Disusun Oleh:
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Kesimpulan................................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 17
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
System keuangan merupakan tatanan perekoomian dalam suatu negara yang berperan
untuk melakukan aktivitas ekonomi dalam berbagai jasa keuangan yang diselenggarakan oleh
lembaga keuangan. Lembaga keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam
perekonimian. Dengan lembaga keuangan, berbagai aktivtas perekonomian dapat dikelola
dengan baik dan terstruktur. Perkembangan ekonomi di Indonesia salah satunya dapat dilihat
melalui munculnya lembaga-lembaga keuangan terutama pada sector perbankan.padaawal
perkembangannya, lembaga-lembaga keuangan yang ada di Indonesia berbasis konvensional
yang bersistem bunga dengan orientasi mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
System bunga inilah yang menjadi sebab melemahnya perbankan pada krisis moneter tahun
1998. Bank-bank konvensional mulai bangkrut karena tingginya suku bunga pinjaman.
Bank konvesional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan yang
terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi yang digunakan,
syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan, laporan keuangan dan sebagainya. Hal
mendasar yang membedakan antara bank konvensional dan bank syariah adalah terletak pada
pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga
keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan
operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan
bunga atas penggunaan dana dan pinjaman.
Fenomena bangkrutnya bank konvensional ini tidak berlaku bagi pelaku usaha yang
menggunakan dana dari bank syariah. Para pengusaha tidak perlu membayar bunga hingga
puluhan persen karena bank syariah menggunakan system bagi hasil, bukan bunga.
Fenomena inilah yang akhirnya menjadikan bank syariah sorotan bagi masyarakat yang ingin
terhindar dari bunga yang sejatinya merugikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lembaga keuangan syariah dan konvensional?
2. Apa saja jenis-jenis lembaga keuangan syariah dan konvensional?
3. Apa fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga keuangan syariah dan konvensional?
2. Untuk mengetahui jenis-jenis lembaga keuangan syariah dan konvensional?
3. Untuk mengetahui fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional
4. Untuk mengetahui prinsip operasional lembaga keuangan syariah dan konvensional?
5. Untuk mengetahui perbandingan system lembaga keuangan syariah dan konvensional?
6. Untuk mengetahui jenis-jenis akad dalam lembaga keuangan syariah dan konvensional?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nony Afrianty, Desi Isnain dan Amimah Oktarani, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 2
3
4
kembali uang tersebut kembali ke masyarakat. Dari pengertian diatas dapat diketahui
bahwa lembaga keuangan adalah tempat transformasi atau perpindahan dana dari pihak
yang mengalami kelebihan dana (surplus of funds) kepada pihak yang mengalami
kekurangan dana (deficit of funds).2
2
Roifatus Syauqoti dan Mohammad ghozali, Analisis Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga Keuangan
Konvensional, hal. 16
3
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/Pages/Daftar-Alamat-Kantor-Pusat-
BPRS.aspx#:~:text=Sesuai%20fungsinya%2C%20BPRS%20adalah%20bank,jasa%20dalam%20lalu%2Dlintas
%20pembayaran.
5
4
Ficha Melina, Pembiayaan Murabahah di Baitul Maal wat Tamwil, Jurnal Tabarru’: Islamic banking and
finance Vol.3 No. 2. 2020. Hal.271
6
ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang oleh syariat seperti unsur riba,
perjudian, bersifat spekulasi dan lain-lain.5
5) Dana pensiun syariah
Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan dana
syariah di Indonesia, secara lambat tapi pasti juga mendorong perkembangan
dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Hingga saat ini
dana pensiun syariah berkembang pada DPLK yang dilaksanakan oleh
beberapa bank dan asuransi syariah.
