Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Dalam menyelesaikan suatu perkara terutama suatu tindak pidana, tidak jarang penyidik
membutuhkan bantuan para ahli dalam bidang pengetahuan masing-masing. Bilamana
bantuan ini berhubungan dengan bidang kedokteran, maka sudah selayaknya bahwa yang
diminta bantuan adalah seorang dokter.

Salah satu peranan dokter di lapangan adalah ikut menegakkan dan membela kebenaran
serta keadilan yang diwujudkan dalam bentuk visum et repertum. Tidak jarang dokter
dihadapkan untuk ikut memeriksa korban yang menderita luka atas permintaan penyidik.

Suatu luka dapat didefinisikan sebagai rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh
suatu trauma. Ada bermacam-macam penyebab luka, yaitu yang disebabkan oleh tembakan,
aliran listrik, persentuhan dengan benda tumpul, benda tajam, bahan kimia, dan sebagainya.

Tindakan kriminal yang disertai dengan senjata tajam sering terjadi, hal ini sering
berkaitan dengan mudahnya memperoleh senjata tajam dimana-mana, karena senjata tajam
ini banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.Cara kematian luka akibat benda tajam
dapat terjadi karena pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan sebagai contoh adalah:

1. Kasus mayat terpotong yang sering terjadi akhir-akhir ini.


2. Perampokan di rumah tangga, nasabah bank yang disertai pembunuhan
dengan senjata tajam
3. Bunuh diri dengan menggorok lehernya dengan senjata tajam
4. Bayi baru lahir dibunuh dengan diiris-iris, dipotong-potong oleh ibunya
sendiri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang
terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka
merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi
pada korban hidup maupun korban mati.
Secara medis luka dipandang sebagai suatu kerusakan jaringan akibat dari
trauma, sedangkan secara hokum luka merupakan bukti suatu keadaan yang dapata
disebabkan oleh suatu tindak pidanan baik yang bersifat intensional (sengaja),
recklessness (ceroboh) atau negligence (kurang hati – hati). Untuk menentukan berat
ringannya hukuman terhadap pelaku tindak pidana perlu ditentukan terlebih dahulu berat
ringannya derajat luka, oleh sebab itu diperlukan keterangan dokter untuk membuat luka
tersebut “berbicara” secara hokum dalam bentuk alat bukti yang sah yang dikenal
dengan nama visum et repertum. Agar menjadi alat bukti yang sah dimata hokum maka
harus memenuhi syarat formal dan material. Syarat material adalah bahwa isi yang
tertulis dalam visum et repertum harus sesuai dengan keadaan yang sebenernya serta
tidak boleh bertentangan dengan teori kedokteran yang sudah teruji kebenarannya. Syarat
formal adalah prosedur untuk mendapatkan barang bukti tersebut tidak boleh melanggar
kaidah hokum yang berlaku.
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka merupakan
kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti
jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan oto, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan
tulang.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian
atau karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan Terhadap Tubuh
atau Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu
kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang
dilakukan karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan
sengaja diatur dalam BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan
karena kelalaian diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut
dijumpai kata-kata, “mati, menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan
pekerjaan sementara”, yang tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi
‘karena salahnya’ diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang
perhatian.
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban korban perlukaan. Dokter
sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai jenis luka apa yang ditemui,
jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan bagaimana kualifikasi dari
luka itu. Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah
penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi
sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka
lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti
medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan
bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et
Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban
luka, keracunan, ataupun mati. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang
mendeskripsikan luka. Visum et Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu
memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti
yang sah di sidang pengadilan.
Dokter sebagai warga Negara bahkan kebanyakan adalah pegawai negeri maka
berdasarkan pasal 108 KUHAP mempunyai kewajiban melaporkan kepada yang
berwenang bila mengetahui adanya tindak pidana. Dokter yang merupakan bagian dari
sumber daya rumah sakit yang harus dilindungi oleh rumah sakit.
Pemeriksaan pada korban hidup dalam hal korban tindak pidana penganiayaan
atau kelalaian orang lain makan bantuan dokter diperlukan untuk membuktikan ada luka
atau tidak, benda penyebab luka, bagaimana cara benda tersebut dapat menimbulkan luka
serta bagaimana dampak atau pengaruh luka tersebut. Pengaruh luka pada tubuh dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi, dinyatakan sebagai penyakit. Dampak
atau pengaruh luka pada tubuh menjadi dasar penentuan berat ringannya luka. Secara
hukum hal ini didasarkan atas pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, kesehatan
rohani, kelangsungan hidup janin di dalam kandungan, estetika jasmani, pekerjaan
jabatan atau pekerjaan mata pencarian serta fungsi alat indera. Penentuan berat ringannya
luka tersebut dicantumkan dalam bagian kesimpulan visum et repertum.
Menurut KUHP berat ringannya luka atau kualifikasi luka tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Luka ringan :
Adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya. Hukuman terhadap
luka ringan ini tercantum pada pasal 352 ayat 1 KUHP : kecuali yang tersebut
pada pasal 353 dan 356 maka penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidanan denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
2. Luka sedang :
Adalah luka yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencariannya untuk sementara waktu. Hukuman
dapat dijatuhkan berdasarkan pasal 351 ayat 1 KUHP : penganiayaan
diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
3. Luka berat :
Adalah sebagaimana tercantum di dalam pasal 90 KUHP, yaitu :
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat
e. Menderita sakit lumpuh
f. Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih
g. Gugur atatu matinya kandungan seorang perempuan

