Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS MEDIKOLEGAL

PENGANIAYAAN TERHADAP
SEORANG PEREMPUAN 32 TAHUN

Pendamping
dr. Kemalasari

Disusun Oleh
dr. Willdania Yolanda

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DEPARTEMEN KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG
RSUD AMBARAWA

2018
LAPORAN KASUS PENGANIAYAAN

Topik : Medikolegal
Kasus : Penganiayaan
Oleh : dr. Willdania Yolanda
Pendamping : dr. Kemalasari
Objektif : Medikolegal
Deskripsi : Penganiayaan terhadap Seorang perempuan 32 tahun .
Tujuan : Mampu mengidentifikasi dan melakukan pengelolaan pada kasus
penganiyaan
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka dan Kasus
Cara Membahas : Diskusi

Ambarawa,
Pendamping dokter internship,

dr. Kemalasari
BAB I
PENDAHULUAN

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus
forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar
atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam
beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen
elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali
terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan
trauma.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan
bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah
Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan
korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak
pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran
Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum.
BAB II
PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kaliwungu Kudus
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk : 23 Juni 2018

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)


A. Keluhan Utama : Meminta visum
B. Keluhan Tambahan : Terdapat memar pada wajah dan lengan bawah
kiri.
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD ambarawa untuk membuat visum. Pasien datang
dalam keadaan sadar dan terdapat luka lecet pada wajah dan lengan bawah kiri
pasien. Pasien mengaku telah bertengkar dan dipukul berulang kali oleh
pacarnya 1 hari sebelum periksa ke rumah sakit , kejadian di kos pasien.
Setelah dipukul, pasien mengaku dikunci di dalam kamar kos oleh pacarnya
selama 1 hari, dan saat pasien berhasil keluar, pasien langsung melaporkan
kejadian ke kantor polisi dan disarankan untuk melakukan visum.

I. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Sadar Penuh
Tekanan darah : 138/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu badan : 36,9o C
PEMERIKSAAN FISIK STATUS LOKALIS LUKA/ CEDERA
1. Pada daerah hidung tepat di pertengahan antara mata kanan dan mata
kiri bagian dalam terdapat luka lecet gores berwarna merah berbentuk
garis panjang mendatar sebanyak 1 buah, batas tegas disertai nyeri
tekan, sepanjang 3 cm.
2. Pada daerah mata kanan terdapat luka memar yang mengelilingi mata
berwarna kebiruan disertai nyeri tekan berbetuk bulat dengan diameter
4 cm.
3. Pada daerah sudut mata kanan sisi luar bagian bawah terdapat luka lecet
berwarna merah berbentuk panjang berukuran 2 cm.
4. Pada daerah lengan bawah kiri sisi luar terdapat luka lecet berwarna
merah berbentuk memanjang berukuran 3 cm.

II. RESUME
Anamnesis
Seorang perempuan, usia 32 tahun datang ke IGD untuk meminta visum.
Mengeluhkan nyeri pada mata kiri dan lengan kiri. Pasien mengaku
dipukul oleh pacarnya di kos pasien.
Pemeriksaan fisik
Vital sign : TD : 138/80
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6 ° C

Status lokalis
1. Pada daerah hidung tepat di pertengahan antara mata kanan dan mata
kiri bagian dalam terdapat luka lecet gores berwarna merah berbentuk
garis panjang mendatar sebanyak 1 buah, batas tegas disertai nyeri
tekan, sepanjang 3 cm.
2. Pada daerah mata kanan terdapat luka memar yang mengelilingi mata
berwarna kebiruan disertai nyeri tekan berbetuk bulat dengan diameter
4 cm.
3. Pada daerah sudut mata kanan sisi luar bagian bawah terdapat luka lecet
berwarna merah berbentuk panjang berukuran 2 cm.
4. Pada daerah lengan bawah kiri sisi luar terdapat luka lecet berwarna
merah berbentuk memanjang berukuran 3 cm.