6) Lembaga zakat
Lembaga zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang dierima dari
muzakki, baik perorangan maupun badan usaha dimana penerimaan zakat
tersebut sesuai dengan kaidah Islam yang berlaku atau amil yang menerima
zakat, baik zakat fitrah maupun zakat harta. Lembaga zakat juga merupakan
salah satu lembaga yang berperan untuk menerima zakat atau
mendistribusikan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dan (muzakki)
kepada pihak yang kekurangan dana (mustahik).6
7) Lembaga wakaf
Wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan
dengan jalan menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli) lalu menjadikan
manfaatnya berlaku uum. Adapun tahbisul ashli adalah menahan barang yang
diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan,
disewakan, dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah
menggunakan sesuai dengan kehendak wakif tanpa imbalan. Badan wakaf
Indonesia adalah lembaga Negara yang independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang
dibentuk dengan tujuan mengembangkan dan memajukan perwakafan di
Indonesia.7
5
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 152-153
6
Holil, Lembaga Zakat dan Peranannya dalam Ekuitas Ekonomi Sosial dan Distribusi, Jurnal Ekonomi Islam
Vol. 10 No. 1 2019, hal. 14
7
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 274
7
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggall atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
4) Dana pensiun
Dana pensiun merupakan suatau lembaga atau badan hukum yang
mengelola program pensiun dengan tujuan untuk memberikan kesejahteraan
kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun.8
5) Pegadaian
Pegadaian adalah lembaga yang memberikan pinjaman kepada
masyarakat dengan menahan suatu barang sebagai jaminan pinjaman.
6) Pasar modal
Pasar modala adalah pasar yang memperjualbelikan berbagai
instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk utang
maupun modal sendiri yang dierbitkan oleh perusahaan swasta.
7) Pasar uang
Pasar uang adalah sarana yang menyediakan pembiayaan jangka
pendek (kurang dari satu tahun), pasar uang tidak mempunyai tempat fisik
seperti pasar uang.
8) Reksa dana
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh maneger investasi. Portofolio efek seperti saham, obligasi, instrument
pasar uang, deposito, uang kas dan lain-lain.
8
Enceng Lip Syaripudin dan Deni Konkon Furkony, Perbedaan Antara Sistem Keuangan Islam dan
Konvensional, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnin Bank, Vol. 4 No. 2, 2020, Hal. 261-262
9
9
Nony Afrianty, Desi Isnain dan Amimah Oktarani, Lembaga Keuangan Syariah, hal. 5
10
2. Penyalur dana
Lembaga keuangan dapat menyalurkan dana agar masyarakat dapat
menggunakannya untuk berbagai keperluan. Melalui fungsi inilah lembaga keuangan
dapat mengelola serta mengembangkan dana yang sudah terhimpun dari masyarakat.
3. Pemberi pinjaman
Sebagai badan usaha yang memberikan pinjaman kepada masyarakat, terutama
lembaga keuangan bukan bank, seperti pegadaian. Pemberian pinjaman biasanya
disertai jaminan.
4. Mempermudah kegiatan transaksi
Lembaga keuangan dapat mempermudah kegiatan transaksi. Segala kegiatan
yang berhubungan dengan finansial menjadi lebih mudah dan praktis. Di era digital
seperti saat ini, banyak institusi keuangan yang melakukan inovasi terutama dalam
alproduk pelayanan. Transaksi keuangan jadi lebih mudah dengan fitur-fitur yang
semakin canggih.
5. Fungsi likuiditas
Lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga yang mampu menyediakan
uang cash diwaktu yang tepat bagi masyarakat saat dibutuhkan
6. Pemindah asset
Lembaga keuangan dapat berfungsi sebagai pemindah asset. Caranya adalah
dengan memberikan pinjaman sejumlah dana kepada pihak lain agar dikelola dalam
jangka waktu tertentu.10
10
Yandi M. Rofiyandi, http://katadata.co.id/amp/redaksi/ekonopedia/62c50d762d6/defenisi-lembaga-
keuangan-apa-saja-fungsi-jenis-dan-manfaatnya, 2022
11
11
Alvi Khikmatin dan Putri Setianingsih, Analisis Peluang dan Tantangan Lembaga Keuangan Syariah
dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Terhadap Lembaga Keuangan Konvensional di Idonesia, Jurnal Al-Iqtishod
Vol.3 No. 1, 2021, hal. 55
12
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-perbedaan-bank-syariah-dan-bank-
konvensional
12
3. Perjanjian
Pada lembaga keuangan syariah perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai
dengan syariat Islam. Sedangkan lembaga keuangan konvensional, perjanjian
menggunakan hukum positif.
