan yang sebenar-
benarnya berdasarkan kontribusi serta resiko dari setiap pihak.
2. Kemitraan, adalah prinsip dimana kesetaraan antara masing-masing pihak yang
terlibat didalam kerjasama tersebut. Posisi dari nasabah investor (penyimpan dana),
serta penggunaan dana, dan lembaga keuangan itu sejajar sebagai mitra usaha dan
saling bersinergi agar dapat memperoleh sebuah keuntungan.

10
Yandi M. Rofiyandi, http://katadata.co.id/amp/redaksi/ekonopedia/62c50d762d6/defenisi-lembaga-
keuangan-apa-saja-fungsi-jenis-dan-manfaatnya, 2022
11

3. Transparansi, merupakan lembaga keuangan syariah yang mana harus memberikan


sebuah laporan keuangan berkesinambungaan kepada pihak nasabah investor atau
setiap pihak yang didalamnya supaya dapat mengetahui kondisi nyata dari dana dan
harus dilakukan secara terbuka.
4. Universal, ialah sebuah prinsip keharusan dari lembaga keuangan syariah untuk
memberikan, ras, suku serta golongan masyarakat dalam pemberian layanan harus
sesuai prinsip Islam.11
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam lembaga keuangan syariah adalah
transaksi bebas maysir, gharar dan riba menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan
yang berbasis perolehan keuntungan yang sah menurut syariat, serta menyalurkan zakat,
infaq dan sedekah.
Pada dasarnya perbedaan prinsip operasional lembaga keuangan syariah dan
lembaga keuangan konvensional yaitu penerapan suku bunga dan perjanjian umum yang
berdasarkan pada aturan nasional yang berlaku. Dalam hal ini, akad antara pihak bank
dan pihak nasabah dilakukan sesuai dengan kesepakatan jumlah suku bunga.12

E. Perbandingan system lembaga keuangan syariah dan konvensional


1. Investasi
Dalam lembaga keuangan syariah investasi hanya untuk proyek dan produk
yang halal serta menguntungkan. Sedangkan pada lembaga keuangan konvensional
tidak mempertimbangkan halal atau haram proyek yang dibiayai untuk memperoleh
keuntungan.
2. Return
Dalam lembaga keuangan syariah, return yang dibayar dan/atau diterima
berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsil syariah.
Sedangkan pada lembaga keuangan konvensional, return yang dibayar kepada
nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana
berupa bunga.

11
Alvi Khikmatin dan Putri Setianingsih, Analisis Peluang dan Tantangan Lembaga Keuangan Syariah
dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Terhadap Lembaga Keuangan Konvensional di Idonesia, Jurnal Al-Iqtishod
Vol.3 No. 1, 2021, hal. 55
12
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-perbedaan-bank-syariah-dan-bank-
konvensional
12

3. Perjanjian
Pada lembaga keuangan syariah perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai
dengan syariat Islam. Sedangkan lembaga keuangan konvensional, perjanjian
menggunakan hukum positif.
4. Orientasi pembiayaan
Orientasi pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah tidak hanya untuk
keuntungan akan tetapi falah oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan orientasi pembiayaan dalam lembaga keuangan konvensional
memperoleh keuntungan atas dan yang dipinjamkan.
5. Hubungan antar nasabah dan bank
Dalam lembaga keuangan syariah hubungan antar nasabah dan bank adalah
mitra sedangkan lembaga keuangan syraiah hubungan antara nasabah dan bank
adalah kreditur dan debitur.
6. Pengawasan
Pengawasan dalam lembaga keuangan syariah terdiri dari Bank Indonesia
(BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bapepam, Komisaris, Dewan Syariah Nasional
(DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sedangkan pengawasan dalam lembaga
keuangan konvensional terdiri dari BI, OJK, Bapepam dan Komisaris.
7. Penyelesaian sengketa
Dalam lembaga keuangan syariah penyelesaian sengketa diupayakan
penyelesaiannya secara musyawarah antara bank dan nasabah melalui Badan
Arbitrase Syariah Nasional dan Pengadilan Agama. Sedangkan dalam lembaga
keuangan konvensional penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat.13

F. Jenis-jenis akad dalam lembaga keuangan syariah dan konvensional


Dalam lembaga keuangan syariah, akad adalah kesepakatan tertulis antara
lembaga keuangan dan pihak yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-
masing pihak sesuai dengan prinsip syariah. Berikut ini dijelaskan beberapa istilah akad
yang umum digunakan dalam lembaga keuangan syariah.

