Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Oleh

Kelompok I

1. Ita Maghfirah Sari 2018MM112778

2. A.Muh. Arif P 2018MM11593

3. Aslan Syah 2018MM11594

4. Febriant Hasudungan Sinaga 2018MM11595

5. Hasrianti 2018MM11596

6. Arman 2018MM11317

7. Rones Patabang 2018MM11540

Angkatan X-N

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

STIE NOBEL INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

MAKASSAR

2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manajemen Sumber
Daya Manusia di Lembaga Keuangan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Manajemen Sumber Daya Manusia di
Lembaga Keuangan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, November 2018

Penulis

2
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 4

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….. 4
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………. 5
C. Tujuan pembahasan……………………………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 6

A. Lembaga keuangan Syariah………………………………………………………. 6


1. Lembaga Keuangan…………………………………………………………… 6
2. Sistem Keuangan……………………………………………………………….11
3. Bank Syariah………………………………………………………………….. 13
B. Manajemen Sumber Daya Manusia………………………………………………. 15
1. Konsep Dasar Manajemen……………………………………………………. 15
2. Konsep Sumber Daya Manusia………………………………………………...18
3. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia………………………………….. 20
4. Sejarah Sumber Daya Manusia……………………………………………….. 22
5. Tujuan dan Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia…………………… 25

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………. 29

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………… 29
B. SARAN…………………………………………………………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Perekonomian umat termasuk di dalamnya Lembaga Keuangan Syariah semakin maju
dan berkembang perlu diimbangi oleh kemajuan Manajemen Sumber Daya Manusia. Untuk itu posisi
Sumber Daya manusia tidak hanya sebagai faktor produksi semata namun perlu ditempatkan sebagai
Human Capital yang menjadi aset Perusahaan. SDM di Lembaga Keuangan Syariah sebagai khalifah
harus memiliki kemampuan professional dan dituntut meraih standar kompetensi sesuai tuntuntan Islam
dan Bisnis Keuangan.

Secara spesifik SDM di Lembaga Keuangan Syariah dituntut mampu mengikuti perkembangan
kemajuan bisnis di era kompetisi global dan didorong untuk mensinerjikan Muamamalat Syariah
kontemporer bersama dengan pesatnya arus pertumbuhan lembaga Perekonomian dan Keuangan bagi
umat demi kebahagiaan dunia akhirat.

Perkembangan lembaga keuangan syariah di negeri ini semakin meningkat setiap tahunnya
dengan berdirinya bank-bank, serta asuransi dan yang lain-lainnya, yang berlandaskan syariah. Hal ini
menandakan prospek ekonomi syariah di Indonesia semakin maju dan berkembang.

Berdirinya lembaga keuangan syariah di negeri ini sangatlah di respon baik oleh umat Islam,
karena lembaga keuangan syariah ini merupakan lembaga yang berlandaskan Al Qur’an dan Hadits,
yang merupakan landasan hukum bagi umat Islam.

Selain itu timbulnya bank-bank syariah juga disebabkan oleh haramnya bunga bank dari bank
konvensional yang difatwakan oleh MUI, karena bunga bank itu termasuk Riba yang hukumnya haram.
Berkembangnya bank–bank syariah di Indonesia tentunya harus ada dukungan dari manajemen sumber

4
daya manusia syariah yang berkualitas, sebab tidak mungkin suatu bank syariah dapat mencapai
kesuksesan tanpa manajemen sumber daya manusia syariah yang berkualitas.

Timbulnya bank syariah di Indonesia kebanyakkan berasal dari bank–bank konvensional yang
membuka cabang bank syariah, dikhawatirkan banyak bank syariah yang tidak memiliki manajemen
sumber daya manusia syariah yang berkualitas karena tidak memiliki pengalaman dalam akademi,
maupun praktek dalam bank syariah, karena berasal dari bank konvensional. Oleh karena itu pentingnya
penerapan manajemen sumber daya manusia syariah dibank syariah harus mendapatkan perhatian dari
kita semua agar bank syariah dapat bersaing dengan bank-bank lainnya.

Persaingan ekonomi pada saat ini semakin luas oleh karena itu suatu bank syariah harus
memiliki manajemen sumber daya manusia syariah yang dapat mengatur dan melakukan perencanaan
dengan baik dan bagus, agar bank tersebut mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan oleh
organisasinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut

1. Apa yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan syariah ?


2. Apa Konsep Manajemen Sumber daya manusia ?
3. Bagaimana sejarah Sumber Daya Manusia ?
4. Apa tujuan dan aktivitas dari Manajemen Sumber Daya Manusia ?
5. Bagaimana Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah ?

C.Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan Lembaga keuangan Syariah


2. Memahami konsep-konsep Sumber Daya manuisia
3. Mengetahui bagaimana sejarah Sumber Daya Manusia
4. Mengetahui tujuan dan aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia
5. Mengetahui bagaimana Manajemen Sumber Daya manusia di Lembaga Keuangan Syariah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lembaga Keuangan Syariah


1. Lembaga Keuangan.
Lembaga Keuangan Syari'ah adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip operasinya
berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah Islamiah. Operasional lembaga keuangan Islam harus
menghindar dari riba, gharar dan maisir. Hal- hal tersebut sangat diharamkan dan sudah
diterangkan dalam Al-Quran dan Al- Hadist. Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam
adalah untuk menunaikan perintah Allah dalam bidang ekonomi dan muamalah serta
membebaskan masyarakat Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama Islam. Untuk
melaksanakan tugas ini serta menyelesaikan masalah yang memerangkap umat Islam hari ini,
bukanlah hanya menjadi tugas seseorang atau sebuah lembaga, tetapi merupakan tugas dan
kewajiban setiap muslim. Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi dan
bermasyarakat sangat diperlukan untuk mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial
yang dihadapi oleh masyarakat. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah
Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan
yang mendapat izin operasional sebagai Lembaga Keuangan Syariah. Definisi ini menegaskan
bahwa sesuatu LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah islam dan
unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan. Unsur kesesuaian suatu LKS dengan syariah
islam secara tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam berbagai fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga tersebut.

Unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan diatur oleh berbagai instansi yang
memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasi. Beberapa institusi tersebut antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat.

