Anda di halaman 1dari 16

Nama Peserta dr.

Inna Mutmainnah Musa


Nama Wahana RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle, Takalar
Topik Visum et Repertum
Tanggal (kasus) 23 Juli 2016
Nama Pasien Nn. RN No. RM 64 73 24
Tanggal Presentasi 26 Januari 2017 Pendamping dr. Irmastuti, MARS
Tempat Presentasi RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle, Takalar
Anggota Komite Medik & Dokter Internsip RSUD H. Padjonga Dg.
Obyektif Presentasi
Ngalle Takalar
◊ Keilmuan ◊ Ketrampilan ◊ Penyegaran ◊ Tinjauan Pustaka
◊ Diagnostik ◊ Manajemen ◊ Masalah ◊ Istimewa
◊ Neonatus ◊ Bayi ◊ Anak ◊ Remaja ◊ Dewasa ◊ Lansia ◊ Bumil
Seorang perempuan usia 16 tahun, datang ke UGD didampingi oleh ibu
kandungnya dan seorang petugas kepolisian dengan membawa surat
permintaan Visum et Repertum. Korban mengaku telah mengalami
penganiayaan oleh seorang remaja wanita yang merupakan teman sekolah
◊ Deskripsi korban sendiri sekitar 1 jam SMRS. Menurut keterangan korban, korban yang
saat itu tengah berjalan sendirian di depan rumahnya tiba-tiba diserang oleh
pelaku dari arah depan dengan menggunakan pisau cutter. Korban sempat
melawan namun terluka di bagian siku lengan kanan dan pertengahan dada
depan.
◊ Tujuan Melakukan penatalaksanaan pada pasien dan membuat catatan visum
Bahan Bahasan ◊ Tinjauan Pustaka ◊ Riset ◊ Kasus ◊ Audit
Cara Membahas ◊ Diskusi ◊ Presentasi & Diskusi ◊ E-mail ◊ Pos
Data Pasien ◊Nama :Nn. RN ◊ No.Registrasi : 64 73 24
Nama Klinik : RSUD H.
Padjonga Dg. Ngalle Telp. : - Terdaftar sejak : -
Takalar
Data Utama Untuk Bahasan Diskusi :
1. Diagnosis/gambaran klinis:
Seorang perempuan usia 16 tahun, datang ke UGD didampingi oleh ibu kandungnya
dan seorang petugas kepolisian dengan membawa surat permintaan Visum et
Repertum. Korban mengaku telah mengalami penganiayaan oleh seorang remaja

1
wanita yang merupakan teman sekolah korban sendiri sekitar 1 jam SMRS. Menurut
keterangan korban, korban yang saat itu tengah berjalan sendirian di depan rumahnya
tiba-tiba diserang oleh pelaku dari arah depan dengan menggunakan pisau cutter.
Korban sempat melawan namun terluka di bagian siku lengan kanan dan pertengahan
dada depan.

2. Pada korban ditemukan:


-Tampak luka lecet gores pada siku lengan sebelah kanan dengan ukuran panjang 4cm
dan lebar 0,5cm, arah luka dari dalam keluar, warna coklat kemerahan. Garis batas
luka bentuknya teratur, tepi dan permukaan luka rata, dasar luka hingga ke lapisan
epidermis.
-Tampak luka iris pada pertengahan dada depan dengan ukuran panjang 1cm, lebar 0,3
cm dan kedalaman luka 0,2 cm. Garis batas luka bentuknya teratur, tepi dan
permukaan luka rata dan kedua sudutnya lancip. Tebing luka rata dan terdiri dari
jaringan kulit, jaringan ikat, lemak, dan otot. Jembatan jaringan tidak ada. Dasar luka
terdiri atas jaringan otot. Daerah di sekitar luka tidak didapati memar.

3. Riwayat pengobatan: -
4. Riwayat kesehatan/penyakit sebelumnya: -
5. Riwayat keluarga : -
6. Riwayat pekerjaan :pasien merupakan seorang siswi Sekolah mMenengah Atas.
Daftar Pustaka :
1. Afandi, Dedi.,Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan
Derajat Luka. Riau : Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Universitas
Riau, 2010:1-8
2. Starh, Margareth. Blunt Wound in A Physicians’s Guide to Clinical Forensic Medicine.
New York: Humanew Press, 2001 : 351-386.
3. Dominich et all.,Suicide in Forensic and Clinical Justice. Second Edition. New York :
CRC Press LLC, 2001: 667-678
Hasil Pembelajaran :
1. Pembuatan visum et repertum
2. Penarikan kesimpulan atas deskripsi luka
3. Pengenalan berbagai jenis luka akibat persentuhan benda tajam

