Anda di halaman 1dari 9

Nama Peserta: dr.

Hendrik Susanto
Nama Wahana: RSUD Massenrempulu
Topik: VER Vulnus excoriatum akibat Kekerasan Benda Tumpul
Tanggal (Kasus): 11 Februari 2017
Nama Pasien: Tn. M No. RM: 077591
Tanggal Presentasi: 8 Mei 2017 Pendamping: dr. Zulfakhri Sulaiman
Tempat Presentasi: RSUD Massenrempulu
Objek Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Laki-laki 22 tahun datang ke IGD meminta untuk divisum tanpa surat permintaan
visum ditemani oleh ibunya. Berdasarkan pengakuan korban, pada hari yang sama
dengan pemeriksan, sekitar pukul 17.30 WITA yakni 15 menit yang lalu, korban
dipukul oleh pelaku saat sedang duduk di depan pagar. Korban dan beberapa
temannya sedang berkumpul dan berbincang-bincang depan rumah, kemudian
pelaku yang merupakan teman korban sendiri tiba-tiba datang memukul korban
dengan tangan kosong pada daerah wajah dan memukul dengan menggunakan kayu
pada bagian paha kiri korban. Pelaku dan korban dipisahkan oleh teman lainnya,
kemudian korban dibawa ke IGD untuk divisum. Setelah kejadian, korban mengeluh
pusing dan nyeri pada daerah mulut, wajah serta paha kanan korban.
Tujuan: membuat deskripsi luka dan memberikan pertolongan pertama pada luka
serta membuat kesimpulan hasil pemeriksaan dalam bentuk visum et repertum.
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi e-mail Pos
Membahas: dan diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. M No. Registrasi: 589021


Nama Klinik: RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Laki-laki 22 tahun datang ke IGD meminta untuk divisum tanpa surat permintaan
visum ditemani oleh ibunya. Berdasarkan pengakuan korban, pada hari yang sama
dengan pemeriksan, sekitar pukul 17.30 WITA yakni 15 menit yang lalu, korban
dipukul oleh pelaku saat sedang duduk di depan pagar. Korban dan beberapa
temannya sedang berkumpul dan berbincang-bincang depan rumah, kemudian
pelaku yang merupakan teman korban sendiri tiba-tiba datang memukul korban
dengan tangan kosong pada daerah wajah dan memukul dengan menggunakan kayu
pada bagian paha kiri korban. Pelaku dan korban dipisahkan oleh teman lainnya,
kemudian korban dibawa ke IGD untuk divisum. Setelah kejadian, korban mengeluh
pusing dan nyeri pada daerah mulut, wajah serta paha kanan korban.
2. Riwayat Pengobatan: (-)
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: (-)
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat penyakit dalam keluarga (-)
5. Riwayat Pekerjaan: Mahasiswa
6. Lain-lain:
Tidak ada
Daftar Pustaka:
1. Pusponegoro AD, 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, De Jong W,
penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, h. 66-88.
2. Budiyanto A, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedokteran
FKUI: Edisi ke-1. Jakarta: EGC, h. 37-44.
3. Apuranto H. 2010. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
edisi ketujuh. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. Editor Hoediyanto.
Hal 30-35.
4. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat
Luka, pdf, Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Universitas Riau.
2010
Hasil Pembelajaran:
1. Membuat deskripsi luka
2. Memberikan pertolongan pertama pada luka
3. Membuat kesimpulan hasil pmeriksaan dalam bentuk visum et repertum
4. Mendeskripsikan aspek medikolegal

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif
Laki-laki 22 tahun datang ke IGD meminta untuk divisum tanpa surat permintaan visum
ditemani oleh ibunya. Berdasarkan pengakuan korban, pada hari yang sama dengan
pemeriksan, sekitar pukul 17.30 WITA yakni 15 menit yang lalu, korban dipukul oleh
pelaku saat sedang duduk di depan pagar. Korban dan beberapa temannya sedang
berkumpul dan berbincang-bincang depan rumah, kemudian pelaku yang merupakan
teman korban sendiri tiba-tiba datang memukul korban dengan tangan kosong pada
daerah wajah dan memukul dengan menggunakan kayu pada bagian paha kiri korban.
Pelaku dan korban dipisahkan oleh teman lainnya, kemudian korban dibawa ke IGD
untuk divisum. Setelah kejadian, korban mengeluh pusing dan nyeri pada daerah mulut,
wajah serta paha kanan korban.
Riwayat kejadian seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik
 Status Internus
SP: SS/GC/CM
GCS = 15
T = 120/80 mmHg, N = 80 x/menit, P = 18 x/menit, S = 36,80C

