Dosen Pengampu :
Soleh Hasan Wahid, M.H.
Disusun Oleh :
1. Muhammad Farhan (102220071)
2. Nur Azizah (102220086)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Lembaga
Keuangan Syariah di Dunia”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Dasar-dasar Ekonomi.
Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.,
yang telah mengajarkan agama Islam hingga tersampaikan pada kita saat ini. Dalam penulisan
makalah ini penulis dapat mengetahui pemahaman tentang lembaga keuangan syariah. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada, teman satu kelompok atas
kekompakan dalam penyelesaian tugas makalah ini, serta untuk dosen pengampu mata kuliah
Dasar-dasar Ekonomi, karena telah mempercayakan tugas ini kepada kami.
Dalam penulisan karya ini, penulis yakin bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi teknik penulisan maupun materi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak untuk memperbaiki makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah sebuah badan usaha yang
kegiatnnya di bidang keuangan syariah dan asetnya berupa keuangan maupun non
keuangan berdasarkan prinsip syariah Islam. Setiap kegiatan operasional di dalamnya
tidak boleh mengandung unsur riba ataupun unsur yang dilarang dalam agama Islam.
Peran lembaga keuangan syariah saat ini semakin dibutuhkan untuk kegiatan
menabung, pembiayaan, investasi, asuransi dan lain-lain. Lembaga keuangan syariah
juga berperan penting dalam sistem keuangan ekonomi modern untuk melayani
masyarakat
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lembaga keuangan syariah?
2. Bagaimana sejarah lembaga keuangan syariah?
3. Apa saja jenis-jenis dan contoh lembaga keuangan syariah di dunia?
4. Apa tujuan dari lembaga keuangan syariah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari lembaga keuangan syariah.
2. Mengetahui sejarah dari lembaga keuangan syariah.
3. Mengetahui jenis dan contoh dari lembaga keuangan syariah.
4. Mengetahui tujuan adanya lembaaga keuangan syariah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ananda, “Pengertian Lembaga Keuangan, Fungsi, Jenis, dan Manfaatnya,” dalam
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-lembaga-keuangan/#Pengertian_Lembaga_Keuangan, (diakses
pada tanggal 06 November 2022, jam 20.45)
2
CIMB Niaga, “Apa itu Lembaga Keuangan Syariah? Ini Jenis dan Keunggulannya,” dalam
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/apa-itu-lembaga-keuangan-syariah-ini-jenis-dan-
keunggulannya#:~:text=Lembaga%20keuangan%20syariah%20adalah%20sebuah,yang%20dilarang%20dalam
%20agama%20Islam, (diakses pada tanggal 06 November 2022, jam 21.05)
2
berbagai fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Unsur legalitas operas sebagai
embaga keuangan diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan
mengeluarkan izin operasi. Beberapa institusi tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
b. Departemen Keuangan sebagai institusi yang berwenang mengatur dan
mengawasi koperasi.
c. Kantor Menteri Koperasi sebagai institusi yang berwenang mengatur dan
mengwasi koperasi.3
a. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah, antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan
waktu penyerahan, atau dalam transaksi spinjam meminjam yang mensyaratkan
3
Henny Rahayu, “Definisi Lembaga Keuangan Syariah,” dalam
https://www.academia.edu/8524184/Definisi_Lembaga_Keuangan_Syariah (diakses pada tanggal 06 November
2022, jam 21.13)
4
UMY, “Lembaga Keuangan Syariah,” dalam
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8607/BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y,
(diakses pada tanggal 06 November 2022, jam 21.18)
3
nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok
pinjaman karena berjalannya waktu.
b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan.
c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya atau tidak diserahkan pada saat transaksi dilaukan, kecuali diatur
lain dalam syariah.
d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah.
e. Dzalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidak adilan bagi pihak lainnya.5
5
IAIN Tulungagung, “Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS)," dalam http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/9505/5/BAB%20II.pdf, (diakses pada tanggal 07 November 2022, jam 20.58)
4
tahun 1987, di Pasedana, Amerika Serikat berdiri suatu LKS yang bernama American
Finance House-Lariba. LKS ini mendapatkan izin operasi dari pemerintah negara bagan
California sebagai perusahaan pembiayaan syariah. Lariba sediri merupakan singkatan
dari Los Angeles Reliable Investmen Bankers atau bermakna bankir investasi
terpercaya Los Angeles. Kecuali di AS juga terdapat sebuah konvnsional yang
membuka pelayanan syariah yaitu Devon Bank. Beberapa bank lainnya yang membuka
layanan syariah di Amerika yaitu Freddie Mac, University Bank, dan Guidance
Residential.6
6
IAIN Syekh Nurjati, “Lembaga Keuangan Syariah,” dalam
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_11BC0161227.pdf, (diakses pada tanggal
08 November 2022, jam 06.20)
7
Siti Nur Azizah, dkk., “Makalah Lembaga Keuangan Syariah,” dalam
https://www.slideshare.net/azizah1996/lembaga-keuangan-syariah-59784812, (diakses pada tanggal 06
November 2022, jam 21.23)
5
terbuat dari tembaga, dengan adanya fulus para gubernur pemerintahan cenderung
mencetak fulusnya masing-masing sehingga akan berbeda-beda nilai dari fulus
tersebut, kemudian ada sistem penukaran uang. Selain melakukan penukaran uang
jihbiz juga menerima titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang.8
2. Bank Perkerditan Rakyat Syariah (BPRS)
Menurut Undang-Undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992, BPR adalah
lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito
berjangka tabungan atau bentuk lainnnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR adalah lembaga keuangan bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvesional atau berdasarkan prinsip
syariah.
BPR merupakan penjelmaan daari Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,
Bank Pegawqai Lumbung Negeri (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan
Kredit Desa (BKD) dan lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.9
3. Pegadaian Syariah
Secara etimologis, gadai (rahn) berarti ketetapan dan kekalan. Sedangkan secara
terminologi Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya dan barang tersebut memiliki nilai
ekonomis.
Pegadaian Syariah (Ar-Rahn) merupakan akad perjanjian antara pihak pemberi
pinjaman dengan pihak yang meminjam uang. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan ketenangan bagi pemilik uang atau jaminan keamanan uang yang
dipinjam. Oleh karena itu, gadai pada prinsipnya merupakan suatu kegitan utang
piutang yang murni dan berfungsi sosial, sehingga dalam berbagai literatur fikih
muamalah akad ini merupakan akad tabarru’ (aqadd dderma) yang tidak
mewajibkan imbaan. Prktik gadai ini telah ada sejak zaman Rasulullah SAW.10
4. Asuransi Syariah
Asuransi merupakan serapan dari kata assurantie atau assurance/insurance.
Insurance memiliki arti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin
terjadi, sedangkan assurance memiliki arti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.
8
Ibid.
9
Ibid..
10
Mardanis, “Gadai Syari’ah (Rahn) dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Fiqh Muamalah,” dalam http://pa-
pekanbaru.go.id/images/stories2017/berkas2017/MAKALAH%20H.MARDANIS.%20TOPIK%20%20RAHN
%20(GADAI).pdf, (diakses pada tanggal 07 November 2022, jam 21.56)
6
Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian,
definisi asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertaanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggunng jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul daari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Asuransi syariah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) adaah usaha yang melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuaai dengan syariah.11
5. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua
istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitulmaal lebih mengarah pada usaha-
usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti zakat, infaq dan
sedekah. Adapun Baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana
komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT
sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecl dengan
berlandaskan Islam.
Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah
yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPR Islam. Prinsip
operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah) dan titipan (wadiah).
Karena itu, meskipun mirip dengan bank Islam, bahkan boleh dikata menjaddi cikal
bakal dari bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat
kecil yang tidak terjangkau lyanan perbankan serta pelaku usaha kecil yang
mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan pihak bank.12
6. Pasar Modal Syariah
11
M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015)
hal 371
12
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis (Jakarta:
Kencana Pernada Media Group, 2010)
7
Secara etimologis, istilah pasar digunakan kata bursa, exchange dan market.