6
b. Departemen Keuangan sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi koperasi.
c. Kantor Menteri Koperasi sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi
koperasi.
Beberapa prinsip operasional dalam LKS adalah :

a. Keadilan, yaitu prinsip berbagi keuntungan atas dasar penjualan yang sebenarnya berdasarkan
konstribusi dan resiko masing-masing pihak.
b. Kemitraan, yaitu prinsip kesetaraan diantara para pihak yang terlibat dalam kerjasama. Posisi
nasabah investor (penyimpanan dana), dan penggunaan dana, serta lembaga keuangan itu
sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.
c. Transparansi, dalam hal ini sebuah LKS diharuskan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan kepada nasabah investor atau pihak-pihak yang terlibat agar
dapat mengetahui kondisi dana yang sebenarnya.
d. Universal, yaitu prinsip di mana LKS diharuskan memberikan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat dalam memberikan layanannya sesuai dengan prinsip islam
sebagai rahmatan lil alamin. Dalam operasionalnya LKS juga harus memperhatikan kepada
hal-hal berikut:
- Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai
ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
- Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.
- Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya merupakan media
pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
- Unsur gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus
mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
- Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam Islam
sehingga usaha minuman keras, misalnya, tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau
institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun non-
financial asset atau aset riil berlandaskan konsep syariah.[3]

7
Menurut Syarif Wijaya lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang berhubungan dengan
penggunaan uang dan kredit atau lembaga yang berhubungan dengan proses penyaluran simpanan ke
investasi. Lembaga keuangan biasanya memberikan jasa pembiayaan/kredit dengan sebuah jaminan
surat-surat berharga atau yang mempuyai nilai jual yang tinggi. Di samping itu juga, lembaga
menawarkan berbagai jenis tabungan, asuransi, program pensiun dan penyediaan sistem pembayaran.
Menurut Syarif Wijaya pula, lembaga keuangan syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi modern
yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan.[4]
Menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tetang perbankan, yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpana dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Lembaga keuangan syariah dapat dibedakan menjadi dua,yaitu: lembaga keuangan depositori
syariah (depository financial instituation syariah) yang disebut lembaga keuangan bank syariah dan
lembaga keuangan syariah non depositori (non depository financial instituation syariah) yang disebut
lembaga keuangan syariah bukan bank. Peranan kedua lembaga keuangan syariah tersebut adalah
sebagai perantara keuangan (financial intermedition) antara yang pihak kelebihan dana atau unit surplus
(ultimate lenders) dan pihak yang kekurangan dana atau unit deficit (ultimate borrowers).[5]
Lembaga keuangan syariah non depositori (bukan bank) dikelompokkan menjadi tiga
bagian,antara lain bersifat kontraktual (contractual instituations),yaitu menarik dana dari masyarakat
dengan menawarkan dana untuk memproteksi penabuang terhadap resiko ketidakpastian. Berikutnya
adalah lembaga keuangan investasi syariah (syariah investment instituation),yaitu lembaga keuangan
syariah yang kegiatannya melakukan investasi di pasar uang syariah dan pasar modal syariah. Bagian
ketiga adalah pegadaian syariah,Baitul Mal wat Tamwil (BMT),Unit Simpan Pinjam Syariah
(USPS),koperasi pesantren (kopentren),perusahaan modal ventura syariah (syariah finance company)
yang menawarkan jasa sewa guna usaha (leasing),kartu kredit (credit card).[6]
Kegiatan lembaga keuangan tidak dapat terlepas dari uang. Uang telah lama di gunakan sehari-
hari dan merupakan kebutuhan yang utama dalam menggerakan perekonomian. Pada mulanya uang
bukanlah sebagai alat utama untuk mobilitas perekonomian, tetapi yang sering di gunakan ialah sistem
barter. Sistem barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau jasa dengan
jasa. Namun dalam peraktiknya sistem ini mengalami kendala. Oleh karena itu sistem barter dihapuskan
dan diganti dengan sistem uang

8
Statistik lembaga keuangan syariah yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukan sampai pada
bulan November tahun 2007, jumlah bank syariah mencapai 143 bank. Dari 143 bank tersebut, tiga
diantaranya merupakan Bank Umum Syariah (UUS), serta 114 merupakan Bank perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS). Terkait dengan hal ini di perkirakan unit usaha syariah atau lembaga keuangan syariah
akan mengalami pertumbuhan yang pesat.
Tujuan berdirinya lembaga keuangan syariah, adalah:
a. Mengembangkan lembaga keuangan syariah (bank dan non bank syariah) yang sehat
berdasarkan efisiensi dan keadilan,serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat banyak
sehingga menggalahkan usaha-usaha ekonomi rakyat,antara lain memperluas jaringan lembaga
keuangan syariah ke daerah-daerah terpencil.
b. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat bangsa Indonesia,sehingga dapat
mengurangi kesenjangan sosial ekonomi. Dengan demikian akan melestarikan pembangunan
nasional yang antara lain melalui:
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha
- Meningkatkan kesempatan kerja
- Meningkatkan penghasilan masyarakat banyak
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan,terutama dalam bidang
ekonomi keuangan yang selama ini diketahui masih banyak masyarakat yang enggan
berhubungan dengan bank ataupun lembaga keuangan lainnya,karena menganggap bahwa bunga
adalah riba.
d. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomi,berperilaku bisnis dan
meningkatkan kualitas hidup mereka.

Tujuan akhir lembaga keuangan syariah adalah sebagai tujuan dari syariat islam itu sendiri,
yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik
dan terhormat (hayyah thayyibah). Menurut As-Shatibi, tujuan utama syariat islam adalah mencapai
kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima ke-mashlahah-an, yaitu
keimanan, ilmu, kehidupan, harta dan kelangsungan keturunan.
Fungsi lembaga keuangan syariah bisa ditinjau dari empat aspek, yaitu :
Dari sisi jasa-jasa finansial, kedudukannya dalam sistem perbankan sistem finansial dan sistem moneter.
Keempat fungsi lembaga tersebut, yaitu:

9
a. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi jasa-jasa penyedia finansial.
- Fungsi tabungan
- Fungsi penyimpanan kekayaan.
- Fungsi trasmutasi kekayaan.
- Fungsi likuiditas.
- Fungsi pembiayaan atau kredit.
- Fungsi pembayaran.
- Fungsi devirsifikasi risiko.
- Fungsi manajeman portopolio.
- Fungsi kebijakan.[12]
b. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem perbankan,
yang berfungsi sebagai bagian dari terintegrasi dari unit-unit yang diberi kuasa atau yang memiliki
wewenang untuk mengeluarkan uang giral dan deposito.
c. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari lembaga keuangan dalam sistem moneter. Tujuan kebijakan
moneter syariah, yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal)
sehingga pertumbuhan ekonomi stabil dan dapat mencapai tujuan tersebut.
d. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga dalam sistem finansial. Struktur
fungsi finansial dilembaga keuangan syariah terdiri dari: sistem perbankan, sistem moneter dan
lembaga keuangan lainnya.
Lembaga keuangan syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung di dalamnya
hal-hal yang diharamkan. Lembaga keuangan syariah sering membiayai untuk usaha kecil menengah
(UKM).
Adapun jenis pembiayaan yang tidak akan disetujui dalam lembaga keuangan syariah di
antaranya sebagai berikut:
a. Proyek pembiayaan haram
b. Proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat
c. Proyek yang berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila
d. Proyek yang berkaitan dengan perjudian
e. Industri yang berkaitan dengan senjata yang illegal atau berorientasi pada pengembangan senjata
pembunuh masal
f. Proyek yang merugikan syiar islam baik secara langsung maupun tidak langsung.[13]