4. Orientasi pembiayaan
Orientasi pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah tidak hanya untuk
keuntungan akan tetapi falah oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan orientasi pembiayaan dalam lembaga keuangan konvensional
memperoleh keuntungan atas dan yang dipinjamkan.
5. Hubungan antar nasabah dan bank
Dalam lembaga keuangan syariah hubungan antar nasabah dan bank adalah
mitra sedangkan lembaga keuangan syraiah hubungan antara nasabah dan bank
adalah kreditur dan debitur.
6. Pengawasan
Pengawasan dalam lembaga keuangan syariah terdiri dari Bank Indonesia
(BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bapepam, Komisaris, Dewan Syariah Nasional
(DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sedangkan pengawasan dalam lembaga
keuangan konvensional terdiri dari BI, OJK, Bapepam dan Komisaris.
7. Penyelesaian sengketa
Dalam lembaga keuangan syariah penyelesaian sengketa diupayakan
penyelesaiannya secara musyawarah antara bank dan nasabah melalui Badan
Arbitrase Syariah Nasional dan Pengadilan Agama. Sedangkan dalam lembaga
keuangan konvensional penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat.13
13
Roifatus Syauqoti dan Mohammad ghozali, Analisis Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga Keuangan
Konvensional, hal. 26
13
1. Al-wadiah
Al-wadiah secara umum dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak
kepihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Penerima titipan boleh
mengambil upah tertentu sebagai biaya pemeliharaan atas barang tersebut. Atau
barang tersebut boleh dimanfaatkan sepanjang tidak merusak.
2. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama suatau usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama menyediakan seluruhmodal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak. Bila terjadi kerugian, kerugian materi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian tersebut bukan akibat kelalaian si pengelolah, sedangkan pengelolah sudah
menanggung kerugian waktu dan tenaga.
3. Al-Musyarakah
Dalam system ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu. Pada pihak yang bekerja sama masing-masing memberikan kontribusi
modal dengan persentase yang disepakati. Keuntungan ataupun resiko usaha tersebut
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan atau persentase modal masing-
masing.
4. Al-Murabahah
Dalam system ini terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang nilainya seharusnya disepakati kedua belah pihak. Dalam
skema awal, penjual diharuskan memberi tahu harga pokok produk yang ingin dijual
dan kemudian menentukan jumlah keuntungan yang diinginkan. Dalam praktik LKS
di Indonesia, skema ini sangat umum diterapkan sebagai pembiayaan dalam jual beli
rumah, mobil, dan asset-aset lainnya dengan istilah murabahah.
5. Al-Muzara’ah
Akad muzara’ah biasa digunakan dalam bidang pertanian, yaitu kerjasama
pengelolah pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan
14
14
Agus Alimuddin, Bentuk Akad-akad Bernama di Lembaga Keuangan Syariah, hal. 77-89
15
1. Hutang piutang
Hutang piutang merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu barang dalam jumlah tertentu dan habis
karena pemakaian, dengan syarat bahwa akan mengembalikan sejumlah yang sama
dan keadaan yang sama pula.
2. Penitipan
Penitipan adalah terjadi apabila seorang menerima suatu barang dari orang
lain, denga syarat ia akan menyimpannya dan mengembalikannyya dalam wujud
asalnya.
3. Pemberian kuasa
Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan yang mana seseorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.