Hukuman dapat dijatuhkan berdasarkan dalam KUHP pasal 351 ayat 2 dan
ayat 3, pasal 353, pasal 354, pasal 355.
A. Anatomi Lapisan Tubuh :

Sebelum membahas lebih dalam mengenai traumatologi dan jenis luka, sebaiknya kita
bahas lapisan tubuh dari kulit sampai ke tulang. Secara umum tubuh mempunyai lapisan –
lapisan tubuh yang mempunyai fungsi untuk melindungi organ – organ yang ada di
dalamnya. Tiap – tiap lokasi mempunya kedalaman lapisan yang berbeda – beda tergantung
dari organ yang dilindungi organ vital atau tidak. Secara umum tubuh terdiri dari beberapa
lapisan yaitu ;

1. Lapisan kulit : kulit merupakan lapisan terluar yang dimiliki tubuh. Dari kepala
sampai telapak kaki bagian tubuh terluar dilindungi oleh kulit. Kulit berfungsi untuk
mengatur suhu tubuh, membantu ekskresi dari hasil metabolism dan respirasi. Selain
itu kulit juga berfungsi untuk melembabkan tubuh melalui kelenjar yang ada di bagian
kulit itu sendiri.

2. Lapisan lemak : dibawah dari lapisan kulit terdapat lapisan lemak yang berfungsi
untuk penyimpanan energy yang bisa digunakan untuk menghasilkan ATP saat tubuh
kita mengalami hipoglicemia ( kadar gula darah di bawah normal). Ketebalan lapisan
lemak ini tergantung dari berat badan tubuh dari seseorang. Jika seseorang tersebut
mengalami kegemukan maka ketebalan lapisan lemak orang tersebut lebih tebal dari
orang yang tidak mengalami kegemukan. Selain itu lapisan lemak juga bisa tipis pada
orang – orang dengan keadaan gizi buruk.
3. Lapisan jaringan ikat : lapisan ini berada pada bawah lapisan lemak yang berfungsi
sebagai pengikat, penyokong, dan penambat berbagai macam jaringan tubuh lain,
organ, dan bagian – bagian tubuh yang lain.

4. Lapisan otot : lapisan ini berada dibawah jaringan ikat, yang berfungsi untuk
melindungi organ yang ada didalamnya, untuk kontraksi/ untuk gerak tubuh yang
terdiri dari origo dan insersionya yang melekat pada tulang.
5. Organ : yaitu suatu bagian tubuh yang berada dalam rongga pada tubuh, yang
mempunyai fungsi berbeda – beda tergantung dari organ tersebut.
6. Tulang : yaitu lapisan terdalam dari tubuh yang berfungsi sebagai penyokong tubuh
untuk bisa berdiri dan bergerak pada tulang – tulang yang mempunyai persendian.