10
Manfaat adanya pembiayaan yang di lakukan lembaga keuangan syariah kepada pihak usahawan
dan negara, yaitu:
a. Lembaga keuangan syariah akan menjadi perpanjangan tangan bagi petugas pajak untuk
melebarkan sayapnya. Dengan di bangunnya LKS ini, maka lembaga keuangan akan dapat
mendata siapa saja nasabah yang belum mempunyai NPWP ketika individu ini melakukan
trasaksi dengan LKS.
b. Dengan adanya lemnaga keuangan syariah ini, maka pemasukan negara dari pajak akan
meningkat. Mengingat UKM yang meminjam modal kepada pihak LKS, akan di belanjakan
untuk menambah kapsitas produksi. Dari meningkatnya hasil prosuksi, maka dari pajak
pertambahan nilai (PPN) akan meningkat, serta menguntungkan negara.
c. Lembaga keuangan syariah akan menjadi tulang punggung bagi usaha kecil menengah (UKM)
untuk bisa bertransformasi menjadi perusahaan yang memasuki sektor formal tanpa beban
bunga.[14]

2. Sistem Keuangan Syariah


Sistem keuangan syariah berbeda dengan sistem keuangan konvensional, sistem
keuangan syariah merujuk pada ketentuan syariat islam. Riba dalam sistem ekonomi syariah
yang di manipulasi berupa bunga tambahan adalah haram.
Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjebatani moneter antara
pihak yang membutuhkan dana melalui produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah. Dalam konteks Indonesia, prinsip-prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam
dalam kesiatan perbankan dan keuangan berdasrkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki wewenang dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Dalam sistem keuangan
mempunyai dua prinsip dasar, yaitu syar’i dan prinsip tabi’i.
Diantara prinsip syar’I dalam sistem keuangan yaitu:
a. Kebebasan bertransaksi, namun harus didasari prinsip-prinsip suka sama suka dan tidak ada
pihak yang di rugikan serta ada pihak ynag dizalimi didasari oleh akad yang sah.
b. Bebas dari maghrib.
c. Bebas sari upaya mengendalikan, merekayasa dan memanipulasi harga.

11
d. Semua orang berhak medapatkan informasi yang berimbang, memadai dan akurat agar
bebas dari ketidak tahuan dalam bertransaksi.
e. Pihak-pihak yang bertransaksi harus memepertimbangkan kepentingan pihak ketiga yang
mungkin dapat terganggu, oleh karena itu pihak ketiga diberikan hak dan pilihan.
f. Transaksi didasarkan pada kerja sama yang saling menguntungkandan solidaritas.
g. Setiap trasaksi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan manusia.
h. Melaksanakan pembayaran zakat.[7]
Sedangkan prinsip-prinsip tabi’i adalah prinsip-prinsip yang dihasilkan melalui
interpretasi akal dan ilmu pengetahuan dalam menjalankan bisnis.
Sistem lembaga keuangan syariah mempuyai prinsip berkadilan, dan suka sama suka.
Berbeda dengan sistem lembaga keuangan konvensional yang mempunyai prinsip hukum rimba
yang kuat yang berkuasa, maksudnya adalah yang kaya tambah kaya dengan bunga
tambahannya, yang miskin tambah miskin dengan bunga hutangnya dan tidak ada keadilan
disini.
Tugas utama sistem sistem keuangan adalah mengalihkan dana tersedia (loanable funds)
dari penabung kepada pengguna dana untuk kemudian digunakan membeli barang dan jasa-jasa
disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan meningkatkan standar
kehidupan.[8]
Perkembangan sistem keuangan memengaruhi tingkat tabungan, investasi, inovasi
teknologi, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang di suatu negara, bahkan perkembangan
sistem keuangan dapat meramalkan perkembangan ekonomi dimasa depan.
Umumnya, negara-negara yang menguasai perekonomian dunia adalah negara yang
berhasil mengembangkan sistem keuangan yang relatif lebih maju dan berfungsi dengan baik.
Setiap bangsa mempunyai sistem keuangan yang berbeda-beda, ada yang menggunakan
sistem keungan komunis, sistem keungan liberal, dan sistem keuangan syariah.
Khususnya di Indonesia mempunyai tiga sistem keuangan, yaitu:
a. Sistem moneter; yaitu yang mencakupi bank dan lembaga-lembaga yang ikut menciptakan
uang giral (Departemen Keuangan, bank Indonesia dan bank-bank yang boleh menerima
sipanan giro)
b. Sistem perbankan
c. Sistem lembaga keuangan bukan bank[9]

12
Instansi yang berkuasa untuk mengatur jalannya moneter adalah Departemen Keuangan
dan Bank Indonesia, instansi ini memiliki fungsi; mengeluarkan uang kertas, dan logam,
menciptakan uang primer, mengawasi sistem moneter dan mengelola cadangan devisa.

Menurut M. Umeir Chapra, sistem keuangan syariah memiliki karateristik yang unik,
antara lain:
a. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh dan laju pertumbuhan
yang optimal.
b. Keadilan sosio-ekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata.
c. Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan unit yang dapat
diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran cicilan, dan alat penyimpangan yang stabil.
d. Mobilitas dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dalam suatu cara yang adil
sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin bagi semua pihak yang bersangkutan.
e. Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkan dari sistem
perbankan atau keuangan.[10]
Keuangan modal utama untuk melaksanakan suatu sistem moneter. Ekonomi islam
adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk mengalokasikan dan sumberdaya untuk
mencapai fallah berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah. Untuk
mencapai tujuan fallah, manusia mendirikan lembaga keuangan syariah untuk memudahkan
mereka menjalankan moneternya dengan lindungan hukum yang sah dari pemerintah.
Terdapat tiga alasan utama pentingnya regulasi sistem keuangan syariah, yaitu:
a. Meningkatkan informasi yang tersedia bagi investor.
b. Memastikan kekuatan dan kesehatan perantara keuangan (financial intermediaries) yang di
jalankan.
c. Memperbaiki kontrol kebijakan moneter.