2
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Seorang perempuan usia 16 tahun, datang ke UGD didampingi oleh ibu kandungnya dan
seorang petugas kepolisian dengan membawa surat permintaan Visum et Repertum.
Korban mengaku telah mengalami penganiayaan oleh seorang remaja wanita yang
merupakan teman sekolah korban sendiri sekitar 1 jam SMRS. Menurut keterangan
korban, korban yang saat itu tengah berjalan sendirian di depan rumahnya tiba-tiba
diserang oleh pelaku dari arah depan dengan menggunakan pisau cutter. Korban sempat
melawan namun terluka di bagian siku lengan kanan dan pertengahan dada depan.

2. Obyektif
Vital Sign
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmhg
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,7º
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : tidak ada deformitas, tidak ada benjolan
Rambut : hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Mulut : tonsil T1/T1 , tidak hiperemis
Leher : tidak ditemukan kelainan
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran getah bening
Thorax
Inspeksi : Simetris Ka=Ki,
Linea sternalis media setinggi ICS 3: Tampak luka dengan ukuran panjang
1cm, lebar 0,3cm dan kedalaman luka 0,2 cm. Garis batas luka bentuknya
teratur, tepi dan permukaan luka rata dan kedua sudutnya lancip. Tebing luka
rata dan terdiri dari jaringan kulit, jaringan ikat, lemak, dan otot. Jembatan

3
jaringan tidak ada. Dasar luka terdiri atas jaringan otot. Daerah di sekitar luka
tidak didapati memar.
Palpasi : benjolan (-), fremitus kiri dan kanan sama, NT (+)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Palpasi : distensi (-),hepar dan limpa sulit dinilai
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Anggota gerak : Tampak luka lecet gores pada siku lengan sebelah kanan dengan ukuran
panjang 4cm dan lebar 0,5cm, arah luka dari dalam keluar, warna coklat
kemerahan. Garis batas luka bentuknya teratur, tepi dan permukaan luka
rata, dasar luka hingga ke lapisan epidermis.

3. Assessment
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah
terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan.

DEFINISI
Luka adalah kehilangan kontinuitas kulit atau mukosa yang disebabkan oleh trauma,
kimia, listrik, radiasi, dan bisa juga disertai dengan kerusakan jaringan lunak dan tulang.

ETIOLOGI
Biasanya disebabkan oleh :
 Trauma benda tajam atau tumpul
 Perubahan suhu

4
 Zat kimia
 Sengatan listrik
 Gigitan hewan

JENIS LUKA
Secara umumnya, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma tumpul, trauma tajam dan luka tembak.
Berikut adalah penjelasan tentang jenis perlukaan yang terdapat pada tubuh korban.
a.
Abrasi (Luka Lecet)
Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit
epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat
terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah
dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka
yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu
terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat
ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka
adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai
beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat
jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet
gores (Scratch), luka lecet serut (Scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka lecet
berbekas (patterned abrasion).

a. Luka lecet gores ( Scratch)


Diakibatkan oleh benda runcing ( misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang
menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan
tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi.

5
b. Luka lecet serut (Scraping )
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit
lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

c. Luka lecet tekan ( Impact abrasion)


Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang
lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang
mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan
sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit
yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya
jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.

Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting
di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan
banyak hal, misalnya:
1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh, seperti
hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya tampak
adanya luka lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang menyebabkan
a) Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak sebagai
suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya
dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai
dengan bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan
ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas
jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban.
b.) Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban
kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali
merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam
keadaan yang cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih tampak jelas,
misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak
lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat

6
bermanfaat di dalam penyidikan.
c.) Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh
korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya “jejas
laras”, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut
dapat memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai
untuk menewaskan korban.
d.) Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang lebih
dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat menimbulkan
luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta
lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan
dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati
khususnya bila pada leher korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai
pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada
tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan
apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh.
e.) Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan
radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari
bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari yang
terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut terdapat di
sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri
ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan
dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila
tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang
dipegang sewaktu korban diseret.
Karakteristik luka lecet :
1) Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
2) Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul
3) Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
4) Timbul reaksi radang (Sel PMN)
5) Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan
jaringan parut.