III. DIAGNOSIS
Visum et Repertum karena penganiayaan

IV. TERAPI
Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
Trombophob salep
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penganiayaan adalah istilah yang digunakan KUHP untuk tindak
pidana terhadap tubuh. Namun KUHP sendiri tidak memuat arti
penganiayaan tersebut. Menurut Yurisprudensi arti penganiayaan adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang menimbulkan rasa tidak
enak, rasa sakit atau luka pada korban.
Di dalam pasal 351 ayat (4) KUHP yang dapat dikategorikan
sebagai penganiayaan adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
untuk merusak kesehatan orang lain.
Menurut Mr. M.H. Tirtaamidjaja, pengertian penganiayaan adalah
sebagai berikut “Menganiaya ialah dengan sengaja menyebabkan sakit
atau luka pada orang lain. Akan tetapi perbuatan yang menyebabkan sakit
atau luka pada orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan
kalau perbuatan itu dilakukan untuk menambah keselamatan badan.

B. Aspek Medikolegal Luka


Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita
luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan tentang jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan atau
senjata yang menyebabkan luka serta kualifikasi luka. Kualifikasi luka
dibahas dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu bab XX pasal
351 dan 352 serta bab IX pasal 90.

Pasal 351KUHP
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352 KUHP


1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap
orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencahariaan.
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat.
e. Menderita sakit lumpuh.
f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Dari pasal-pasal tersebut maka penganiayaan dibagi menjadi 4
jenis tindak pidana, yaitu:
 Penganiayaan ringan
 Penganiayaan berdasarkan pasal 351 KUHP
 Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
 Penganiayaan yang mengakibatkan kematian
Penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencahariaan.Penganiayaan ringan digolongkan sebagai luka derajat satu.
Bila akibat suatu penganiayaan seseorang mengalami penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahariaan yang
sifatnya sementara waktu maka digolongkan menjadi luka derajat dua. Bila
penganiayaan yang dilakukan mengakibatkan luka berat seperti dalam
pasal 90, maka luka tersebut digolongkan menjadi luka derajat tiga.
Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum,
yaitu "dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada
seseorang", maka didalam Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak
boleh mencantumkan istilah penganiayaan, karena itu merupakan urusan
hakim. Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali
untuk dapat dipastikan secara objektif, maka kewajiban dokter di dalam
membuat Visum et Repertum hanyalah menentukan derajat lukanya.
Dengan demikian di dalam penulisan kesimpulan Visum et
Repertum kasus-kasus perlukaan, penulisan kualifikasi luka adalah sebagai
berikut:
1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan atau jabatan.
2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu
3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum “luka berat” (pasal 90
KUHP)
Jenis Kekerasan Tumpul
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam
2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika
diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme
itu. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan
kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut
menimbulkan berbagai tipe luka.
Luka akibat kekerasan tumpul pada tubuh dapat menyebabkan
berbagai jenis luka, seperti luka lecet (ekskoriasi, abrasi), luka memar
(kontusio, hematom), luka terbuka (robek atau vulnus laceratum), serta
patah tulang, dimana benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan
sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul.

Luka lecet (ekskoriasi, abrasi)