Pemeriksaan Generalis :
- Daerah Kepala : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah Wajah : tampak luka lecet pada bibir atas bagian dalam yang bersentuhan
dengan gigi dengan batas bawah nol koma lima sentimeter dari batas bibir atas dan
nol koma delapan sentimeter dari sudut bibir kiri. Bentuk luka oval mendatar dengan
ukuran panjang satu koma limah sentimeter dan lebar nol koma enam sentimeter.
Garis batas luka tidak teratur. Permukaan luka berwarna merah kecokelatan dengan
perabaan kasar. Disekitar luka tidak ditemukan kelainan.
- Daerah leher : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah dada : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah perut : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah punggung : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah lengan kiri : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah lengan kanan : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah tangan kiri : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah tangan kanan : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah pinggang : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah tungkai kiri : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah tungkai kanan : tampak luka memar di paha, tepat di garis tengah tubuh
dengan batas teratas lima belas sentimeter dari lipatan lutut bagian belakang, sedang
batas paling kanan nol koma lima sentimeter dari garis yang membagi dua tubuh.
Bentuk oval memanjang tegak lurus dengan ukuran panjang lima sentimer dan lebar
tiga sentimeter. Garis batas memar belum jelas dan terdapat peninggian jaringan
disbanding jaringan sekitarnya. Warna merah muda. Disekitar luka memar terdapat
tiga buah luka lecet. Luka lecet pertama dari bagian atas memar berukuran panjang
satu koma dua sentimeter dan lebar nol koma tiga sentimeter; garis batas luka tidak
teratur; permukaan ditutupi oleh serum yang telah mengering warna merah
kecokelatan dan perabaan kasar. Luka lecet kedua satu koma lima sentimeter dari
luka lecet pertama, berukuran panjang satu sentimeter dan lebar nol koma satu
sentimemer; bentuk mendatar; garis batas luka tidak teratur; permukaan ditutupi
oleh serum yang telah mengering warna merah kecokelatan dan perabaan kasar.
Luka lecet ketiga satu koma delapan sentimeter dari luka lecet kedua, berukuran
panjang nol koma delapan sentimeter dan lebar nol koma satu sentimeter; bentuk
sejajar dengan luka lecet kedua; garis batas luka tidak teratur; permukaan ditutupi
oleh serum yang telah mengering warna merah kecokelatan dan perabaan kasar.
- Daerah kaki kiri : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah kaki kanan : tidak ada kelainan tertentu
- Daerah genital : tidak ada kelainan tertentu
3. Assessment
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya suatu
faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti trauma,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari
luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan atau luka dapat dibedakan atas
kekerasan yang bersifat:2
a. Kekerasan Mekanik antara lain akibat kekerasan oleh benda tajam, kekerasan
oleh benda tumpul, tembakan senjata api.
b. Kekerasan Fisik antara lain akibat suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan
udara, akustik, radiasi.
c. Kekerasan Kimia antara lain akibat asam atau basa kuat.
Kekerasan Benda Tumpul
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah
benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa luka memar
(kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka retak, robek atau koyak
(vulnus laceratum).
Luka lecet (abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada
lapisan kulit yang paling luar/kulit ari. Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal
sekali, luka lecet mempunyai arti penting dalam ilmu kedokteran kehakiman, oleh
karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak petunjuk dalam banyak hal.
Manfaat interpretasi luka lecet ditinjau dari aspek medikolegal seringkali diremehkan.
Padahal pemeriksaan luka lecet yang diteliti disertai pemeriksaan di TKP dapat
mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Sesuai dengan mekanisme
terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasi sebagai luka lecet gores, luka lecet serut, luka
lecet tekan, dan luka lecet geser.
a. Luka lecet gores (scratch), diakibatkan oleh benda runcing (misalnya jarum, kuku
jari tangan) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya
dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah
kekerasan yang terjadi.
b. Luka lecet gesek/serut (graze), merupakan variasi dari luka lecet gores yang
daerah persentuhannya dengan permukaan kulit yang lebih lebar. Cedera seperti
ini biasanya akibat kecelakaan lalu lintas. Pangkal luka tampak bersih tetapi pada
ujung luka terlihat tumpukkan kulit, yang menunjukkan arah kekerasan yang
terjadi.
c. Luka lecet tekanan (impression, impact abrasion), disebabkan oleh penjejakkan
benda tumpul pada kulit , misalnya dengan ban kendaraan bermotor, sehingga
pada kulit akan terlihat bekas sesuai dengan gambaran alur ban kendaraan
tersebut.
d. Luka lecet geser (friction abrasion), disebabkan oleh tekanan linear pada kulit
disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat.
Luka Memar (Kontusio/Hematom)
Memar adalah cedera yang disebabkan benturan dengan benda tumpul yang
mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu karena keluarnya darah dari