7
Memperkirakan umur luka lecet:
· Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
· Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
· Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
· Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap

Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem


ANTE MORTEM POST MORTEM
1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan
2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel 2. Epidermis terpisah sempurna dari dermis
1. Tanda intravital (+) 3. Tanda intravital (-)
2. Sembarang tempat 4. Pada daerah yang ada penonjolan tulang

Luka Benda Tajam


Luka benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma
akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Luka akibat benda
tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan
dari luka tembakan senjata api. Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam,
walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada
umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.

Luka yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata tajam dibagi menurut
beberapa kategori:
1. Luka tusuk (stab wound)
2. Luka Iris (Incised wound)
3. Luka Bacok (Chop wound)

Ciri-ciri luka benda tajam sering dibandingkan dengan luka benda tumpul:
Trauma Tumpul Tajam

Bentuk luka Tidak teratur Teratur

Tepi Luka Tidak rata Rata

Jembatan Jaringan Ada Tidak ada

8
Rambut Tidak terpotong Terpotong

Dasar Luka Tidak teratur Teratur

Sekitar Luka Ada luka lecet atau memar Tak ada luka lain

Cara mendeskripsi luka tajam hendaknya ditentukan :


1. Lokalisasi :
a. Kordinat
b. Absis
2. Ukuran
3. Jumlah luka
4. Bentuk luka
5. Benda asing
6. Terjadinya intravital/post mortal
7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak
8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuhdiri/pembunuhan

1. Luka tusuk (Stab wounds)


Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi
dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh. Contoh: belati,
bayonet, keris, clurit, kikir, tanduk kerbau.Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka dapat
menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau
bermata dua.

Karakteristik dari luka tusuk:


· Tepi luka rata
· Dalam luka lebih besar dari panjang luka
· Sudut luka tajam
· Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
· Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

Identifikasi senjata pada luka tusuk:


1. Panjang Luka :

9
Ukuran maksimal dari lebar senjata
2. Dalam luka :
· Ukuran minimal dari panjang senjata
3. Untuk luka tusuk pada bagian dada stabil
4. Untuk luka tusuk di perut tidak dapat diambil kesimpulan panjang senjatanya karena
perut sangat elastis.

Bentuk luka tusukan di kulit ditentukan tidak hanya oleh bentuk dari pisau, tetapi juga
ditentukan oleh sifat dari kulit. Jika luka tusuk terjadi saat kulit sedang dalam kondisi
meregang, akan menghasilkan luka yang panjang, namun luka akan tampak pendek ketika
kulit dalam kondisi mengendur.

Cara menentukan luka tusuk disebabkan oleh pembunuhan atau bunuh diri:
Pembunuhan Bunuh Diri
Lokalisasi di sembarang tempat, juga di Lokalisasi pada daerah tubuh yang
daerah tubuh yang tak mungkin dicapai mudah
tangan korban dicapai tubuh korban (dada, perut)
Jumlah luka dapat satu/lebih Jumlah luka yang mematikan biasanya
satu
Didapatkan tanda perlawanan dari korban Tidak ditemukan “Luka Tangkisan”
yang menyebabkan luka tangkisan
Pakaian ikut terkoyak Bila pada daerah yang ada pakaian, maka
pakaian disingkirkan lebih dahulu,
sehingga
tidak ikut terkoyak
Ditemukan “Luka Tusuk Percobaan” Tidak ditemukan “Luka Tusuk
Percobaan”

2. Luka Iris ( Incised wounds)


Luka iris adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat
ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.
Karakteristik luka iris :
o Pinggir luka rata

10
o Sudut luka tajam
o Rambut ikut terpotong
o Jembatan jaringan ( -)
o Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang

Perbedaan antara luka iris pada pembunuhan dan bunuh diri:


Pembunuhan Bunuh Diri
Sebenarnya sukar membunuh seseorang Lokalisasi luka pada daerah tubuh yang
dengan irisan, kecuali kalau fisik korban dapat
jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dicapai korban sendiri:
dalam -leher
keadaan/dibuat tidak berdaya -pergelangan tangan
-lekuk siku, lekuk lutut
-lipatan paha
Luka di sembarang tempat, juga pada Ditemukan “Luka Iris Percobaan”
daerah
tubuh yang tidak mungkin dicapai tangan
korban sendiri
Ditemukan “ Luka tangkisan”/ tanda Tidak ditemukan “Luka Tangkisan”
perlawanan
Pakaian ikut koyak akibat senjata tajam Pakaian disingkirkan dahulu/tidak ikut
tersebut robek

Tepi dari luka iris cenderung memisahkan atau membuat celah pada permukaan. Perluasan
dari luka dan bentuk tersebut bergantung pada paralel, melintang, atau miring ke arah serat
yang elastis di kulit (garis Langer). Dengan demikian, garis paralel dari luka iris ke arah
serat kontraktil celahnya kurang dari satu dibuat di sudut kanan atau miring ke arah serat
karena serat akan menarik dan memisahkan tepi kulit.

