RAPPOKALLING
Bell’s Palsy
Pembimbing :
dr. Gusti Gunawan
Pendahuluan
Bell’s Palsy merupakan suatu kelumpuhan akut nervus
fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya. Sir Charles
Bell (1821) adalah orang yang pertama meneliti beberapa
penderita dengan wajah asimetrik, sejak itu semua
kelumpuhan nevus fasialis perifer yang tidak diketahui
sebabnya disebut Bell’s palsy
Prevalensi BP di beberapa Negara cukup tinggi. Di Inggris dan
Amerika berturut-turut 22,4dan 22,8 penderita per 100,000
penduduk per tahun. Di Belanda (1987) 1 penderita per 5000
orang dewasa dan 1 penderita per 20,000 anak per tahun. Data
yang dikumpulkan di 4 buah rumah sakit di Indonesia diperoleh
frekuensi BP sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati, dan
terbanyak terjadi pada usia 21-30 tahun. Penderita diabetes
mempunyai resiko 29% lebih tinggi, dibanding non-diabetes. BP
mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan yang sama.
Ilustrasi Kasus
Seorang pasien Laki-laki Tn. AS berumur 60 tahun datang ke
Puskesmas Rappokalling tanggal 22/08/2109 dengan keluhan
mulut mencong ke sisi kanan sejak 3 hari yang lalu. Pipi kanan
melemah dirasakan sewaktu pasien makan dan minum, sehingga
air keluar dari mulut. Pasien juga merasakan matanya terasa
berat sebelah kiri dan tidak dapat menutup rapat. Pasien
mengatakan sebelum wajahnya seperti ini, pasien pergi keluar
tengah malam untuk mencari coto Makassar, namun saat
bangun paginya tiba-tiba pasien merasa matanya terus-menerus
mengeluarkan air mata .
Awalnya pasien tidak terlalu memperdulikan hal tersebut, namun
saat makan pasien mulai menyadari bahwa mulutnya terasa miring.
Sang istri pun baru menyadari setelah beberapa hari melihat
perubahan pada wajah suaminya dan segera mengantarkan pasien ke
puskesmas. Riwayat hipertensi (+), diabetes tidak ada, riwayat
demam tidak ada, batuk tidak ada, flu tidak ada, riwayat trauma
sebelumnya tidak ada, riwayat terkena udara dingin sebelumnya (+),
perokok (+), Riwayat wajah mencong sebelumnya (+) sepupu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
komposmentis, kooperatif, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali
per menit, Pernapasan 20 kali per menit, suhu 36,80C.
Pemeriksaan derajat kerusakan saraf fasialis menggunakan
system House-Brackmann didapatkan wajah asimetris saat
istirahat, tonus saat istirahat abnormal, dahi pada sisi kanan ada
gerakan sedikit, mata kiri tidak dapat menutup sempurna dan
mulut pada sisi kanan terdapat kelemahan. Status generalis,
kepala: rambut pendek, warna hitam. Pemeriksaan mata,
konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, lensa tidak
keruh. Pemeriksaan THT dalam batas normal. Jantung dalam
batas normal. Paru suara dasar vesikular. Ekstremitas tidak
didapatkan edema.
Pada pemeriksaan ini dapat disimpulkan bahwa
kelumpuhan saraf fasialis kiri dengan House-Brackmann
(HB) derajat IV.
2 Fungsi ekonomi dan pemenuhan 5 Edukasi dan motivasi untuk Pasien berniat untuk 4
kebutuhan menambah penghasilan memanfaatkan waktu
Pendapatan keluarga yang cukup dengan memanfaatkan waktu luang untuk memperoleh
luang penghasilan tambahan
Total 21 27
skor:
Rata- 4.2 3.85
rata
skor:
berhamburan.
Sehingga pasien semakin termotivasi untuk sembuh
dengan meminum obat teratur. Dijelaskan pula mengenai
efek samping meminum obat seperti nyeri ulu hati.
Sehingga apabila efek – efek samping tersebut mengganggu
aktifitas pasien, maka disarankan untuk berobat ke
Puskesmas. .
Alur Penatalaksanaan Bell’s Palsy
Terima Kasih