13
Roifatus Syauqoti dan Mohammad ghozali, Analisis Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga Keuangan
Konvensional, hal. 26
13

1. Al-wadiah
Al-wadiah secara umum dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak
kepihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Penerima titipan boleh
mengambil upah tertentu sebagai biaya pemeliharaan atas barang tersebut. Atau
barang tersebut boleh dimanfaatkan sepanjang tidak merusak.
2. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama suatau usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama menyediakan seluruhmodal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak. Bila terjadi kerugian, kerugian materi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian tersebut bukan akibat kelalaian si pengelolah, sedangkan pengelolah sudah
menanggung kerugian waktu dan tenaga.
3. Al-Musyarakah
Dalam system ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu. Pada pihak yang bekerja sama masing-masing memberikan kontribusi
modal dengan persentase yang disepakati. Keuntungan ataupun resiko usaha tersebut
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan atau persentase modal masing-
masing.
4. Al-Murabahah
Dalam system ini terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang nilainya seharusnya disepakati kedua belah pihak. Dalam
skema awal, penjual diharuskan memberi tahu harga pokok produk yang ingin dijual
dan kemudian menentukan jumlah keuntungan yang diinginkan. Dalam praktik LKS
di Indonesia, skema ini sangat umum diterapkan sebagai pembiayaan dalam jual beli
rumah, mobil, dan asset-aset lainnya dengan istilah murabahah.
5. Al-Muzara’ah
Akad muzara’ah biasa digunakan dalam bidang pertanian, yaitu kerjasama
pengelolah pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan
14

memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanamai dan pemelihara


mendapat persentase bagi hasil.14
6. Al-Bai’
Al-Bai’ atau jual beli merupakan suatu kegiatan memindahkan hak milik
terhadap suatu benda dengan akad saling mengganti dengan sesuatu yang lain.
7. Al-Qard
Merupakan suatau akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa
nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada lembaga keuangan
syariah pada waktu yang telah disepakati antara nasabah dan lembaga keuangan
syariah.
8. Al-Ijarah
Al-Ijarah adalah akad yang memindahkan manfaat (hak guna) pada suatu
barang ataupun jasa dengan kurun waktu tertentu dengan membayar sewa atau upah,
tanpa disertai pemindahan hak kepemilikan barang atau jasa tersebut.
9. Al-Wakalah
Akad Al-Wakalah atau pemberian hak kuasa merupakan sebuah ungkapan atau
pemberian hak kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) agar dapat
melakukan suatu pekerjaan yang telah ditentukan oleh pemberi hak kuasa.
10. Al-Kafalah
Al-Kafalah diartikan sebagai pemberian jaminan yang berasal dari
penganggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban dari pihak
kedua atau yang diberikan tanggungan,al-kafalah dalam pengertian lain yakni
pengalihan tanggung jawab seseorang dengan jaminan yang diberikan orang lain
sebagai pihak yang bertanggung jawab sebagai penjamin.
11. Ar-rahn
Ar-rahn diartikan sebagai bentuk menahan harta milik seseorang yang
berkedudukan sebagai bentuk peminjam sebagai bentuk jaminan atas pinjaman yang
dilakukan dengan ketentuan jaminan tersebut memiliki nilai ekonomis.
Adapun jenis-jenis akad yang digunakan dalam lembaga keuangan konvensional
antara lain:

14
Agus Alimuddin, Bentuk Akad-akad Bernama di Lembaga Keuangan Syariah, hal. 77-89
15

1. Hutang piutang
Hutang piutang merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu barang dalam jumlah tertentu dan habis
karena pemakaian, dengan syarat bahwa akan mengembalikan sejumlah yang sama
dan keadaan yang sama pula.
2. Penitipan
Penitipan adalah terjadi apabila seorang menerima suatu barang dari orang
lain, denga syarat ia akan menyimpannya dan mengembalikannyya dalam wujud
asalnya.
3. Pemberian kuasa
Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan yang mana seseorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.
4. Jual beli
Jual beli merupakan suatu kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam hal
ini terjadi kesepakatan yang saling mengikat antara penjual sebagai pihak yang
menyerahkan barang dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang
dijual.15