4. Jual beli
Jual beli merupakan suatu kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam hal
ini terjadi kesepakatan yang saling mengikat antara penjual sebagai pihak yang
menyerahkan barang dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang
dijual.15
15
Trisadini P. Usanti dan Abd.Shomad, Hukum Perbankan, hal. 32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah merupakan suatu lembaga yang usahanya bergerak
dibidang jasa keuangan yang berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan lembaga keuangan
konvensional adalah suatu badan usaha yang asset utamanya berbentuk asset keuangan
maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa saham, obligasi, dan pinjaman yang berbentuk
aktiva rill seperti bangunan, perlengkapan dan bahan baku.
Pada dasarnya baik itu lembaga keuangan syariah maupun lembaga keuangan
konvensional secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank
dan non-bank. Lembaga keuangan syariah terdiri dari Bank umum syariah, Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Pegadaian syariah, Asuransi
syariah, Pasar modal syariah, Dana pensiun syariah, Lembaga zakat dan lembaga Wakaf.
Sedangkang lembaga keuangan konvensioanl terdiri dari Bank central, Bank umum, Bank
pengkreditan rakyat, Modal ventura, Anjak piutang, Asuransi, Dana pensiun, pagadaian,
pasar modal, pasar uang dan reksa dana
Adapaun fungsi lembaga keuangan syariah dan konvensional yaitu sebagai
pengalihan asset, transaksi, likuiditas, dan efesiensi. Sedangkan lembaga keuangan
konvensional berfungsi untuk penghimpunan dana, penyaluran dana, pemberi pinjaman,
mempermudah kegiatan transaksi, fungsi likuiditas dan pemindahan asset. Perbandingan
system lembaga keuangan syariah dan konvensional dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya investasi, return, perjanjian, orientasi pembiayaan, hubungan antar nasabah dan
bank, pengawasan dan penyelesaian sengketa. Jenis-jenis akad yang digunakan
dalamlembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional antara lain: lembaga
keungan syariah terdiri dari Al-Wadiah, Al-Mudharabah, Al-Musyarakah dan lain-lain.
Sedangkan akad dalam lembaga keuangan konvensional terdiri dari akad hutang piutang,
penitipan dan sebagainya
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak hal yang
menjadikan makalah ini sempurna sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu kritikan yang
sifatnya membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi kelengkapan isi makalah ini agar
menajdi makalah yang kompleks dan dapat membantu para pembaca dalam menjadikan
makalah ini sebagai sumber refensi untuk pemenuhan tugas ataupun menambah wawasan.
Kurang dan lebihnya kami memohon maaf semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan keilmuan kita semua.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. N. (2012). Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Furkony, E. L. (2020). Perbedaan antara Sistem Keuangan Islam dan Konvensioanl. Jurnal
Ekonomi Syariah dan Bisnis Bank, Vol. 4 No. 2.
Holil. (2019). Lembaga Zakat dan Peranannya dalam Ekuitas Ekonomi Sosial dan Distribusi.
Jurnal Ekonomi Islam.
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-perbedaan-bank-
syariah-dan-bank-konvensional
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/Pages/Daftar-Alamat-
Kantor-Pusat-BPRS.aspx#:~:text=Sesuai%20fungsinya%2C%20BPRS%20adalah
%20bank,jasa%20dalam%20lalu%2Dlintas%20pembayaran.
Melina, F. (2020). Pembiayaan Murabahah di Baitul Maal wat Tamwil. Jurnal Tabarru': Islamic
Banking and Finance, Vol. 3 No. 2.
Setianingsih, A. K. (2021). Analisis Peluang dan Tantangan Lembaga Keuangan Syariah dala
Upaya Meningkatkan Daya Saing terhadap Lembaga Keuangan Konvensional di
Indonesia. Jurnal Iqtishod, Vol. 3 No. 1.
Yandi M. Rofiyandi,http://katadata.co.id/amp/redaksi/ekonopedia/62c50d762d6/
defenisi-lembaga-keuangan-apa-saja-fungsi-jenis-dan-manfaatnya, 2022
17