3. Bank Syariah
Bank Syariah merupakan lembaga perbankan yang dijalankan dengan prinsip syariah.
Dalam setiap aktivitas usahanya, bank syariah selalu menggunakan hukum-hukum islam yang
tercantum di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Berbeda dengan bank konvensional yang

13
mengandalkan sistem bunga, bank syariah lebih mengutamakan sistem bagi hasil, sistem sewa,
dan sistem jual beli yang tidak menggunakan sistem riba sama sekali.

 Pengertian Bank Syariah Menurut Para Ahli


Siamat Dahlam
Menurut Siamat Dahlam, bank syariah merupakan bank yang menjalankan usaha perbankan dengan
berdasar ataupun memperhatikan prinsip – prinsip syariah yang tertuang di dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Schaik
Menurut Schaik, pengertian bank syariah adalah suatu bentuk dari bank modern yang berlandaskan
hukum-hukum agama islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan islam dengan jalan
menggunakan konsep bagi hasil dan bagi resiko sebagai sistem utama dan menghapuskan sistem
keuangan yang dilandasi dengan anggapan kepastian keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sudarsono
Menurut Sudarsono, bank syariah merupakan salah satu lembaga keuangan negara yang memberikan
kredit dan jasa-jasa perbankan lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang yang
beroperasi dengan berdasarkan prinsip-prinsip agama islam atau pun prinsip syariah.

Perwataatmadja
Menurut Perwataatmadja, pengertian bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan mengikuti
prinsip-prinsip syariah ataupun islami yang tata cara pelaksanaannya didasarkan pada ketentuan Al –
Qur’an dan Hadist.

Undang – Undang No. 21 Tahun 2008


Menurut UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah yaitu segala sesuatu yang berkaitan bank syariah
dan unit usaha syariah yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, hingga proses pelaksanaan
kegiatan usahanya.

Bank syariah merupakan bank yang menjalankan aktivitas usahanya dengan menggunakan landasan
prinsip-prinsip syariah yang terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), BPRS (Bank Perkreditan Rakyat
Syariah), dan UUS (unit Usaha Syariah).

14
 Fungsi Bank Syariah
a. Penghimpun Dana

Sama seperti halnya bank umum, bank syariah memiliki fungsi utama sebagai penghimpun dana
dari masyarakat. Bedanya, jika pada bank konvensional si penabung mendapatkan balas jasa
berupa bunga, di bank syariah penabung akan mendapatkan balas jasa berupa bagi hasil.

b. Penyalur Dana

Fungsi utama bank syariah yang kedua adalah sebagai penyalur dana. Dana yang telah dihimpun
dari nasabah, nantinya akan disalurkan kembali kepada nasabah lainnya dengan sistem bagi
hasil.

c. Memberikan Pelayanan Jasa Bank

Fungsi bank syariah yang ketiga adalah sebagai pemberi layanan jasa perbankan. Dalam hal ini,
bank syariah berfungsi sebagai pemberi layanan jasa seperti jasa transfer, pemindah bukuan, jasa
tarikan tunai, dan jasa – jasa perbankan lainnya.

B. Manajemen Sumber Daya Manusia


1. Konsep Manajemen

Definisi terhadap istilah manajemen banyak diberikan oleh beberapa ahli manajemen.
Dalam kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang dapat diterima secara universal.
Beberapa pengertian manajemen menurut para ahli antara lain :

Mary Parker Follet


Mendifinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain.[8] Pengertian ini mengandung arti bahwa manajer dalam mencapai tujuan organisasi melalui
pengaturan orang-orang lain yang tergabung dalam organisasi. Pengaturan orang lain yang
dilakukan manajer satu dan manajer lain tentunya berbeda, dan perbedaan pengaturan ini
membutuhkan kemampuan dan keterampilan tersendiri yang merupakan seni manajemen.

15
Harold Koontz dan Cyriil O’ donnel
Mendifinisikan manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan
orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain
yang meliputi perencanaan, penggorganisasian, penggerakan dan pengendalian. [7]

R Terry
Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.

Stonner, James AF
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian. Upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya organisai untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[9] Proses adalah suatu cara yang sistematis untuk
melakukan sesuatu. Manajemen sebagai suatu proses karena semua manajer apapun keahliannya
dan ketrampilannya selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang dimaksud adalah perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan.

Paul Hersey
Manajemen didefinisikan sebagai proses kerja sama dengan dan melalui orang-orang dan
[3]
kelompok untuk mencapai tujuan. Definisi ini dapat diterapkan pada semua bentuk dan jenis
organisasi apakah perusahaan, lembaga pendidikan, rumah sakit, organisai politik, dan
sebagainya. Untuk dapat berhasil organisasi memiliki personalia pimpinan yang berkemampuan
baik, sehingga hubungan antar pribadi berjalan secara baik dan harmonis, setiap orang adalah
manajer.

16
Luther Gulick
Mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan/science yang
berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama
untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.[11]
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat
sebagai :
a. Ilmu dan seni
b. Proses
c. Profesi.

Manajemen sebagai ilmu karena manajemen telah dipelajarai lama dan telah dikaji,
diorganisasikan menjadi suatu rangkaian teori. Manajemen memerlukan disiplin-disiplin ilmu
pengetahuan lain dalam penerapannya untuk mencapai tujuan, misal disiplin ilmu ekonomi,
akutansi, statistik dan lain-lain. Manajemen dalam upaya mencapai tujuannya berdasarkan
kaidah ilmiah dan sistematis.

Manajemen sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


- Prinsip dan konsep manajemen dapat dipelajari
- Decion making dapat didekati dengan kaidah-kaidah ilmiah
- Obyek dan sarana manajemen untuk mencapai tujuan sebagian adalah elemen yang bersifat materi
- Dalam penerapannya manajemen memerlukan pendekatan dari bidang ilmu lainnya.

Manajemen sebagai seni diartikan bahwa manajer dalam mencapai tujuan banyak
dipengaruhi oleh ketrampilan-ketrampilan pribadi, bakat dan karakternya. Dan semua ini
merupakan seni tersendiri. Manajemen sebagai seni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Pencapain tujuan sangat dipengaruhi dan didukung oleh sifat-sifat dan bakat para menejer
- Dalam proses pencapaian tujuan sering kali melibatkan unsur naluri, perasaan dan intelektua.l
- Dalam pelaksanaan kegiatan, faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya adalah kekuatan
pribadi dan kreativitas.