Sedangkan untuk istilah modal sering digunakan kata “efek”, securities, dan stock.
Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud
dengan pasar modal adalag kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusaahn publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkaannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Adapun
yang dimaksud efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontak
ivestasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivative dari efek.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanissme kegiatannya
terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme
perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Efek syariah adalah
efek sebagaimana dimaksud dalam peratura perundang-undangan di bidang pasar
modal yang akad, pengelolaan perusahaan dan cara penerbitannya memenuhi
prinsip-prinsip syariah.13
13
M. Nur Rianto Al Arif, op.cit, hal 415
8
Di sela-sela sidang tahunan International Monetary Fund (IMF) lembaga
keuangan multilateral yang kapitalis di Washington DC, AS, 21 April 2002, telah
disepakati akan dibentuk satu institusi keuangan Islam internasional. Sebagai tindak
lanjutnya, pada tanggal 4 November 2002, delapan Gubernur Bank Sentral/Otoritas
Keuangan dari delapan negara Islam, plus Presiden IDB, telah menandatangani
pendirian Islamic Financial Services Board (IFSB) di Kuala Lumpur. Lembaga itu
dipimpin seorang bankir senior dari Sudan, Prof. Rifaat Ahmed Abdel Karim, Ph.D.
Lembaga multilateral yang akan memayungi lembaga keuangan syariah di
dunia itu, didirikan oleh bank sentral dan otoritas moneter dari Bahrain, Iran,
Kuwait, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Sudan, serta Indonesia. Juga, Islamic
Development Bank (IDB) termasuk pendirinya.
Kelahiran IFSB bukan gagasan liar yang muncul secara spontan dalam sidang
tahunan IMF tersebut. Tapi, gagasan ini sudah dirintis lama, dan embrionya tumbuh
pada Consultative Meeting on Risk Management and Regulatory Standards for
Islamic Financial Products, di Praha, Cheko, 23 September 2000. Dari situ
komitmen negara-negara pendiri semakin kuat hingga dibentuk Technical
Committee untuk mewujudkan lembaga tersebut, dan setelah melalui sejumlah
pertemuan penting akhirnya terwujud juga pada 2022.
Bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan syariah dunia, kehadiran IFSB ini
memiliki arti sangat penting. Pasalnya, kini terdapat sekitar 200 lembaga perbankan
Islam yang sedang tumbuh di 48 negara, Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Barat.
Bank-bank itu mengelola aset sekitar 170 miliar dolar AS.
IFSB akan menyusun standar dan prinsip pokok pengawasan, pengaturan, dan
penerapan syariah Islam oleh industri keuangan syariah di seluruh Indonesia. IFSB
juga akan menjadi penghubung sekaligus menjalin kerja sama dengan lembaga
penetapan standar di bidang moneter dan stabilitas finansial. Di antara hal yang
akan dilakukan, yang cukup penting adalah penyusunan standard operasional yang
selaras dengan Basel Accord II. Basel Accord II sendiri masih dalam tahap
persiapan akhir bagi pengimplementasian pada akhir tahun 2006, yang dikendalikan
secara eksklusif oleh Bank for Internasional Settlements (BIS) di Basel, Swiss.
Intinya, fungsi IFSB seperti Bank for In ternational Settlement (BIS).
Bagi Indonesia, keberadaan IFSB sangat strategis. Ini untuk menstandarisasi
perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah di negeri ini sehingga standar
9
operasi dan produknya sama secara internasional. Selain itu, melalui lembaga
tersebut akan dapat dijalin kerja sama antarlembaga keuangan syariah di dunia.
3. International Institute of Islamic Thought (IIIT)
International Institute of Islamic Thought (IIIT) adalah sebuah lembaga
nonprofit, lembaga pendidikan dan budaya, yang konsens terhadap gagasan-
gagasan keIslam secara umum. Lembaga ini berdiri di Amerika Serikat pada 1981
atau 1401 H. Lembaga yang memiliki berbagai cabang di dunia ini, berkantor pusat
di Herndon, Virginia.