3. Luka Bacok ( Chop Wounds)


Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang
terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit,
kapak, baling-baling kapal. Kehadiran luka iris yang terdapat pada kulit, dengan fraktur

11
comminuted mendasari atau terdapat alur yang dalam pada tulang, menunjukkan bahwa
disebabkan oleh senjata yang bersifat membacok.
Karakteristik pada luka bacok:
· Luka biasanya besar
· Pinggir luka rata
· Sudut luka tajam
· Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian
tubuh yang terkena bacokan
· Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, abrasi

VISUM ET REPERTUM
Visum et Repertum (VeR) merupakan salah satu bantuanyang sering diminta oleh pihak
penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada tubuh manusia. Visum et
Repertum (VeR) merupakan alat bukti dalam proses peradilan yang tidak hanya memenuhi
standar penulisan rekam medis, tetapi juga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan
dalam sistem peradilan.Data di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa jumlah kasus
perlukaan dan keracunan yang memerlukan VeR pada unit gawat darurat mencapai 50-
70%. Dibandingkan dengan kasus pembunuhan dan perkosaan, kasus penganiayaan yang
mengakibatkan luka merupakan jenis yang paling sering terjadi, dan oleh karenanya
penyidik perlu meminta VeR kepada dokter sebagai alat bukti di depan pengadilan.

Dalam praktik sehari-hari seorang dokter tidak hanya melakukan pemeriksaan medis
untuk kepentingan diagnostik dan pengobatan penyakit saja, tetapi juga untuk dibuatkan
suatu surat keterangan medis. Demikian pula halnya dengan seorang pasien yang datang
ke instalasi gawat darurat, tujuan utama yang bersangkutan umumnya adalah untuk
mendapatkan pertolongan medis agar penyakitnya sembuh. Namun dalam hal pasien
tersebut mengalami cedera, pihak yang berwajib dapat meminta surat keterangan medis
atau VeR dari dokter yang memeriksa. Jadi pada satu saat yang sama dokter dapat
bertindak sebagai seorang klinisi yang bertugas mengobati penyakit sekaligus sebagai
seorang petugas forensik yang bertugas membuat VeR. Sedangkankorban yang diperiksa
dan hasilnya dijadikan alat bukti.Sebuah VeR yang baik harus mampu membuat terang
perkara tindak pidana yang terjadi dengan melibatkan buktibukti forensik yang cukup.
Tetapi hasil penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa hanya 15,4% dari VeR perlukaan
rumah sakit umum DKI Jakarta berkualitas baiksementara di Pekanbaru menunjukkan
12
bahwa 97,06 % berkualitas jelek dan tidak satu pun yang memenuhi kriteria VeR yang
baik.

Dari kedua penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa bagian pemberitaan dan bagian
kesimpulan merupakan bagian yang paling kurang diperhatikan oleh dokter. Kualitas
bagian pemberitaan berturut-turut untuk Jakarta dan Pekanbaru adalah 36,9% dan 29,9%,
yang berarti berkualitas buruk. Nilai kualitas bagian pemberitaan merupakan nilai yang
terendah dari ketiga bagian VeR. Unsur yang tidak dicantumkan oleh hampir semua dokter
adalah anamnesis, tanda vital, dan pengobatan perawatan. Hal tersebut mungkin
disebabkan masih adanya anggapan bahwa anamnesis, tanda vital dan pengobatan tidak
penting dituliskan dalam VeR, atau juga dapat disebabkan karena dokter pembuat VeR
tidak mengetahui bahwa unsur tersebut perlu dicantumkan dalam pembuatan VeR. Pada
penelitian yang sama didapatkan bahwa kualitas untuk bagian kesimpulan 65,94%
(kualitas sedang) di Jakarta dan 37,5% (berkualitas buruk) di Pekanbaru. Pada bagian
kesimpulan, walaupun sebanyak 68,9% dokter dapat menyimpulkan jenis luka dan
kekerasan, namun terdapat 62% dokter yang tidak dapat menyimpulkan kualifikasi luka
secara benar.