Luka lecet adalah luka yang superfisial tubuh yang terbatas hanya
pada lapisan kulit terluar dan terjadi akibat cedera pada epidermis yang
bersentuhan dengan permukaan kasar atau runcing. Jika abrasi terjadi lebih
dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga
terjadi perdarahan.
Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat
ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai
beberapa hari), beberapa hari lalu, lebih dari beberapa hari. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Luka lecet (abrasi) dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas
(scar). Abrasi merupakan hal yang cukup penting bagi patologis forensik
karena abrasi tersebut dapat mengindikasikan dimana benda tumpul atau
tekanan akibat benda tumpul telah mengenai tubuh korban. Namun, abrasi
tidak selalu ditemukan pada daerah yang terkena luka.
Sesuai mekanisme terjadinya, luka lecet dibedakan dalam 3 jenis:
a. Luka lecet gores (scratch)
Luka ini terjadi akibat oleh benda runcing yang menggeser lapisan
permukaankulit. Dari gambaran kedalaman luka pada kedua ujungnya
dapat ditentukanarah kekerasan datang.
b. Luka lecet serut (graze) / geser (friction abrasion)
Luka lecet serut merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan
ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. Sedangkan luka lecet
geser merupakan luka lecet yang disebabkan karena tekanan linear pada
kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat
serta pada korban pecut.
c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak
lurus terhadap permukaan kulit. Karena kulit adalah jaringan yang
lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk
permukaan benda tumpul tersebut, namun terkadang dapat sama dengan
bentuk permukaan benda tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan
tampak berupa daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap
dari sekitarnya. Penyembuhan pada luka lecet (abrasi) terdiri dari empat
tahap, yaitu 1) pembentukkan scab, 2) regenerasi epitel dan penutupan
luka, 3) granulasi subepitelial dan hiperplasia epitel, dan 4) regresi
epitel dan jaringan granulasi.

Luka memar (kontusio)


Luka memar merupakan suatu perdarahan dalam jaringan
bawah kulit / kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan
oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi petunjuk
tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya
adalah suatu perdarahan tepi (marginal hemorrhage).
Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti besarnya kekerasan yang terjadi, jenis benda penyebab yang
dipakai, kondisi dan jenis jaringan (seperti jaringan ikat longgar atau
jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak, dan warna kulit, kerapuhan
pembuluh darah, serta penyakit yang diderita.
Bila kekerasan benda tumpul mengenai jaringan ikat longgar
seperti di daerah mata, leher, atau pada bayi dan orang tua, maka memar
cenderung lebih luas akibat gravitasi. Lokasi hematom mungkin terletak
jauh dari letak benturan, misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi
mrnimbulkan hematom palpebra atau kekerasan benda tumpul pada paha
dengan patah tulang paha menimbulkan hematom pada sisi luar tungkai
bawah akibat gravitasi tersebut.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui
perubahan warnanya. Perubahan warna pada memar berhubungan dengan
waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis
luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan
lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik. Pada
mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan
menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu
antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar
menjadi gelap. Pada saat timbul, memar berwarna merah. Kemudian
memar tersebut akan berubah warna menjadi warna ungu atau hitam.
Setelah 4 sampai 5 hari, memar akan berwarna hijau yang kemudian
berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang
dalam waktu 14 sampai 15 hari. Perubahan warna terjadi mulai dari tepi ke
arah tengah.
Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar
dapat merupakan hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut
disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang
hidup maupun mati, luka memar akan memberikan gambaran yang makin
jelas.
Luka robek
Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang
menyebabkan kulit teregang kesatu arah dan bila batas elastisitas kulit
terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri
bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata,
tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak
beraturan sering tampak luka lecet atau memar di sisi luka.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus diatas berdasarkan pasal 352 KUHP dimana perlukaan ini
ini adalah perlukaan ringan dimana tidak menimbulkan penyakit atau halangan
perkerjaan. Berdasarkan jursprodensi Hoge Raad tanggal 25 Juni 1894,
menjelaskan bahwa menganiaya adalah dengan sengaja menimbulkan sakit atau
luka. Pada kasus ini perlukaan terjadi akibat penganiayaan oleh pacar pasien.
Pelaku dapat terkena Pasal 351 (1) yang berbunyi “Penganiayaan diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Pasal 352 (1) KUHP berbunyi
“penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Bila sebelumnya telah direncanakan
terlebih dahulu, pelaku dapat dikenakan pasal 353 (1) KUHP yang berbunyi
“Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun”.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Arif dkk (kontributor). 1997. Ilmu Kedokteran Forensik edisi


pertama cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Idris AM. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses


Penyelidikan. Jakarta: Sagung Seto.

Soesilo, R. 1988. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).


Cetakan Ulang Kesepuluh. Poelita Bogor.

Anda mungkin juga menyukai