IIIT memiliki misi mengembangkan umat melalui pendidikan, budaya, dan
mengintegrasikan pengetahuan Islam dengan kemanusiaan dan etika Islam dengan
moral pengetahuan.
Seiring dengan perkembangan ekonomi syariah, IIIT juga turut berperan
mengembangkan konsep, mensosialisasikan, dan menstandarisasikan ekonomi
syariah. Salah satu program standarisasi ekonomi syariah adalah, The Registered
Fellow in Islamic Finance (RFIF) yang merupakan sertifikasi keahlian keuangan
syariah yang berskala internasional. Untuk menstandarisasi keahlian ini di
Indonesia bekerja sama dengan Karim Business Consulting.
4. Accounting and Auditing Organization for Isamic Finance (AAOIFI)
AAOIFI adalah sebuah lembaga yang menstandarisasi sistem akunting dan
audit keuangan lemnaga-lembaga ekonomi syariah, khususnya lembaga keuangan
di dunia. Lembaga ini berkantor pusat di London, Inggris, dan diakui oleh negara-
negara yang memiliki lembaga keuangan syariah, sebagai benchmark akuntansi dan
audit keuangan syariah.
Lembaga ini didirikan oleh Bank Dunia bekerja sama dengan Bahrain Monetary
Agency. AAOIFI memiliki misi untuk menciptakan sistem keuangan syariah yang
transparan, berkesinambungan, dan bersih.
Sejumlah standar akuntansi dan audit yang diterbitkan AAOIFI menjadi rujukan
bagi lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia. Standar Akuntansi
Perbankan Syariah yang baru-baru ini disahkan Dewan Syariah Nasional
merupakan peraturan akuntansi perbankan, yang merujuk pada standar AAOIFI.14
14
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam Cetakan ke-3, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010) hal 316-319
10
1. Mengembangkan lembaga keuangan syariah (bank dan non bank syariah) yangs
ehat berdasarkan efisiensi dan keadilan serta mempu meningatkan partisipasi
masyarakat banyak sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat, antara
lain memperluas jaringan lembaga keuangan syariah kedaerah-daaerah terpencil.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat bangsa Indonesia,
sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial ekonomi, dengan demikian akan
melestarikan pembangunan nasional melalui:
a) peningkatan kualutas dan kuantitas usaha,
b) peningkatan kesempatan kerja, dan
c) peningkatan penghasilan masyarakat banyak.
3. Meningkatkan pasrtisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan,
terutama dalam bidang ekonomi keuangan yang selama ini diketahui masih banyak
masyarakat yang enggan berhubungan dengan bank atau lembagga keuangan.15
15
IAIN Tulungagung, op.cit.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga Keuangan Syari’ah menurut Dewan Syariah Nassional (DSN) adalah
lembaga keuanga yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat
izin operasional sebagai Lembaga Keuangan Syariah. Definisi ini menegaskan bahwa
sesuatu LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah Islam
dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan. Unsur kesesuaian suatu LKS
dengan syariah Islam secara tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam
berbagai fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Unsur legalitas operas
sebagai embaga keuangan diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan
mengeluarkan izin operasi.
Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk menunaikan
perintah Allah dalam bidang ekonomi dan muamalah serta membebaskan masyarakat
Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama Islam. Untuk melaksanakan
tugas ini serta menyelesaikan masalah yang memerangkap umat Islam hari ini,
bukanlah hanya menjadi tugas seseorang atau sebuah lembaga, tetapi merupakan
tugas dan kewajiban setiap muslim. Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam
berekonomi dan bermasyarakat sangat diperlukan untuk mengobati penyakit dalam
dunia ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Nasution, Mustafa Edwin. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam Cetakan ke-3, Jakarta.
Kencana Prenada Media Group, 2010.
UMY, “Lembaga Keuangan Syariah,” dalam:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8607/BAB%20II.pdf?sequen
ce=6&isAllowed=y, (diakses pada tanggal 06 November 2022, jam 21.18)
14