15
Trisadini P. Usanti dan Abd.Shomad, Hukum Perbankan, hal. 32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah merupakan suatu lembaga yang usahanya bergerak
dibidang jasa keuangan yang berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan lembaga keuangan
konvensional adalah suatu badan usaha yang asset utamanya berbentuk asset keuangan
maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa saham, obligasi, dan pinjaman yang berbentuk
aktiva rill seperti bangunan, perlengkapan dan bahan baku.
Pada dasarnya baik itu lembaga keuangan syariah maupun lembaga keuangan
konvensional secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank
dan non-bank. Lembaga keuangan syariah terdiri dari Bank umum syariah, Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Pegadaian syariah, Asuransi
syariah, Pasar modal syariah, Dana pensiun syariah, Lembaga zakat dan lembaga Wakaf.
Sedangkang lembaga keuangan konvensioanl terdiri dari Bank central, Bank umum, Bank
pengkreditan rakyat, Modal ventura, Anjak piutang, Asuransi, Dana pensiun, pagadaian,
pasar modal, pasar uang dan reksa dana
Adapaun fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional yaitu sebagai
pengalihan asset, transaksi, likuiditas, dan efesiensi. Sedangkan lembaga keuangan
konvensional berfungsi untuk penghimpunan dana, penyaluran dana, pemberi pinjaman,
mempermudah kegiatan transaksi, fungsi likuiditas dan pemindahan asset. Perbandingan
system lembaga keuangan syariah dan konvensional dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya investasi, return, perjanjian, orientasi pembiayaan, hubungan antar nasabah dan
bank, pengawasan dan penyelesaian sengketa. Jenis-jenis akad yang digunakan
dalamlembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional antara lain: lembaga
keungan syariah terdiri dari Al-Wadiah, Al-Mudharabah, Al-Musyarakah dan lain-lain.
Sedangkan akad dalam lembaga keuangan konvensional terdiri dari akad hutang piutang,
penitipan dan sebagainya

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak hal yang
menjadikan makalah ini sempurna sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu kritikan yang
sifatnya membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi kelengkapan isi makalah ini agar
menajdi makalah yang kompleks dan dapat membantu para pembaca dalam menjadikan
makalah ini sebagai sumber refensi untuk pemenuhan tugas ataupun menambah wawasan.
Kurang dan lebihnya kami memohon maaf semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan keilmuan kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, A. (2020). Bentuk Akad-akad Bernama di Lembaga Keuangan Syariah. Journal of


Islamic Economic and Business, Vol.2 No.2.

Arif, M. N. (2012). Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis. Bandung: CV
Pustaka Setia.

Furkony, E. L. (2020). Perbedaan antara Sistem Keuangan Islam dan Konvensioanl. Jurnal
Ekonomi Syariah dan Bisnis Bank, Vol. 4 No. 2.

Ghozali, R. S. (2018). Analisis Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga Keuangan


Konvensional. Jurnal Iqtishoduna, Vol.14 No. 1.

Holil. (2019). Lembaga Zakat dan Peranannya dalam Ekuitas Ekonomi Sosial dan Distribusi.
Jurnal Ekonomi Islam.

https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-perbedaan-bank-
syariah-dan-bank-konvensional

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/Pages/Daftar-Alamat-
Kantor-Pusat-BPRS.aspx#:~:text=Sesuai%20fungsinya%2C%20BPRS%20adalah
%20bank,jasa%20dalam%20lalu%2Dlintas%20pembayaran.

Melina, F. (2020). Pembiayaan Murabahah di Baitul Maal wat Tamwil. Jurnal Tabarru': Islamic
Banking and Finance, Vol. 3 No. 2.

Nonie Afrianty, D. d. (2020). Lembaga Keuangan Syariah. Bengkulu: CV.Zigie Utama.

Setianingsih, A. K. (2021). Analisis Peluang dan Tantangan Lembaga Keuangan Syariah dala
Upaya Meningkatkan Daya Saing terhadap Lembaga Keuangan Konvensional di
Indonesia. Jurnal Iqtishod, Vol. 3 No. 1.

Shomad, T. P. (2016). Hukum Perbankan. Jakarta: Kencana.

Yandi M. Rofiyandi,http://katadata.co.id/amp/redaksi/ekonopedia/62c50d762d6/
defenisi-lembaga-keuangan-apa-saja-fungsi-jenis-dan-manfaatnya, 2022

17

Anda mungkin juga menyukai