B. Definisi traumatologi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan
tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena
adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
C. Penyebab trauma
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di
ketahui jenis penyebabnya, yaitu:
1. Benda-benda mekanik
2. Benda-benda fisik
3. Kombinasi benda mekanik dan fisik
4. Zat-zat kimia korosif
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.
1. Benda-benda mekanik
a. Trauma benda tajam
Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalh
sebagai berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan ,
tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit
lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).
1) Luka sayat (Cuts or incised wound)
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit sehingga syok traumatic tidak terjadi kecuali
ditimbulkan oleh factor – factor yang lain seperti perdarahan. Komplikasi
fatal dari luka iris yang paling sering terjadi adalah perdarahan sepsis.
Luka iris pada kasus bunuh diri paling sering terjadi di kerongkongan dan
pergelangan tangan dan lengan bawah sisi fleksor. Seseorang biasanya
memegang senjata dengan tangan kanannya dan memulai irisan dari sisi kiri
ke sisi kanan, atau mungkin dia mengiris dari sisi kanan leher ke depan dan ke
bawah. Seseorang yang kidal akan mengiris dirinya dengan cara yang sama ,
pada umumnya memulai irisan dari sisi kanan leher.
Ciri luka sayat :
a) Pinggir luka rata
b) Sudut luka tajam
c) Rambut ikut terpotong
d) Jembatan jaringan ( - )
e) Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang

2) Luka tusuk (stab wound)


Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam
atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh.
Efek yang terjadi pada luka tusuk tergantung dari lokasinya pada tubuh. Luka
dapat terjadi pada dada, abdomen tulang belakang, leher, kepala dan
ekstremitas.

Contoh:
-Belati, bayonet, keris
-Clurit
-Kikir
-Tanduk kerbau
Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
 Tepi luka rata
 Dalam luka lebih besar dari panjang luka
 Sudut luka tajam
 Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
 Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
3) Luka bacok (chop wound)
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam
atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang
cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Ciri luka bacok :


 Luka biasanya besar
 Pinggir luka rata
 Sudut luka tajam
 Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan
bagian tubuh yang terkena bacokan
 Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi
b. Trauma benda tumpul
Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh benda-benda
yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola,
ditinju, jatuh dari tempat ketinggian, kecelakaan lalu-lintas dan lain-lain
sebagainya. Trauma tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu:
1) Luka memar (contusio)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut
disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap
kejaringan di sekitarnya.
Mula – mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah
4 sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari
seminggu menjadi kekuningan.
Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar
di bandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar
tidak dapat di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda
penyebabnya atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang –
orang yang gemuk juga akan mudah terjadi memar.Dilihat sepintas lalu luka
memar terlihat seperti lebam maya, tetapi jika di periksa dengan seksama
akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu:
Memar Lebam mayat
Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian
terendah
Pembengka:kan Positif negatif
Bila di tekan Warna tetap Memucat / hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan( Reaksi jaringan ( - )
+)
2) Luka lecet (abrasio)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
lapisan luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :
o Bentuk luka tak teratur
o Batas luka tidak teratur
o Tepi luka tidak rata
o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan
o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )
o Warna coklat kemerahan
o Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih
di tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang.
Luka lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda –
tanda sebagai berikut :
o Warna kuning mengkilat
o Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan
tidak di temukan reaksi jaringan.
3) Luka robek (vulnus laceratum)
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :
o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
o Di sekitar garis batas luka di temukan memar
o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (
misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas ).
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk
dari luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya.
Jika benda tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi
dipukulkan pada kepala maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat
atau persegi.
c. Trauma benda yang mudah pecah (kaca)
Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( missal kaca ), dapat
mengakibatkan luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan
luka lecet. Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen
dari benda yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca
mobil maka luka-luka campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka
iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau
peah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.