17
Manajemen sebagai proses karena dalam mencapai tujuan menggunakan serangkaian
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Serangkaian kegiatan tersebut
dimulai dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi atau
mengendalikan. Manajemen sebagai proses lebih diarahkan pada proses mengelola dan mengatur
pelaksanaan suatu pekerjaan, atau serangkain aktivitas dalam rangka mencapai tujuan. Proses
manajenen dalam pencapaian tujuan ini juga menggunakan bantuan orang lain yang bekerja
sama.
Manajemen sebagai profesi penekannya pada kegiatan yang dilakukan sekelompok orang
dengan menggunakan keahlian-keahlian tertentu. Keahlian-keahlian tersebut diperoleh karena
telah memenuhi syarat atau standart tertentu dan diakui oleh masyarakat. Dengan keahlian
tersebut seseorang dapat memperoleh suatu status. Sekelompok orang yang bekerja dalam
organisasi dengan menggunakan keahlian tertentu dapat dikelompokan dalam organisasi
profesional.
Ciri-ciri sesuatu sebagai profesi sebagai berikut :
- Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum
- Para profesional mendapatkan status mereka karena mencapai standar prestasi kerja tertentu,
bukan karena favorit, politik, agama. atau social
- Para profesionalisme harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat dan disiplin bagi
mereka yang menyandang profesi.

2. Konsep Sumber Daya Manusia


Beberapa ahli telah merumuskan arti dari sumber daya manusia (SDM) yaitu sebagai
berikut :

Sonny Sumarsono (2003) mengartikan bahwa sumber daya manusia mempuyai


beberapa pengertian yaitu sumber daya manusia adalah usaha kerja yang bermanfaat bagi
keberlangsungan produksi. Sedangkan makna yang kedua, sumber daya manusia merupakan
kelompok manusia yang terdiri dari manusia yang memiliki kemampuan untuk memberikan jasa.

Sumber daya manusia oleh Hariandja dimaknai sebagai salah satu faktor penting bagi
sebuah perusahaan selain faktor modal. Faktor sumber daya manusia ini dianggap penting karena

18
membutuhkan pengelolaan yang baik dalam rangka peningkatan mutu organisasi maupun
perusahaan.

Menurut Mathis dan Jackson (2006), sumber daya manusia merupakan suatu rancangan
berbagai sistem formal dalam perusahaan maupun organisasi yang berfungsi untuk menjaga agar
penggunaan bakat dan minat manusia dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan tersebut secara efektif dan efisien.

Sumber daya manusia menurut Hasibuan adalah manusia yang mempunyai kemampuan
terpadu yang dicirikan dengan pola pikir dan daya fisik yang baik. Perilaku dan watak sumber
daya manusia berasal dari lingkungannya sedangkan prestasi dan motivasi kerja berasal dari
keinginan dirinya sendiri.

Pengertian sumber daya manusia menurut Ermaya adalah suatu faktor utama yang
penting dalam tiap proses pembangunan negara, perusahaan, maupun organisasi. Di dalam
pembangunan ini sumber daya manusia memberi pengaruh yang bermanfaat sehingga harus
diatur dan dijaga. Peran yang dimiliki sumber daya manusia ada dua yaitu sebagai objek serta
subjek dari proses pembangunan

Abdurrahmant Fathoni mengartikan sumber daya manusia sebagai kekayaan atau


modal suatu negara yang penting bagi segala aktivitas manusia sehingga mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Untuk itu, diperlukan analisis pengembangan dengan metode yang sesuai dengan
memperhatikan beberapa unsur seperti waktu, skill (kemampuan), dan daya yang dimiliki oleh
setiap manusia.

Gouzali Syadam mengartikan sumber daya manusia sebagai human resource yang
merupakan sumber utama dalam proses kegiatan di lingkungan sekitar. Beberapa ahli
menyampaikan bahwa sumber daya manusia adalah sekelompok tenaga kerja yang memberikan
daya dan upayanya kepada sebuah organisasi maupun perusahaan secara luas.

Begitu banyak pengertian sumber daya manusia yang dibuat oleh parah ahli baik dari
kalangan politisi, ekonomi, dan sebagainya. sumber daya manusia memiliki peranan dalam suatu
pengembangan, pembangunan, maupun proses yang lain.

19
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis
pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan
hubungan kerja guna mencapai tujuan yang ditetapkan (Panggabean, 2007:15).

Manajemen sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi
sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi
(Sulistiyani dan Rosidah, 2009:11).

3. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sebagai ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang
lain. Artinya, tujuan dapat dicapai bila dilakukan oleh satu orang atau lebih. Sementara itu
manajemen sumber daya manusia sebagai suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari
hubungan dan peranan manusia dalam suatu perusahaan.

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen
umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan dan pengendalian
(Veithzal, 2009:1).

Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang cara
pengadaan tenaga kerja, melakukan pengembangan, memberikan kompensasi, pemeliharaan, dan
pemisahan tenaga kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Yuli, 2005:15).

Manajemen sumber daya manusia terdiri atas serangkaian keputusan yang terintegrasi
tentang hubungan ketenagakerjaan yang memengaruhi efektivitas karyawan dan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan agar sumber
daya manusia di dalam organisasi dapat digunakan secara efektif guna mencapai berbagai
tujuan.
Bermacam-macam pendapat tentang pengertian manajemen sumber daya manusia, antara lain:

20
adanya yang menciptakan Human Resources, ada yang mengartikan sebagai man power
management serta ada yang menyertakan dengan pengertian manajemen sumber daya manusia
sebagai personal (personalia,kepegawaian, dan sebagainya).
Manajemen Sumber Daya Manusia mengatur dan menetapkan program kepegawaian
yang mencakup masalah-masalah sebagai berikut :

a. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan
kebutuhan perusahaan berdasarkan job description (pembagian tugas dan tanggung jawab),
job specification (spesifikasi pekerjaan), job reqruitment (syarat pekerjaan), dan job
evaluation (evaluasi pekerjaan).

b. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asa the ringht man in
the right place and the right man in the right job (menempatkan karyawan pada tempat dan
kedudukan yang tepat).

c. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian.

d. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang.

e. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada


khususnya.

f. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas


jasa perusahaan-perusahaan sejenis.

g. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.

h. Melaksanakan pendidikan, latihan dan penilaian produktivitas karyawan.

i. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.

j. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya.

Tujuan utama manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi
pegawai terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan.
Hal ini dapat di pahami karena semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan, tergantung
kepada manusia yang mengelola organisasi yang bersangkutan. Oleh sebab itu, sumber daya

21
manusia tersebut harus dikelola agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai
tujuan organisasi.