Sementara dari hasil penelitian di Pekanbaru, tidak satupun dokter pemeriksa VeR yang
mencantumkan kualifikasi luka menurut rumusan pasal 351, 352, dan 90 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).Rumusan ketiga pasal tersebut secara implisit
membedakan derajat perlukaan yang dialami korban menjadi luka ringan, luka sedang, dan
luka berat. Secara hukum, ketiga keadaan luka tersebut menimbulkan
konsekuensipemidanaan yang berbeda bagi pelakunya. Dengan demikian kekeliruan
penyimpulan kualifikasi luka secara benar dapat menimbulkan ketidakadilan bagi korban
maupun pelaku tindak pidana. Hal tersebut dapat mengakibatkan fungsi VeR sebagai alat
untuk membantu suatu proses peradilan menjadi berkurang.
a. Berdasarkan tujuannya, paradigma yang digunakan dalam pemeriksaan medikolegal
sangat berbeda dibandingkan dengan pemeriksaan klinis untuk kepentingan
pengobatan. Tujuan pemeriksaan medikolegal pada seorang korban adalah untuk
menegakkan hukum pada peristiwa pidana yang dialami korban melalui penyusunan
VeR yang baik. Tujuan pemeriksaan klinis pada peristiwa perlukaan adalah untuk
memulihkan kesehatan pasien melalui pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan medis
lainnya. Apabila seorang dokter yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan
13
medikolegal menggunakan orientasi dan paradigma pemeriksaan klinis, penyusunan
VeR dapat tidak mencapai sasaran sebagaimana yang seharusnya.
b. Dari segi medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan dalam merinci luka
dan kecederaan adalah untuk dapat membantu merekonstruksi peristiwa penyebab
terjadinya luka dan memperkirakan derajat keparahan luka (severity of injury).
Dengan demikian pada pemeriksaan suatu luka, bisa saja ada beberapa hal yang
dianggap penting dari segi medikolegal, tidak dianggap perlu untuk tujuan
pengobatan, seperti misalnya lokasi luka, tepi luka, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, sama-sama disadari bahwa pembuatan VeR memiliki
aspek medikolegal yang harus diperhatikan terutama penilaian klinis untuk
menentukan derajat luka. Untuk selanjutnya akan dibahas berbagai aspek
medikolegal dari VeR dan penilaian klinis sebagai bahan penyegar bagi kita semua.

Penentuan Derajat Luka


Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulansebuah VeR perlukaan adalah
derajat luka atau kualifikasi luka.Dari aspek hukum, VeR dikatakan baik apabila substansi
yang terdapat dalam VeR tersebut dapat memenuhi delik rumusan dalam KUHP.
Penentuan derajat luka sangat tergantung pada latar belakang individual dokter seperti
pengalaman, keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan
sebagainya.

Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial dan
pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka panjang.
Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan
beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan.

Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan
dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan
penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan), dan penganiayaan yang
menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan
tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk penganiayaan ringan, pasal 351 (1)
KUHP untuk penganiayaan, dan pasal 352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang
menimbulkan luka berat. Setiap kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga pasal tersebut.
Untuk hal tersebut seorang dokter yang memeriksa cedera harus menyimpulkan dengan
14
menggunakan bahasa awam, termasuk pasal mana kecederaan korban yang bersangkutan.
Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 (1)
KUHP menyatakan bahwa “penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan”. Jadi bila luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh
sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut
dimasukkan ke dalam kategori tersebut.

Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang) sebagaimana diatur dalam


pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit. Sehingga bila kita
memeriksa seorang korban dan didapati “penyakit” akibat kekerasan tersebut, maka
korban dimasukkan ke dalam kategori tersebut.

Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat diatur
dalam pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkan luka-
luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”. Luka
berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif. Sehingga bila kita
memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka sebagaimana dicantumkan dalam
pasal 90 KUHP, maka korban tersebut dimasukkan dalam kategori tersebut.

Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah :


 jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberiharapan akan sembuh sama sekali,
atau yang menimbulkan bahaya maut;
 tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;kehilangan salah satu panca indera;
 mendapat cacat berat;
 menderita sakit lumpuh;
 terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
 gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
4. Plan
Diagnosis :Kesimpulan atau hasil pemeriksaan pada tanggal 23 juli 2016 atas seorang
perempuan usia 16 tahun dengan 1 buah luka lecet gores pada siku lengan sebelah kanan
dan 1 buah luka iris pada pertengahan dada depan sesuai dengan gambaran akibat

15
persentuhan dari benda tajam.

Takalar, 26 Januari 2017


Peserta, Pembimbing,

dr. Inna Mutmainnah Musa dr. Irmastuti, MARS

16

Anda mungkin juga menyukai