2. Benda-benda fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara
lain:
a. Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya
kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan
luka bakar derajat I, II, III, atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka
bakar tingkat I, II, atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I,
II, III, atau IV.
b. Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang
terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula pada
daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga
terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang
mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat
dapat terjadi gangren.
c. Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai
akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh listrik pada
jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus
(amper), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak
serta luasnya daerah terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat,
dikelilingi daerah hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat
keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang
bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan
tubuh juga ikut terbakar.
Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi tegangan
antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper) yang dapat
mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran
seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-
orang tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya
pengaruhnya lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari
berhubungan dengan listrik.
d. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat
mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat
listrik, panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka
akibat ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan
dengan benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan saraf
pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan ataun efek dari gas panas yang ditimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari
logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
e. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh
manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut
disbarisme yang terdiri atas 2 macam yaitu:
1) Hiperbarik
Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:
 Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat atau turun
gunung
 Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving
(menyelam dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan tube di
mulut) penyelam dengan pakaian khusus.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:
 Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema
interstisial.
 Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan, vertigo atau
dizzines.
 Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau bahkan
meletus.
 Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi
2) Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
 Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat mengudara atau saat
pesawat meluncur keluar angkasa.
 Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam
decompression chamber.
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan pengumpulan
gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak, rongga-rongga atau
organ-organ berongga.
Gejala tersebut antara lain:
 Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
 Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat
 Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak emfisema
subkutan
 Rongga perut terasa kembung
 Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)

3. Kombinasi benda mekanik dan fisik


Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka yang
dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumbul) dan benda fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor). Mengingat lapisan kulit
mempunyai elastisitas yang kurang baik dibandingkan lapisan di bawahnya maka
jaringan yang hancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya, bentuk luka
tembak masuk terdiri atas lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yang diameternya lebih
besar. Diameter cincin lecet tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.
Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga
pendorong anak pelurunya (senjata angin), pada hakekatnya merupakan luka yang
disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat
tergantung dari jenis senjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan serta
posisinya (sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru).

4. Zat-zat kimia korosif


Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh
manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu:
a. golongan asam
Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:
 Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3
 Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat
 Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida
 Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka ialah:
 Mengekstraksi air dari jaringan
 Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat
 Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas ialah:
 Terlihat kering
 Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid erwarna
kuning kehijauan
 Perabaan keras dan kasar
b. golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
 KOH
 NaOH
 NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:
 Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline
albumin dan sabun
 Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:
 Terlihat basah dan edematus
 Berwarna merah kecoklatan
 Perabaan lunak dan licin
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.
2. Mekanisme terjadinya luka bergantung pada efek dari kekuatan mekanis benda
yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan penekanan, penarikan,
perputaran pada tubuh. Selain itu, terjadinya luka juga dipengaruhi dari jenis
benda apakah benda tajam atau tumpul dan target jaringannya.
3. Secara mekanis, jenis penyebab luka dapat dibedakan atas luka tajam dan luka
tumpul. Luka tajam dapat menyebabkan luka iris, luka tusuk dan luka bacok.
Sedangkan luka tumpul dapat menyebabkan luka memar, luka lecet dn luka robek.
4. Proses penyembuhan luka dapat dibedakan atas penyembuhan luka terbuka dan
tertutup. Penyembuhan luka terbuka terdiri dari tiga fase yaitu fase inflamasi,
proliferasi, dan maturasi. Sedangkan penyembuhan luka tertutup dibedakan untuk
luka memar dan lecet. Pada luka memar terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
sebagai respon rusaknya pembuluh darah kemudian terjadi respon dari trombosit
guna membentuk sumbat trombosit selanjutnya proses koagulasi dan terakhir
terjadi fibrinolisis sehingga darah dapat mengalir kembali secara normal. Pada
luka lecet terjadi proses penyembuhan melalui fase formasi keropeng, regenerasi
epitel, granulasi subepitel dan hiperplasia epitel, dan regresi epitel dan granulasi
jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


kedokteran forensik edisi pertama. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997;37-54.

2. Sofwan D. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hukum.
Semarang:Balai Penerbit Universitas Diponegoro; 2004;67-91.

3. Nugraha A. Penyembuhan luka. 2009. Available from : http://cupu.web.id/pengertian-


luka-wound-dan-wound-healing-proses-penyembuhan-luka/ [cited : 19 September
2010]

Anda mungkin juga menyukai