4. Sejarah Sumber Daya Manusia


Masa-masa awal perkembangan ilmu MSDM, banyak hal yang terjadi di beberapa
negara industri di Eropa, sehingga dalam perjalananya ada banyak versi dan pendapat yang
berusaha menerangkan awal mula dikembangkanya MSDM, akan tetapi kebanyakan penjelasan
sejarah masih berputat pada hal-hal yang berkaitan dengan fenomena dan bukan membahas
munculnya konsep MSDM itu sendiri.
Perjalanan sejarah MSDM sangat terikat dengan sejarah manajemen personalia,
bahkan MSDM banyak mengadopsi kerangka berpikir manajemen personalia seperti masalah
seleksi, penarikan, penilaian pegawai, promosi, pemberhentian, dan lain-lain. Fenomena MSDM
mula-mula muncul sebagai bentuk aktivitas di bidang personalia Angkatan Bersenjata Amerika
Serikat. Pada tahun 1915 saat menjelang pecahnya Perang Dunia I (PD I) Angkatan Bersenjata
Amerika Serikat mulai mengembangkan korp pengujian psikologi. Korp tersebut dimaksudkan
untuk melaksanakan pengujian tim serikat kerja serta tim semangat kerja. Orang-orang terlatih
dalam kedua tim itu, kemudian akan ditempatkan pada formasi kerja sebagai manajer-manajer
personalia. Langkah ini ditempuh mengingat bahwa permintaan manajer personalia yang
berkualitas pada masa itu sangat banyak. Paparan di atas memperlihatkan bahwa embrio MSDM
diawali dari aktivitas manajemen, khususnya aktivitas-aktivitaspersonnel management.[1]
Asal mula pemikiran MSDM merupakan hasil penemuan dari Peter Drucker
disekitar tahun Karya Drucker The Practice of Management(1955) mengetengahkan manajemen
melalui sasaran (Management by Objective). Menurutnya manajemen yang efektif harus
mengarah pada pandangan dan usaha dari semua manajer ke arah tujuan bersama. Konsep
tersebut menjadi dasar bagi MSDM.[2] Drucker juga merintis sejarah falsafah MSDM dan
program sumber daya manusia (SDM) yang dimasukkan sebagai sasaran dan rencana strategis
dari perusahaan yang hendaknya diarahkan untuk melibatkan semua orang dalam mencapai
tujuan dan rencana bersama.
Perkembangan MSDM juga diilhami oleh pendapat-pendapat di atas dan
diperkuat dengan sumbangan beberapa ahli psikologi seperti Abraham Maslow (1943). Adapun
sumbangan yang cukup terkenal adalah teori hierarkhi kebutuhan manusia (hierarchy of needs),

22
yang terdiri atas lima tingkatan. Pada level terbawah adalah kebutuhan fisiologis seperti sandang
(pakaian), pangan (makan), dan papan (perlindungan). Level kedua kebutuhan akan keselamatan.
Level ketiga kebutuhan sosial, level keempat kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan, dan
kebutuhan tertinggi adalah aktualisasi diri. Maslow kemudian menambahkan satu dasar
kebutuhan lagi, dan ini menjadi dasar terbesar, yaitu metamotivasion.[3] Manusia tidak pernah
terpuaskan kebutuhanya, dan itulah yang menjadi faktor pendorong manusia untuk memiliki
motivasi kerja yang tinggi untuk bekerja. Dari kelima tingkatan kebutuhan manusia tersebut,
kebutuhan aktualisasi diri yang berkenaan dengan proses kematangan, pertumbuhan dan
pencapaian rasa percaya diri, berkenaan dengan interaksi manusia dengan organisasi dan
pegawai. Hal ini cukup relevan untuk mempertimbangkan dalam konteks MSDM. Teori tersebut
juga menyampaikan asumsi bahwa manusia pada dasarnya adalah baik, bahkan bisa berbuat
mulia.
Ahli psikologi selanjutnya yang juga memberikan sumbangan besar dalam bidang
MSDM adalah Frederick Herzberg (1959) dengan temuanya Dual-Factor Theory. Dalam teori
ini Herzberg menjelaskan terkait masalah kepuasan kerja karyawan di lingkungan industri,
bahwa karyawan tidak puas dengan kepuasan yang lebih rendah, misalnya, terkait dengan sistem
upah yang sangat rendah, level atau kondisi kerja yang tidak menyenangkan. Sebaliknya,
karyawan akan lebih membutuhkan prestasi, pengakuan, kemajuan tanggung jawab, dan sifat
dari pekerjaan itu sendiri. Sejauh ini, teori Herzberg sangat sejalan dengan teori Maslow tentang
hirarki kebutuhan. Namun, Herzberg menambahkan dimensi baru terhadap teori ini oleh
mengusulkan sebuah model dua faktor motivasi (Dual-Factor Theory), berdasarkan pada
pemikiran bahwa adanya satu set karakteristik pekerjaan atau insentif menyebabkan kepuasan
pekerja di tempat kerja, sementara yang lain dan set terpisah karakteristik pekerjaan
menyebabkan ketidakpuasan di tempat kerja. Teori ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan
sikap kerja dan produktivitas, manajer harus mengenali dan mengurus kedua set karakteristik dan
tidak menganggap bahwa peningkatan kepuasan menyebabkan penurunan ketidakpuasan.[4]
Psikolog selanjutnya adalah Douglas McGregor (1960) dengan mengetengahkan
teori X dan teori Y. Menurut Douglas, manusia yang bertipe X adalah manusia yang cendrung
bersifat negatif, sedangkan yang memiliki tipe Y adalah manusia yang cenderung bersifat
positif. Seperti halnya di dalam organisasi, empat asumsi yang dipegang manajer saat
menghadapi karyawan, yakni karyawan secara inheren tidak menyukai kerja, dan bila