kapiler yang rusak ke jaringan sekitarnya, yang terjadi sewaktu orang masih hidup. Pada
luka memar biasanya permukaan kulit utuh, yang mengalami kerusakan adalah jaringan
di bawah kulit. Benturan dengan benda tumpul ini termasuk pukulan dengan tangan,
jatuh pada permukaan yang datar, cedera akibat senjata tumpul.
Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan
(jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit,
kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diatesis
hemoragik). Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan ikat longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang lanjut
usia dan pada bayi, maka luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan
kekerasan, dalam arti memar lebih mudah terjadi dan seringkali lebih luas dan adanya
jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih
rendah karena pengaruh gravitasi (brill hematoma). Seorang dengan kekurangan
vitamin K atau seorang penderita hemofilia, persentuhan yang ringan dengan benda
tumpul dapat menyebabkan luka memar yang luas.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk
dari benda tumpul adalah apa yang dikenal dengan “marginal hemorrhages”, misalnya
bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat dimana terdapat tekanan
justru tidak menunjukkan kelainan. Perdarahan akan menepi sehingga terbentuk
perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban
yang berdekatan. Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau
benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang
membatasi daerah yang tidak menunjukkan kelainan. Daerah antara kedua memar yang
sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh
korban.
Hematom antemortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan
menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat
dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam
mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang
tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan
pada hematom penampang sayatan tetap berwarna merah kehitaman. Pada pembusukan
juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini. Selain
itu,untuk membedakan luka memar dengan lebam mayat dapat dilihat dari lokasinya
pada tubuh korban, di mana lebam mayat letaknya pada bagian tubuh yang terendah.
Aspek Hukum dan Medikolegal dari Perlukaan
Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR perlukaan
adalah derajat luka atau kualifikasi luka. Dari aspek hukum, VeR dikatakan baik apabila
substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat memenuhi delik rumusan dalam
KUHP. Penentuan derajat luka sangat tergantung pada latar belakang individual dokter
seperti pengalaman, keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran
berkelanjutan dan sebagainya. Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada
korban dari segi fisik, psikis, sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam
jangka pendek, ataupun jangka panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang peranan
penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan
sesuai dengan rasa keadilan.
Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga
tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana maksimum
3 bulan penjara), penganiayaan sedang (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan), dan
penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga
tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk penganiayaan
ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan sedang, dan pasal 351 (2) KUHP untuk
penganiayaan yang menimbulkan luka berat. Setiap kecederaan harus dikaitkan dengan
ketiga pasal tersebut. Untuk hal tersebut seorang dokter yang memeriksa cedera harus
menyimpulkan dengan menggunakan bahasa awam, termasuk pasal mana kecederaan
korban yang bersangkutan.
Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352
(1) KUHP menyatakan bahwa “penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan”. Jadi bila luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh
sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut
dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang) sebagaimana diatur
dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit. Sehingga bila
kita memeriksa seorang korban dan didapati “penyakit” akibat kekerasan tersebut, maka
korban dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
Rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat diatur dalam
pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun”. Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif.
Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka sebagaimana
dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut dimasukkan dalam kategori
tersebut.
Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah:
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
b. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat
e. Menderita sakit lumpuh
f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
g. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
4. Plan
Diagnosis
Vulnus excoriatum labia oris superior et femoralis dextra + hematoma femoralis dextra
ec Trauma benda tumpul.

Penatalaksanaan
 Asam mefenamat 3x500 mg
 Kompres dingin untuk mengurangi edema dan nyeri

Edukasi :
Menjelaskan prosedur permintaan visum dan pengambilan hasil visum.

Rujukan:
Pada kasus ini, rujukan tidak perlu dilakukan.

Enrekang, 8 Mei 2017


Peserta, Pendamping,

dr. Hendrik Susanto dr. Zulfakhri Sulaiman

Anda mungkin juga menyukai