23
dimungkinkan akan mencoba menghindarinya, karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka
harus diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai sasaran. Karyawan akan
menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bila mungkin. Kebanyakan
karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain yang terkait dengan kerja dan akan
menunjukkan ambisi yang rendah. Untuk memotivasi pegawai atau guru yang bercirikan teori X
tersebut harus menggunakan pressure, peraturan yang kaku, ketentuan dan petunjuk teknis dalam
bekerja secara terperinci. Sedangkan teori Y adalah kebalikan dari sifat-sifat karyawan yang
terdapat dalam teori X.[5]
Perkembangan selanjutnya ditunjukan oleh seorang ilmuan dari Columbia
University bernama Rensis Likert (1961) dengan empat sistem manajamen yang sangat terkenal
dan banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan besar Eropa. Linkert mengembangkan empat
sistem manajemen, antara lain otoritatif dan eksploitif, otoritatif dan benevolent, konsultatif,
partisipatif.[6] Kemudian pada era tahun 1970-an, Chris Argyris dan Donal Schon
mempromosikan teori tindakan melalui pembelajaran profesional dan pembelajaran dalam
organisasi (theories of action, double-loop learning and organizational learning). Teori ini
sangat kontribusi besar dalam pengembangan apresiasi dan tindakan pekerja dalam organisasi.
Organisasi harus memiliki peta mental guna mengetahui situasi para pekerja, karena dengan cara
ini pemimpin akan bisa merencanakan, melaksanakan, dan meninjau tindakan.[7]
Beberapa teori di atas telah mengilhami lahirnya konsep pengakuan faktor psikis
manusia dalam organisasi. Sedangkan untuk istilah bahasa MSDM sendiri baru digunakan dalam
kurun waktu 1960-an dan diterima secara luas pada tahun 1970-an pada saat perhimpunan
Amerika untuk Administrasi Personalia (American Society for Personal Administration, ASPS)
yang kemudian namanya diganti menjadi perhimpunan untuk MSDM atau disebutSociety for
Human Resources Management (SHRM). Angkatan Bersenjata Amerika Serikat menggunakan
istilah MSDM sebagai sinonim dari istilah manajemen personalia. Sungguhpun begitu, kedua
istilah tesebut mengacu kepada hal yang serupa, perbedaan antara keduanya terletak pada
penekananya. MSDM mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan,
penggunaan, dan perlindungan terhadap SDM.
Di akhir tahun 1970-an, konsep MSDM telah diterapkan di banyak organisasi di
belahan dunia. Konsep ini berhasil menjelaskan bahwa kesuksesan SDM tergantung pada
penciptaan organisasi berdasarkan pada persatuan, pembinaan, penggunaan, perlindungan,

24
penghargaan, pelayanan, dan sebagainya. Dengan kata lain MSDM berhasil menciptakan
kesejahteraan SDM dalam ranah material, sedangkan hal-hal terkait non material seperti
pencarian makna dalam hidup, menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan, dan pengakuan atas
norma-norma spiritual, konsep MSDM belum mampu menjangkaunya. Akan tetapi dalam
perjalanan nantinya, yakni disekitar akhir tahun 1990-an, banyak teoritikus dan CEO organisasi
yang mencoba mengintegrasikan nilai-nilai spiritual ke dalam teori manajemen. Mereka
meyakini bahwa paradigma baru ini yang menekankan nilai-nilai spiritualitas- akan membawa
organisasi ke arah kesuksesan.
Di Indonesia masalah sumber daya manusia baru mulai diperhatikan lebih serius pada
tahun 1970-an. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Undang-undang tentang tenaga kerja,
peraturan upah minum, Kesejahteraan pegawai dan sebagainya. Sampai saat ini peningkatan
kualitas sumber daya masih terus dilakukan, karena meskipun suatu negara tidak mempunyai
keunggulan komparatif yang baik, namun mempunyai keunggulan kompetitif, maka negara
tersebut bisa lebih bersaing dengan negara lain.

5. Tujuan dan Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia


 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki kontribusi produktif


orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau perusahaan dengan cara yang
bertanggungjawab secara strategis, etis dan sosial. Para manajer dan departemen sumber daya
manusia mencapai maksud mereka dengan memenuhi tujuannya.

Tujuan manajemen sumber daya manusia tidak hanya mencerminkan kehendak


manajemen senior, tetapi juga harus menyeimbangkan tantangan organisasi, fungsi sumber daya
manusia dan orang-orang terpengaruh. Kegagalan melakukan tugas itu dapat merusak kinerja,
produktifitas, laba, bahkan kelangsungan hidup organisasi atau perusahaan.

Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki kontribusi produktif


orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau perusahaan dengan cara yang
bertanggungjawab secara strategis, etis dan sosial.

25
4 (Empat) tujuan manajemen SDM adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Sosial
Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar organisasi atau perusahaan
bertanggungjawab secara sosial dan etis terhadap keutuhan dan tantangan masyarakat dengan
meminimalkan dampak negatifnya.

b. Tujuan Organisasional
Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi
mencapai tujuannya.

c. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber
daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

d. Tujuan Individual
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau perusahaan yang
hendak mencapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.

 Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia


Fokus utama manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah memberikan kontribusi
pada suksesnya organisasi. Kunci untuk meningkatkan kinerja organisasi adalah dengan
memastikan aktivitas SDM mendukung usaha organisasi yang terfokus pada produktivitas,
pelayanan dan kualitas.
Produktivitas diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada
produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di sebuah organisasi
sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem manajemen.
Kualitas suatu barang/jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka panjang
suatu organisasi. Bila suatu organisasi memiliki reputasi sebagai penyedia barang/jasa yang
kualitasnya buruk, perkembangan dan kinerja organisasi tersebut akan berkurang.
Pelayanan SDM sering kali terlibat pada proses produksi barang/jasa. Manajemen SDM
harus disertakan pada saat merancang proses tersebut. Pemecahan masalah harus melibatkan

26
semua karyawan, tidak hanya manajer, karena sering kali membutuhkan perubahan pada budaya
perusahaan, gaya kepemimpinan dan kebijakan SDM.

Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen SDM haruslah terdiri dari aktivitas-
aktivitas yang saling berkaitan. Aktivitas SDM adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan dan Analisis SDM
Aktivitas perencanaan ini dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi
pasokan dan permintaan akan tenaga kerja. Sedangkan, aktivitas analisis dan penilaian
selektivitas SDM juga penting dilakukan sebagai bagian dari menjaga daya saing organisasi.
Dukungan informasi akurat dan tepat waktu yang didapatkan dari Sistem Informasi Sumber
Daya Manusia (SISDM) sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ini.

b. Kesetaraan Kesempatan Bekerja


Kepatuhan pada hukum dan peraturan Kesetaraan Kesempatan Bekerja (Equal Employment
Opportunity - EEO) mempengaruhi aktifitas SDM lainnya dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari manajemen SDM. Contohnya, perencanaan SDM harus memastikan sumber
tenaga kerja yang bervariasi untuk memenuhi jumlah tenaga kerja yang ditetapkan oleh hukum
dan peraturan. Selain itu, pada saat perekrutan, seleksi dan pelatihan, semua manajer harus
mengerti peraturan ini.

c. Perekrutan/Staffing
Sasaran perekrutan adalah untuk menyediakan pasokan tenaga kerja yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan organisasi. Dengan mengerti apa yang dilakukan oleh tenaga kerja,
analisis perkerjaan (job analysis) adalah dasar dari fungsi perekrutan. Dari sini, uraian
pekerjaan (job description) dan spesifikasi pekerjaan (job spesification), dapat dipersiapkan
untuk proses perekrutan. Proses seleksi sangatlak menekankan pada pemilihan orang yang
memenuhi kriteria persyaratan (qualified) untuk mengisi lowongan pekerjaan.

d. Pengembangan SDM
Pekerjaan pasti akan berevolusi dan berubah, karena itu diperlukan pelatihan yang
berkesinambungan untuk tanggap pada perubahan teknologi. Pengembangan semua tenaga

27
kerja, termasuk pengawas (supervisor) dan manajer, diperlukan iuntuk menyiapkan organisasi
menghadap tantangan ke depan. Perencanaan Karir (Career Planning) mengidentifikasi jalur
dan aktivitas setiap individu yang berkembang di suatu organisasi.

e. Kompensasi dan Keuntungan


Kompensasi diberikan pada tenaga kerja yang melakukan kerja organisasi seperti pembayaran
(pay), insentif (incentive), dan keuntungan (benefits). Perusahaan harus mengembangkan dan
selalu memperbaiki sistem upah dan gaji. Program insentif seperti pembagian keuntungan dan
penghargaan atas produktivitas semakin banyak dilakukan. Peningkatan biaya pada
keuntungan, contohnya pada keuntungan pemeliharaan kesehatan, selalu menjadi isu penting.

f. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja.


Kesehatan dan keselamatan fisik serta mental tenaga kerja adalah hal yang utama.
Occupational Safety and Health Act (OSHA) atau Undang-Undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja telah membuat organisasi lebih tanggap atas isu kesehatan dan keselamatan.
Pertimbangan tradisional atas keselamatan kerja terfokus pada mengurangi atau menghapuskan
kecelakaan kerja. Pertimbangan lain adalah pada isu kesehatan yang timbul pada lingkungan
kerja yang berbahaya seperti resiko terkena bahan kimia atau teknologi baru. Keamanan
tempat kerja juga semakin penting karena kekerasasn tidak jarang terjadi di sini.

g. Hubungan Tenaga Kerja dan Buruh.


Manajemen Hak-hak tenaga kerja harus diperhatikan, tidak peduli apakah ada atau tidak ada
serikat tenaga kerja. Komunikasi dan pembaharuan kebijakan dan peraturan SDM sangat
penting untuk dikembangkan sehingga manajer dan tenaga kerja tahu apa yang diharapkan dari
mereka.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberadaan lembaga keuangan syariah dalam kancah persaingan global ke depan sangat
ditentukan oleh siapa yang mengelolanya. Hal ini berarti peran SDM memiliki posisi sentral dalam
perkembengannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Permasalahan lembaga keuangan syariah ke depan masih terus perlu pengupayaan yang maksimal, agar
mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Disisi lain lembaga keuangan syariah harus
memberikan sesuatu yang lain yang tidak di berikan oleh lembaga keuangan lainnya.
Permasalah di bidang sumber daya manusia lembaga keuangan syariah di tenggarai lebih banyak terjadi
pada level manajerial dengan berbagai indikasinya, yang semuanya itu mengarah pada lemahnya
profesionalisme dalam memahami hakekat lembaga keuangan syariah sebagai lembaga kepercayaan
yang bekerja atas dasar dana amasyarakat yang dititipkan serta kurangnya pemahaman moral dan etika
bisnis islami.
Upaya mempersiapkan kualifikasi SDM lembaga keuangan syariah di masa depan,
terutama diarahkan kepada upaya peningkatan profesionalisme yang tidak hanya berkaitan dengan
masalah keahlian dan keterampilan saja, namun yang jauh lebih penting adalah menyangkut komitmen
moral dan etika bisnis yang mendalam atas profesi yang dijalankannya. Pemahaman dan perwujudan
tidak nyata dari nilai- nilai moral agamis merupakan persyaratan mutlak bagi pelaku lembaga keuangan
syariah ke depan.

B. Saran
Dalam strategi manajemen sumber daya manusia di lembaga keuangan syariah yaitu :
1. Diharapkan untuk sumber daya yang ingin terjun di lembaga keuangan syariah sudah selayaknya
mengetahui seluk beluk mengenai ilmu syariah jika ingin bertahan dalam persaingan yang ketat.
2. Perlu adanya pelatihan pengembangan dari lembaga keuangan syariah secara konsisten agar
mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dan sesuai dengan bidang yang
dikuasai sehingga tidak akan ada tindakan kecurangan karena sumber daya manusia yang
dimiliki tidak berkompeten.

29
3. Pihak manajemen sangat perlu mengutamakan pelatihan syariah yang terus-menerus agar
kemampuan syariah meningkat dan jiwa syariah menjadi tumbuh dan makin kuat. Dengan begitu
tidak akan ada keluh kesah dan kesulitan lagi yang mengenai konsep lembaga keuangan syariah.
4. Pentingnya merekrut orang tepat yang memiliki disiplin ilmu pengetahuan yang berhubungan
atau berkaitan dengan perkerjaan dan menempatkannya di posisi yang tepat pula (the right man
on the right place).

30
DAFTAR PUSTAKA

[1] Ahmad Rodoni, Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah. Zikrul Hakim. Jakarta. 2008. Hal. 1
[2] Buchari Alma, Doni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah. CV, Alfabeta. 2009. Hal. 4
[3] http://ethasyahbania.blogspot.com/2010/11/lembaga-keuangan-syariah.html. Kamis, 08-11-2018
pukul 02.59 WITA
[4] Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, kencana Media Group, 2009, Hal.28
[5] Ahmad Rodoni, Abdul Hamid.op.cit. Hal.6
[6] Andri Soemitra, op.cit, Hal:20
[7]Ahmad Rodoni, Abdul Hamid.op.cit.Hal.7
[8] Andri Soemitra, op.cit. Hal.21-22
[9] Ibid.Hal.30-33
[10] http://ethasyahbania.blogspot.com/2010/11/lembaga-keuangan-syariah.html. Kamis, 08-11-2018
pukul 02.59 WITA
[11] Jahen Fachrul Rezki, dkk. Ekonomi Indonesia di Mata Anak Muda UI. Badouse Media. Jakarta.
2011. Hal. 21
[12] Pusat pengkajian dan pengembvangan ekonomi islam UII yogyakarta dan atas kerjasama dengan
Bank indonesia, Ekonomi islam, PT. Raja Grafondo Persada, Jakarta.2008. Hal. 301
[13] Ahmad Rodoni, Abdul Hamid.op.cit.Hal. 11

31

Anda mungkin juga menyukai